Di setiap pom bensin sering kita jumpai tulisan “Terima kasih untuk tidak membeli BBM bersubsidi, karena BBM bersubsidi hanya untuk rakyat kecil”. Spanduk dan propaganda itu sengaja ditempatkan di tempat strategis yaitu ketika kendaraan motor atau mobil hendak memasuki area pom bensin. Wacana pembatasan subsidi BBM memang ramai sejak 2010. Akan tetapi belum terlaksana karena menuai reaksi dari berbagai tokoh dan masyarakat. Masyarakat sudah mulai menyadari efek dari pembatasan subsidi BBM.
Namun, pemerintah tak kalah cerdik. Berbagai cara dilakukan agar upaya ini tetap bisa terlaksana. Akhirnya dibuatlah pensuasanaan pembatasan subsdi BBM. Pensuasanaan ini begitu smooth dan tak terasa. Pensuasanaan ini dilakukan dengan cara terus mengulang-ulang alasan dan argumentasi yang dinilai bisa membenarkan kebijakan pembatasan subsidi BBM. Salah satunya dengan memperbanyak propaganda di pom bensin dan daerah-daerah strategis.
Sebagai bagian dari masyarakat, kita harus mewaspadai agenda ini. Pencabutan atau pembatasan subsidi BBM jelas-jelas merugikan rakyat. ini adalah agenda dari liberalisasi sektor migas. Ini jelas terlihat dari pernyataan Menteri ESDM pada tahun 2003, Purnomo Yusgiantoro menyatakan, “Liberalisasi sektor hilir migas membuka kesempatan bagi pemain asing untuk berpartisipasi dalam bisnis eceran migas, namun liberalisasi ini berdampak mendongkrak harga BBM yang disubsidi pemerintah. Sebab kalau harga BBM masih rendah karena disubsidi, pemain asing enggan masuk.” (Kompas,14 Mei 2003)
Ini jelas-jelas membuktikan bahwa pembatasan subsidi BBM agenda liberalisasi. Padahal sebagai umat Islam, kita sudah diberikan aturan yang sempurna oleh Allah tentang pengaturan sumber daya alam. Rasul saw pernah mengatakan: “Kaum Muslim berserikat dalam 3 hal, air, padang rumput dan api.” (HR Ahmad, Abu Dawud, dan al Baihaqi) ini artinya bahwa migas merupakan hak umum yang harus dikelola oleh negara. Negara mengelola hak umum tersebut demi kepentingan rakyat agar rakyat terpenuhi sandang, pangan, papan termasuk menjamin layanan pendidikan dan kesehatan.
Sudah sangat jelas, Islam mengatur pengelolaan sumber daya alam ini. Oleh karena itu apalagi yang kita tunggu? Saatnya kita sama-sama berjuang menerapkan aturan Alloh yang sempurna dengan penegakkan Khilafah. Hanya Khilafah yang bisa menjamin kesejahteraan hidup setiap umat manusia. Tak terbatas muslim, akan tetapi non muslim juga. Saatnya Khilafah memimpin dunia. Allohu akbar!!
Dari Abdullah bin Amr radhiallahu'anhu mengatakan, “Bahwa Rasulullah ` bersabda, Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.’”. [H.R. Muslim].
Minggu, 10 Juli 2011
Khilafah Jamin Kehormatan dan Kemuliaan Perempuan
Baru-baru ini kita dikejutkan dengan pemberitaan salah seorang vokalis perempuan band ternama yang menjadi korban penculikan. Media pun heboh memberitakan dan menginfokan runutan kejadian vokalis tersebut. Berbagai pendapat pun mewarnai media. Disinyalir, vokalis tersebut tengah berjalan dan menunggu taksi pada pukul 4 shubuh. Tak disangka ada kelompok laki-laki bermobil –yang diduga sedang mabuk- yang mengikuti dan akhirnya memaksa vokalis tersebut untuk masuk ke dalam mobil mereka. Vokalis tersebut berupaya untuk membebaskan diri karena mengalami pelecehan seksual. Berita ini kontan membuat para ibu dan anak gadis menjadi khawatir. Orangtua pun segera memberikan wejangan kepada anak gadisnya untuk bisa menjaga diri dan tidak pulang malam.
Kejahatan terjadi ketika ada kesempatan!! Ya, itulah jargon dari salah satu tayangan kriminal di televisi. Kejahatan akan muncul ketika ada stimulusnya. Jika kita perhatikan, setiap hari kita selalu mendapai berita kriminal yang beraneka ragam dan selalu bertambah kuantitasnya. Masyarakat pun tidak tenang dan selalu merasa khawatir ketika ke luar rumah. Ada 2 faktor yang bisa kita identifikasi dari kasus penculikan vokalis tersebut. Pertama, vokalis tersebut hendak pulang ke rumah pukul 4 shubuh. Artinya selama semalaman dia ada di luar rumah. Jika kita menggunakan kacamata Islam dalam melihat hal ini, maka sungguh perilaku vokalis tersebut sangat tidak dibenarkan. Islam dengan aturannya yang sempurna telah mengatur perilaku seorang perempuan demi menjaga kehormatannya. Pun Islam telah mengatur bagaimana cara berpakaian seorang perempuan, termasuk juga menjauhi perbuatan yang dulu pernah dilakukan oleh perempuan jahiliyyah.
وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُولَى
Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu. (TQS. al-Ahzab [33]: 33)
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (TQS. al-Ahzab [33]: 36)
وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. (TQS. an-Nur [24]: 31)
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ ِلأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلاَبِيبِهِنَّ
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". (TQS. al-Ahzab [33]: 59)
Semua aturan itu adalah bentuk kasih sayang Alloh kepada perempuan. Sayangnya tak semua perempuan menyadari hal ini. Inilah bentuk penjagaan Islam kepada muslimah ketika muslimah keluar rumah. Hanya saja memang syariat telah menentukan aturan hal-hal yang membolehkan muslimah aktifitas ke luar rumah dan waktunya. Perempuan boleh saja beraktifitas ke luar rumah untuk muamalah seperti ke pasar untuk berbelanja. Syariat mewajibkan perempuan untuk menuntut ilmu dan berdakwah. Itu semua boleh dilakukan di luar rumah. Syariat pun membolehkan perempuan bekerja asalkan tidak melalaikan kewajiban utamanya sebagai ibu dan pengurus urusan rumah tangga, tetap menutup aurat, seizin wali atau suaminya dan dilakukan di siang hari supaya tidak terjadi fitnah dan kehormatan perempuan tersebut tetap terjaga. Ini jelas berbeda dengan yang dilakukan oleh vokalis tersebut. Dia pulang pagi hari dan memicu terjadinya kriminal yaitu menggunakan pakaian yang tidak menutup aurat.
Faktor pemicu terjadinya kriminalitas termasuk pelecehan seksual, bukan hanya dari individu yang bersangkutan. Akan tetapi dari sistem yang diterapkan. Inilah yang menjadi faktor kedua terjadinya peristiwa tersebut. Saat ini, sistem yang diterapkan adalah sistem Kapitalisme Sekulerisme yang mendorong individu untuk melakukan gaya hidup bebas, seperti pulang larut malam bahkan shubuh hari, mabuk-mabukan, pelecehan seksual dan kriminal lainnya. Sistem ini mendorong setiap laki-laki melihat sebagai objek yang bisa dinikmati keindahan tubuhnya. Akhirnya, ketika ada perempuan cantik, laki-laki pun banyak yang berpikiran cabul atau mesum. Akhirnya terjadilah pelecean seksual. Banyak majalah, tulisan, atau bahkan tayangan televisi yang mengumbar aurat perempuan. Perempuan seksi menjadi ikon berbagai produk. Akhirnya inilah yang mendorong para laki-laki untuk berpikiran kotor dan membayangkan hal-hal yang seharusnya tidak membayangkan.
Ya, inilah aturan yang rusak, yang mendorong setiap yang hidup didalamnya (jika tak kuat iman) akan melakukan berbagai tindakan asusila dan kriminal. Para pelaku zina dibiarkan, para pelaku kejahatan pun tidak merasakan efek jera dari hukuman yang dijatuhkan. Sementara hal ini jelas berbeda dengan penerapan Islam secara Kaffah dengan penegakkan Daulah Khilafah Islamiyyah. Dengan penerapan sistem pergaulan Islam akan menjamin terbentuknya masyarakat yang mulia dan beradab; di mana laki-laki dan perempuan melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan cara yang terhormat. Itulah masyarakat yang memandang perempuan bukan sebagai komoditas yang bisa dieksploitasi, tetapi sebagai warga negara yang terhormat dan aktif. Sebuah masyarakat yang generasi mudanya terlindung dari pemikiran dan gaya hidup yang merusak, dan hidupnya diarahkan oleh cara hidup yang baik, yang membuat hatinya dipenuhi perasaan takwa kepada Allah SWT. Sebuah masyarakat dengan lingkungan yang sehat, di mana generasi mudanya dapat memenuhi dorongan naluriahnya dalam batas-batas yang dibenarkan syariah. Jika Khilafah telah menciptakan kondisi yang sangat baik itu, dan masih ada yang melakukan pelanggaran, misalnya melakukan perzinaan, maka akan dikenakan sanksi tegas yaitu rajam atau jilid, yang dilakukan di hadapan publik agar publik dapat mengambil pelajaran darinya.
Penjagaan Khilafah terhadap perempuan ini sudah dibuktikan dulu ketika Islam pernah diterapkan. Bagaimana kita seringkali mendengar kisah Rasululloh yang menindak Yahudi Bani Qainuqa yang sudah menarik jilbab seorang muslimah. Rasululloh mengusir yahudi bani qainuqo dari Madinah karena sudah mengkhianati perjanjian. Pun kisah Khalifah Mu’tashim Billah yang mengerahkan pasukan dari ujung Baghdad yang satu sampai ujung Baghdad yang lain untuk menindak tentara Romawi yang sudah melecehkan kehormatan muslimah. Saat ini, ribuan muslimah berteriak menginginkan penjagaan kehormatan oleh negara. Akan tetapi negara diam seribu bahasa. Abai terhadap setiap permasalahan warganya. Sungguh ironis.
Kejahatan terjadi ketika ada kesempatan!! Ya, itulah jargon dari salah satu tayangan kriminal di televisi. Kejahatan akan muncul ketika ada stimulusnya. Jika kita perhatikan, setiap hari kita selalu mendapai berita kriminal yang beraneka ragam dan selalu bertambah kuantitasnya. Masyarakat pun tidak tenang dan selalu merasa khawatir ketika ke luar rumah. Ada 2 faktor yang bisa kita identifikasi dari kasus penculikan vokalis tersebut. Pertama, vokalis tersebut hendak pulang ke rumah pukul 4 shubuh. Artinya selama semalaman dia ada di luar rumah. Jika kita menggunakan kacamata Islam dalam melihat hal ini, maka sungguh perilaku vokalis tersebut sangat tidak dibenarkan. Islam dengan aturannya yang sempurna telah mengatur perilaku seorang perempuan demi menjaga kehormatannya. Pun Islam telah mengatur bagaimana cara berpakaian seorang perempuan, termasuk juga menjauhi perbuatan yang dulu pernah dilakukan oleh perempuan jahiliyyah.
وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُولَى
Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu. (TQS. al-Ahzab [33]: 33)
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (TQS. al-Ahzab [33]: 36)
وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. (TQS. an-Nur [24]: 31)
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ ِلأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلاَبِيبِهِنَّ
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". (TQS. al-Ahzab [33]: 59)
Semua aturan itu adalah bentuk kasih sayang Alloh kepada perempuan. Sayangnya tak semua perempuan menyadari hal ini. Inilah bentuk penjagaan Islam kepada muslimah ketika muslimah keluar rumah. Hanya saja memang syariat telah menentukan aturan hal-hal yang membolehkan muslimah aktifitas ke luar rumah dan waktunya. Perempuan boleh saja beraktifitas ke luar rumah untuk muamalah seperti ke pasar untuk berbelanja. Syariat mewajibkan perempuan untuk menuntut ilmu dan berdakwah. Itu semua boleh dilakukan di luar rumah. Syariat pun membolehkan perempuan bekerja asalkan tidak melalaikan kewajiban utamanya sebagai ibu dan pengurus urusan rumah tangga, tetap menutup aurat, seizin wali atau suaminya dan dilakukan di siang hari supaya tidak terjadi fitnah dan kehormatan perempuan tersebut tetap terjaga. Ini jelas berbeda dengan yang dilakukan oleh vokalis tersebut. Dia pulang pagi hari dan memicu terjadinya kriminal yaitu menggunakan pakaian yang tidak menutup aurat.
Faktor pemicu terjadinya kriminalitas termasuk pelecehan seksual, bukan hanya dari individu yang bersangkutan. Akan tetapi dari sistem yang diterapkan. Inilah yang menjadi faktor kedua terjadinya peristiwa tersebut. Saat ini, sistem yang diterapkan adalah sistem Kapitalisme Sekulerisme yang mendorong individu untuk melakukan gaya hidup bebas, seperti pulang larut malam bahkan shubuh hari, mabuk-mabukan, pelecehan seksual dan kriminal lainnya. Sistem ini mendorong setiap laki-laki melihat sebagai objek yang bisa dinikmati keindahan tubuhnya. Akhirnya, ketika ada perempuan cantik, laki-laki pun banyak yang berpikiran cabul atau mesum. Akhirnya terjadilah pelecean seksual. Banyak majalah, tulisan, atau bahkan tayangan televisi yang mengumbar aurat perempuan. Perempuan seksi menjadi ikon berbagai produk. Akhirnya inilah yang mendorong para laki-laki untuk berpikiran kotor dan membayangkan hal-hal yang seharusnya tidak membayangkan.
Ya, inilah aturan yang rusak, yang mendorong setiap yang hidup didalamnya (jika tak kuat iman) akan melakukan berbagai tindakan asusila dan kriminal. Para pelaku zina dibiarkan, para pelaku kejahatan pun tidak merasakan efek jera dari hukuman yang dijatuhkan. Sementara hal ini jelas berbeda dengan penerapan Islam secara Kaffah dengan penegakkan Daulah Khilafah Islamiyyah. Dengan penerapan sistem pergaulan Islam akan menjamin terbentuknya masyarakat yang mulia dan beradab; di mana laki-laki dan perempuan melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan cara yang terhormat. Itulah masyarakat yang memandang perempuan bukan sebagai komoditas yang bisa dieksploitasi, tetapi sebagai warga negara yang terhormat dan aktif. Sebuah masyarakat yang generasi mudanya terlindung dari pemikiran dan gaya hidup yang merusak, dan hidupnya diarahkan oleh cara hidup yang baik, yang membuat hatinya dipenuhi perasaan takwa kepada Allah SWT. Sebuah masyarakat dengan lingkungan yang sehat, di mana generasi mudanya dapat memenuhi dorongan naluriahnya dalam batas-batas yang dibenarkan syariah. Jika Khilafah telah menciptakan kondisi yang sangat baik itu, dan masih ada yang melakukan pelanggaran, misalnya melakukan perzinaan, maka akan dikenakan sanksi tegas yaitu rajam atau jilid, yang dilakukan di hadapan publik agar publik dapat mengambil pelajaran darinya.
Penjagaan Khilafah terhadap perempuan ini sudah dibuktikan dulu ketika Islam pernah diterapkan. Bagaimana kita seringkali mendengar kisah Rasululloh yang menindak Yahudi Bani Qainuqa yang sudah menarik jilbab seorang muslimah. Rasululloh mengusir yahudi bani qainuqo dari Madinah karena sudah mengkhianati perjanjian. Pun kisah Khalifah Mu’tashim Billah yang mengerahkan pasukan dari ujung Baghdad yang satu sampai ujung Baghdad yang lain untuk menindak tentara Romawi yang sudah melecehkan kehormatan muslimah. Saat ini, ribuan muslimah berteriak menginginkan penjagaan kehormatan oleh negara. Akan tetapi negara diam seribu bahasa. Abai terhadap setiap permasalahan warganya. Sungguh ironis.
Pendidikan Karakter Kebangsaan, Akankah Menyelamatkan Generasi Bangsa ?
Dunia remaja dan pelajar Indonesia hingga saat ini masih tetap diwarnai tawuran, kriminalitas, kekerasan, pergaulan bebas, miras dan obat terlarang. Tentunya, menjadi pertanyaan besar bagi kita semua ada apa dengan pendidikan generasi kita? Dsisi lain, ada fakta bahwa remaja kita berdasar pada hasil survei lembaga swasta baru-baru ini, sebanyak 48,9 persen pelajar di Jakarta bersedia melakukan kekerasan terkait isu agama dan moralitas (vivanews.com, 1 Mei 2011). Kasus bob yang melibatkan pemuda, pelaku dan korban cuci otak dari kalangan pemuda, dan juga kondisi buruk dunia remaja, memunculkan kembali pemikiran tentang perlunya peserta didik mendapatkan pendidikan karakter ke-Indonesiaan. Karena itulah, pendidikan karakter kebangsaan dicanangkan pada peringatan Hardiknas tahun 2011 lalu.
Masalahnya, benarkah yang dibutuhkan oleh generasi bangsa ini adalah pendidikan karakter kebangsaan? Apakah sudut pandang kebangsaan yang menjadi acuan pemerintah tersebut akan efektif untuk membangun dan memajukan bangsa? Bagaimana sebenarnya arah pendidikan generasi sehingga menghasilkan sumber daya yang mampu membangun bangsa?
Mengurai Kepentingan
Gagasan pendidikan karakter kebangsaan kembali dikuatkan akhir-akhir ini seiring dengan mencuatnya isu radikalisme agama di kalangan pelajar dan mahasiswa. Adanya keinginan untuk mendirikan Negara Islam di Indonesia dengan cara-cara yang keliru semisal pencucian otak, penipuan dan yang lainnya, dipandang bahaya yang mengancam eksistensi bangsa. Terlenih pasca reformasi, pembahasan Pancasila, UUD ‘45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika dianggap tabu, yang akhirnya pilar-pilar kebangsaan itu pun mulai dilupakan. Sikap pembelaan kepada negara dan menjaga kesatuannya semakin luntur. Sebaliknya, radikalisme maupun semangat untuk ‘mengubah’ negara ini kian menguat. Seperti kemunculan NII yang selama ini ditengarai pemerintah hendak mendirikan negara Islam di Indonesia dan membubarkan Indonesia.
Berkaitan dengan penangkalan bahaya NII tersebut, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh mengatakan bahwa pendidikan karakter tidak hanya untuk membangun karakter pribadi berbasis kemuliaan semata, tetapi secara bersamaan juga bertujuan membangun karakter kemuliaan sebagai bangsa, yang bertumpu pada kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa dan negara. (kompas.com, 29 April 2011). Pemerintah juga menyatakan bahwa bahaya idiologi NII harus dilawan dengan idiologi pula. Untuk meluruskan pemahaman keliru NII harus dilakukan dengan memberikan pemahaman yang benar khususnya kepada pelajar dan mahasiswa yang selama ini menjadi sasaran utama NII. Karena itulah penangkalan NII harus dilakukan melalui lembaga pendidikan di mana para calon korban tersebut biasa menimba ilmu.
Pendidikan karakter kebangsaan bertumpu pada kecintaan dan kebanggaan terhadap Bangsa dan Negara dengan Pancasila, UUD NKRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai pilarnya. Dengan konsep ini, diharapkan peserta didik tidak mempan terindoktrinasi ajaran NII yang mengkafirkan negara dan warga negaranya yang tidak masuk golongan mereka. Tak hanya itu, pendidikan karakter ini juga diharapkan menjadi pilar kebangkitan bangsa yang kini makih terpuruk. Disinyalir, terpuruknya bangsa disebabkan karena warga negaranya sudah tidak lagi mencintai Pancasila, UUD ‘45, NKRI dan lupa ber-Bhinneka Tunggal Ika. Dalam tataran inilah pendidikan yang mengembalikan peran keempat pilar kebangsaan itu dianggap sangat urgen.
Pendidikan Basis Karakter
Pendidikan berbasis karakter kebangsaan sebenarnya pernah dijalankan bangsa ini di masa awal kemerdekaan. Kecintaan dan pembelaan yang mendalam terhadap negara menjadi bukti pengaruh pendidikan kebangsaan yang pernah dijalankan. Namun, seperti yang kita rasakan, pengaruh pendidikan kebangsaan tersebut ternyata bersifat sementara. Begitu penjajah (Belanda atau tentara Sekutu) hilang dari bumi nusantara, semangat pembelaan terhadap negara mulai mengendur.
Penguatan sikap kebangsaan kembali dikuatkan di era Orde Baru. Mengusung slogan pembangunan nasional, Pancasila dijabarkan dalam butir-butir P4. Berbagai penataran dan lomba-lomba yang mengusung pilar-pilar kebangsaan itupun menjadi acara tahunan wajib yang harus diikuti oleh siswa maupun pegawai pemerintah. Benar saja, dukungan dan loyalitas kepada pemerintahan pun kian kuat. Saking kuatnya, mereka hampir-hampir tidak mampu memilah benang pemisah antara kebaikan dan keburukan yang dijalankan pemerintah. Tiga puluh tahun masa penguatan kebangsaan berbuah kultus pada penguasa yang makin tidak memperhatikan hak-hak rakyatnya. Bom waktu pun meledak, karena pendidikan kebangsaan ternyata menjadi alat bagi penguasa untuk mendominasi kekuasaan dan mengeliminir hak-hak rakyat.
Mungkin ada sebagian pihak yang berpendapat bahwa dengan kuatnya pendidikan kebangsaan, ancaman disintegrasi, separatisme, radikalisme dan anti Indonesia bisa dikendalikan. Dan itu pernah dirasakan bangsa ini di era Orba. Pendapat ini tentu saja tidak sepenuhnya benar, bahkan cenderung membohongi kenyataan. Sebenarnya, gejolak anti pemerintah yang korup sudah berlangsung meski pendidikan kebangsaan diterapkan pada masyarakat. Namun, penguasa ternyata lebih pintar menyimpan bobrok demokrasi ini sehingga ada kesan mampu mengeliminasi gejolak anti ke-Indonesiaan. Berbagai tindakan represif pemerintah saat itu mampu dijalankan dengan rapi. Masyarakat awam akhirnya mampu dibodohi untuk tunduk kepada kekuatan rezim korup atas nama pembelaan kepada negara.
Pendidikan karakter kebangsaan pada sejarahnya terbukti tidak membawa negara ini maju, malah terbelit dengan berbagai persoalan pelik yang beratnya bisa dirasakan hingga tujuh turunan. Pendidikan karakter kebangsaan hanya menghasilkan robot-robot pembela bangsa yang tidak mampu membedakan benar-salah, halal-haram ataupun baik-buruk. Generasi yang berkarakter kebangsaan juga terbukti tidak mampu menyelesaikan berbagai masalah bangsa yang kini membelit.
Terlebih lagi, sebenarnya akar persoalan bangsa bukanlah terletak pada tidak diterapkannya Idiologi Pancasila, tapi karena sekulerisme yang menggurita. Sebaik apapun orangnya, sesantun apapun perilaku pelaksana negeri ini, bila rusak sistemnya, maka mereka tidak akan mampu mengubah wajah bangsa.
Sekulerisasi Pendidikan
Penerapan sistem demokrasi dan ekonomi kapitalis sesungguhnya merupakan masalah dasar munculnya berbagai persoalan termasuk didalamnya yang terkait dengan karakter manusia dan aturan yang dibuatnya. Berbagai tindakan buruk manusia, lahir dari cara pandang terhadap kehidupan dan adanya aturan yang lahir dari cara pandang tersebut. Saat bangsa ini menganut sistem demokrasi - yang bertumpu pada empat pilar kebebasan yakni kebebasan bertindak, berpendapat, bebas mengeksploitasi sumber daya alam, kebebasan beragama, yang terangkum dalam HAM - maka bisa kita saksikan dan rasakan bahwa aturan yang diterapkan di tengah masyarakat adalah aturan yang liberal.
Dunia gelap remaja semisal bisnis dan konsumsi narkoba, barang haram ini tidak diberantas seutuhnya karena dipandang benda ekonomis sepanjang masih ada orang yang membutuhkannya dan ternyata menguntungkan. Pergaulan bebas, tidak serius dilarang mengingat bahwa persoalan ini masuk dalam ranah individu yang mempunyai hak asasi manusia untuk melakukan apa saja yang disukainya. Pornografi-pornoaksi, cenderung dilegalkan karena memberi keuntungan pada pendapatan individu masyarakat maupun Negara dengan pajaknya. Dan segudang problem lain, termasuk dalam hal pelaksanaan hak beragama. Kasus semisal ahmadiyah, aliran sesatnya Lia Eden, cuci otak ala NII, dan aliran sesat lainnya tidak kunjung tuntas dan telah membawa banyak korban.
Bila pendidikan dijadikan tumpuan untuk membangun karakter bangsa unggulan, sementara sistem besar yang menjadi pilar tegaknya pendidikan ini berorientasi pada sekularisme dan kapitalisme, akankah berhasil? Jawabnya tentu tidak, tumpuan ini begitu rapuh. Orientasi pendidikan sudah dibalut kepentingan ideologi kapitalistis. Bagaimana bisa dilawan dengan gerakan moral yang berbasis pada pilar bangsa yang nyatanya juga sekuleris? Pencanangan pendidikan karakter kebangsaan, di samping tidak akan menyelesaikan persolaan juga menjadi bukti adanya upaya pelanggengan idiologi sekulerisme di negeri ini. Pendidikan yang selama ini menjadi pintu masuknya pemahaman justru makin terkuasai oleh sekulerisme.
Pendidikan karakter kebangsaan kontra produktif dengan semangat kembali kepada Islam Kaffaah. Sebab, dalam beberapa sisi, pilar-pilar kebangsaan Indonesia secara sengaja mengarahkan pengembannya untuk lebih mencintai negara melebihi kecintaan kepada Allah SWT. Padahal Allah SWT telah memperingatkan:
“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (TQS. At Taubah [9]:24)
Begitu pula Allah SWT telah melarang kaum muslim mengikuti hukum yang tidak berbasis pada ideologi Islam alias hukum jahiliyah, dan sebaliknya memerintahkan untuk menerapkan Islam secara sempurna.
Allah SWT berfirman :
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (TQS. Al Maidah [5] : 50)
Membangun pendidikan karakter kebangsaan hanyalah upaya tambal sulam dari rusaknya sistem kehidupan yang sekuler. Sungguh, hal itu tidak akan memperbaiki persoalan, justru menambah persoalan baru karena mengokohkan sekulerisme -idiologi yang bertentangan dengan Islam.
Karakter Kepribadian Islam
Karakter kebangsaan bukanlah karakter generasi pembangun bangsa yang shohih, yang mempunyai visi dan misi mengubah negeri menjadi maju, beradab dan kuat. Sesungguhnya yang dibutuhkan oleh generasi ini adalah pendidikan berbasis karakter yang shohih. Dalam hal ini, Islam sebagai agama yang pernah membangun sebuah peradaban maju telah memberikan aturan membangun pendidikan yang shohih. Pendidikan yang dibangun oleh Islam terbukti menghasilkan generasi yang mampu membangun peradaban maju dan kuat.
Sistem pendidikan Islam tersebut menitik beratkan pada terbentuknya karakter kepribadian Islam, bukan semata-mata pembelaan kepada bangsa. Pendidikan yang bertujuan membentuk karakter kepribadian Islam tentu berbeda dengan karakter kebangsaan. Sebab, karakter kepribadian Islam dibangun berdasarkan aqidah Islam. Yang dihasilkan adalah generasi yang memiliki sudut pandang dan pemikiran yang shohih (Islami) dan sikap atau perilaku yang tidak menyimpang dari aturan Sang Khalik. Hal ini sangat penting, mengingat kunci dari semua persoalan bangsa adalah benarnya (shohihnya) aturan dan kebijakan yang diterapkan, dan itu dapat
terwujud hanya melalui proses pendidikan yang shohih.
Pendidikan Islam tidak saja menghasilkan generasi yang benar dalam sikap dan pemikiran, namun juga semangat yang tinggi dalam menguasai ilmu-ilmu terapan (ilmu pengetahuan dan teknologi). Hal ini sangat penting untuk membawa bangsa keluar dari krisis multidimensi yang disebabkan oleh lemahnya penguasaan iptek sehingga bergantung pada negara asing.
Pendidikan Islam tidak akan mencetak generasi yang anarkis, meski untuk melawan kedholiman penguasa sekalipun. Sebab, aqidah dan syariah Islam telah menetapkan metode yang shohih untuk membangun negara, peradaban dan masyarakat. Bukti atas majunya bangsa yang menerapkan pendidikan Islam telah terukir dalam sejarah panjang kehidupan Daulah Khilafah Islamiyyah sejak Rasulullah Saw mendirikannya di Madinah hingga kelemahannya di abad 19 M. Sungguh, kaum muslim terdahulu telah menerapkannya, hanya saja mereka kini telah dibutakan oleh sistem kufur yang menutupi keluhuran sistem pendidikan Islam tersebut.
Penutup
Sudah saatnya bangsa ini berpikir untuk melahirkan generasi yang memiliki kepribadian Islam melalui sistem pendidikan Islam. Inilah satu-satunya solusi untuk mengatasi berbagai persoalan menyangkut kualitas generasi. Memang, semua itu tidak mudah dilakukan, sebab sistem pendidikan Islam akan sempurna diterapkan dalam wadah negara Khilafah Islam.
Umat Islam secara keseluruhan harus mencurahkan segenap tenaganya untuk mewujudkan tatanan kehidupan Islam. Itu semua dilakukan demi menyambut seruan Allah SWT, “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu…” (TQS. Al Anfaal [8]:24).
Masalahnya, benarkah yang dibutuhkan oleh generasi bangsa ini adalah pendidikan karakter kebangsaan? Apakah sudut pandang kebangsaan yang menjadi acuan pemerintah tersebut akan efektif untuk membangun dan memajukan bangsa? Bagaimana sebenarnya arah pendidikan generasi sehingga menghasilkan sumber daya yang mampu membangun bangsa?
Mengurai Kepentingan
Gagasan pendidikan karakter kebangsaan kembali dikuatkan akhir-akhir ini seiring dengan mencuatnya isu radikalisme agama di kalangan pelajar dan mahasiswa. Adanya keinginan untuk mendirikan Negara Islam di Indonesia dengan cara-cara yang keliru semisal pencucian otak, penipuan dan yang lainnya, dipandang bahaya yang mengancam eksistensi bangsa. Terlenih pasca reformasi, pembahasan Pancasila, UUD ‘45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika dianggap tabu, yang akhirnya pilar-pilar kebangsaan itu pun mulai dilupakan. Sikap pembelaan kepada negara dan menjaga kesatuannya semakin luntur. Sebaliknya, radikalisme maupun semangat untuk ‘mengubah’ negara ini kian menguat. Seperti kemunculan NII yang selama ini ditengarai pemerintah hendak mendirikan negara Islam di Indonesia dan membubarkan Indonesia.
Berkaitan dengan penangkalan bahaya NII tersebut, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh mengatakan bahwa pendidikan karakter tidak hanya untuk membangun karakter pribadi berbasis kemuliaan semata, tetapi secara bersamaan juga bertujuan membangun karakter kemuliaan sebagai bangsa, yang bertumpu pada kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa dan negara. (kompas.com, 29 April 2011). Pemerintah juga menyatakan bahwa bahaya idiologi NII harus dilawan dengan idiologi pula. Untuk meluruskan pemahaman keliru NII harus dilakukan dengan memberikan pemahaman yang benar khususnya kepada pelajar dan mahasiswa yang selama ini menjadi sasaran utama NII. Karena itulah penangkalan NII harus dilakukan melalui lembaga pendidikan di mana para calon korban tersebut biasa menimba ilmu.
Pendidikan karakter kebangsaan bertumpu pada kecintaan dan kebanggaan terhadap Bangsa dan Negara dengan Pancasila, UUD NKRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai pilarnya. Dengan konsep ini, diharapkan peserta didik tidak mempan terindoktrinasi ajaran NII yang mengkafirkan negara dan warga negaranya yang tidak masuk golongan mereka. Tak hanya itu, pendidikan karakter ini juga diharapkan menjadi pilar kebangkitan bangsa yang kini makih terpuruk. Disinyalir, terpuruknya bangsa disebabkan karena warga negaranya sudah tidak lagi mencintai Pancasila, UUD ‘45, NKRI dan lupa ber-Bhinneka Tunggal Ika. Dalam tataran inilah pendidikan yang mengembalikan peran keempat pilar kebangsaan itu dianggap sangat urgen.
Pendidikan Basis Karakter
Pendidikan berbasis karakter kebangsaan sebenarnya pernah dijalankan bangsa ini di masa awal kemerdekaan. Kecintaan dan pembelaan yang mendalam terhadap negara menjadi bukti pengaruh pendidikan kebangsaan yang pernah dijalankan. Namun, seperti yang kita rasakan, pengaruh pendidikan kebangsaan tersebut ternyata bersifat sementara. Begitu penjajah (Belanda atau tentara Sekutu) hilang dari bumi nusantara, semangat pembelaan terhadap negara mulai mengendur.
Penguatan sikap kebangsaan kembali dikuatkan di era Orde Baru. Mengusung slogan pembangunan nasional, Pancasila dijabarkan dalam butir-butir P4. Berbagai penataran dan lomba-lomba yang mengusung pilar-pilar kebangsaan itupun menjadi acara tahunan wajib yang harus diikuti oleh siswa maupun pegawai pemerintah. Benar saja, dukungan dan loyalitas kepada pemerintahan pun kian kuat. Saking kuatnya, mereka hampir-hampir tidak mampu memilah benang pemisah antara kebaikan dan keburukan yang dijalankan pemerintah. Tiga puluh tahun masa penguatan kebangsaan berbuah kultus pada penguasa yang makin tidak memperhatikan hak-hak rakyatnya. Bom waktu pun meledak, karena pendidikan kebangsaan ternyata menjadi alat bagi penguasa untuk mendominasi kekuasaan dan mengeliminir hak-hak rakyat.
Mungkin ada sebagian pihak yang berpendapat bahwa dengan kuatnya pendidikan kebangsaan, ancaman disintegrasi, separatisme, radikalisme dan anti Indonesia bisa dikendalikan. Dan itu pernah dirasakan bangsa ini di era Orba. Pendapat ini tentu saja tidak sepenuhnya benar, bahkan cenderung membohongi kenyataan. Sebenarnya, gejolak anti pemerintah yang korup sudah berlangsung meski pendidikan kebangsaan diterapkan pada masyarakat. Namun, penguasa ternyata lebih pintar menyimpan bobrok demokrasi ini sehingga ada kesan mampu mengeliminasi gejolak anti ke-Indonesiaan. Berbagai tindakan represif pemerintah saat itu mampu dijalankan dengan rapi. Masyarakat awam akhirnya mampu dibodohi untuk tunduk kepada kekuatan rezim korup atas nama pembelaan kepada negara.
Pendidikan karakter kebangsaan pada sejarahnya terbukti tidak membawa negara ini maju, malah terbelit dengan berbagai persoalan pelik yang beratnya bisa dirasakan hingga tujuh turunan. Pendidikan karakter kebangsaan hanya menghasilkan robot-robot pembela bangsa yang tidak mampu membedakan benar-salah, halal-haram ataupun baik-buruk. Generasi yang berkarakter kebangsaan juga terbukti tidak mampu menyelesaikan berbagai masalah bangsa yang kini membelit.
Terlebih lagi, sebenarnya akar persoalan bangsa bukanlah terletak pada tidak diterapkannya Idiologi Pancasila, tapi karena sekulerisme yang menggurita. Sebaik apapun orangnya, sesantun apapun perilaku pelaksana negeri ini, bila rusak sistemnya, maka mereka tidak akan mampu mengubah wajah bangsa.
Sekulerisasi Pendidikan
Penerapan sistem demokrasi dan ekonomi kapitalis sesungguhnya merupakan masalah dasar munculnya berbagai persoalan termasuk didalamnya yang terkait dengan karakter manusia dan aturan yang dibuatnya. Berbagai tindakan buruk manusia, lahir dari cara pandang terhadap kehidupan dan adanya aturan yang lahir dari cara pandang tersebut. Saat bangsa ini menganut sistem demokrasi - yang bertumpu pada empat pilar kebebasan yakni kebebasan bertindak, berpendapat, bebas mengeksploitasi sumber daya alam, kebebasan beragama, yang terangkum dalam HAM - maka bisa kita saksikan dan rasakan bahwa aturan yang diterapkan di tengah masyarakat adalah aturan yang liberal.
Dunia gelap remaja semisal bisnis dan konsumsi narkoba, barang haram ini tidak diberantas seutuhnya karena dipandang benda ekonomis sepanjang masih ada orang yang membutuhkannya dan ternyata menguntungkan. Pergaulan bebas, tidak serius dilarang mengingat bahwa persoalan ini masuk dalam ranah individu yang mempunyai hak asasi manusia untuk melakukan apa saja yang disukainya. Pornografi-pornoaksi, cenderung dilegalkan karena memberi keuntungan pada pendapatan individu masyarakat maupun Negara dengan pajaknya. Dan segudang problem lain, termasuk dalam hal pelaksanaan hak beragama. Kasus semisal ahmadiyah, aliran sesatnya Lia Eden, cuci otak ala NII, dan aliran sesat lainnya tidak kunjung tuntas dan telah membawa banyak korban.
Bila pendidikan dijadikan tumpuan untuk membangun karakter bangsa unggulan, sementara sistem besar yang menjadi pilar tegaknya pendidikan ini berorientasi pada sekularisme dan kapitalisme, akankah berhasil? Jawabnya tentu tidak, tumpuan ini begitu rapuh. Orientasi pendidikan sudah dibalut kepentingan ideologi kapitalistis. Bagaimana bisa dilawan dengan gerakan moral yang berbasis pada pilar bangsa yang nyatanya juga sekuleris? Pencanangan pendidikan karakter kebangsaan, di samping tidak akan menyelesaikan persolaan juga menjadi bukti adanya upaya pelanggengan idiologi sekulerisme di negeri ini. Pendidikan yang selama ini menjadi pintu masuknya pemahaman justru makin terkuasai oleh sekulerisme.
Pendidikan karakter kebangsaan kontra produktif dengan semangat kembali kepada Islam Kaffaah. Sebab, dalam beberapa sisi, pilar-pilar kebangsaan Indonesia secara sengaja mengarahkan pengembannya untuk lebih mencintai negara melebihi kecintaan kepada Allah SWT. Padahal Allah SWT telah memperingatkan:
“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (TQS. At Taubah [9]:24)
Begitu pula Allah SWT telah melarang kaum muslim mengikuti hukum yang tidak berbasis pada ideologi Islam alias hukum jahiliyah, dan sebaliknya memerintahkan untuk menerapkan Islam secara sempurna.
Allah SWT berfirman :
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (TQS. Al Maidah [5] : 50)
Membangun pendidikan karakter kebangsaan hanyalah upaya tambal sulam dari rusaknya sistem kehidupan yang sekuler. Sungguh, hal itu tidak akan memperbaiki persoalan, justru menambah persoalan baru karena mengokohkan sekulerisme -idiologi yang bertentangan dengan Islam.
Karakter Kepribadian Islam
Karakter kebangsaan bukanlah karakter generasi pembangun bangsa yang shohih, yang mempunyai visi dan misi mengubah negeri menjadi maju, beradab dan kuat. Sesungguhnya yang dibutuhkan oleh generasi ini adalah pendidikan berbasis karakter yang shohih. Dalam hal ini, Islam sebagai agama yang pernah membangun sebuah peradaban maju telah memberikan aturan membangun pendidikan yang shohih. Pendidikan yang dibangun oleh Islam terbukti menghasilkan generasi yang mampu membangun peradaban maju dan kuat.
Sistem pendidikan Islam tersebut menitik beratkan pada terbentuknya karakter kepribadian Islam, bukan semata-mata pembelaan kepada bangsa. Pendidikan yang bertujuan membentuk karakter kepribadian Islam tentu berbeda dengan karakter kebangsaan. Sebab, karakter kepribadian Islam dibangun berdasarkan aqidah Islam. Yang dihasilkan adalah generasi yang memiliki sudut pandang dan pemikiran yang shohih (Islami) dan sikap atau perilaku yang tidak menyimpang dari aturan Sang Khalik. Hal ini sangat penting, mengingat kunci dari semua persoalan bangsa adalah benarnya (shohihnya) aturan dan kebijakan yang diterapkan, dan itu dapat
terwujud hanya melalui proses pendidikan yang shohih.
Pendidikan Islam tidak saja menghasilkan generasi yang benar dalam sikap dan pemikiran, namun juga semangat yang tinggi dalam menguasai ilmu-ilmu terapan (ilmu pengetahuan dan teknologi). Hal ini sangat penting untuk membawa bangsa keluar dari krisis multidimensi yang disebabkan oleh lemahnya penguasaan iptek sehingga bergantung pada negara asing.
Pendidikan Islam tidak akan mencetak generasi yang anarkis, meski untuk melawan kedholiman penguasa sekalipun. Sebab, aqidah dan syariah Islam telah menetapkan metode yang shohih untuk membangun negara, peradaban dan masyarakat. Bukti atas majunya bangsa yang menerapkan pendidikan Islam telah terukir dalam sejarah panjang kehidupan Daulah Khilafah Islamiyyah sejak Rasulullah Saw mendirikannya di Madinah hingga kelemahannya di abad 19 M. Sungguh, kaum muslim terdahulu telah menerapkannya, hanya saja mereka kini telah dibutakan oleh sistem kufur yang menutupi keluhuran sistem pendidikan Islam tersebut.
Penutup
Sudah saatnya bangsa ini berpikir untuk melahirkan generasi yang memiliki kepribadian Islam melalui sistem pendidikan Islam. Inilah satu-satunya solusi untuk mengatasi berbagai persoalan menyangkut kualitas generasi. Memang, semua itu tidak mudah dilakukan, sebab sistem pendidikan Islam akan sempurna diterapkan dalam wadah negara Khilafah Islam.
Umat Islam secara keseluruhan harus mencurahkan segenap tenaganya untuk mewujudkan tatanan kehidupan Islam. Itu semua dilakukan demi menyambut seruan Allah SWT, “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu…” (TQS. Al Anfaal [8]:24).
Kamis, 07 Juli 2011
Bidadari Dunia
Banyak sekali yang terjadi dalam hidup ini...
ada suka, ada duka, ada menyenangkan, ada menyakitkan...
tapi satu hal yang bisa kita ambil, bahwa apapun rasanya kita tengah mengumpulkan kristal berharga dalam hidup..
Kristal yang kita ambil dalam setiap perjalanan hidup kita dengan susah payah..
Kita ambil satu persatu, lalu dimasukkan dalam saku kantong kita..
Hingga kelak kita bisa nikmati keindahan dan kemilau kristal kita itu..
Subhanallah..
begitu pun dakwah...
dakwah adalah nafas kita, dakwah adalah bagian hidup kita, dakwah adalah hal yang tak bisa kita lepaskan dalam perjalanan hidup kita...
Adalah kenikmatan yang luar biasa tergabung dalam barisan dan jamaah dakwah...
Sungguh, kenikmatan yang tak bisa terungkap dengan untaian kata...
Selalu berharap untuk menjadi mutiara umat dan bidadari dunia, berharap untuk menjadi bintang gemintang yang selalu bercahaya di antara bintang-bntang yang lain...
Setiap tempaan hidup senantiasa menjadi pencerah keimanan, cahaya kegelapan, sehingga kekufuran akan lenyap dengan cahaya yang selalu dipancarkan pengemban dakwah...
Berharap untuk selalu menjadi bidadari dunia, melangkah dengan penuh kemantapan, dan keikhlasan, menyonsong sebuah harapan yang selalu terhujam dalam dadanya...
Setiap yang dihadapinya selalu memperkuat imannya kepada Sang Pencipta, mengokohkan langkahnya dengan sebuah keyakinan Nashrulloh segera tiba...
ya, itulah sosok bidadari yang tak pernah putus asa menghadapi setiap tantangan dakwah, karena baginya ridho Alloh di atas segalanya...
Hingga dia bisa menatap dunia rimbun dengan naungan Islam, kesejahteraan Islam bisa dirasakan, dan menikmati bendera Islam berkibar di seluruh penjuru dunia...
Subhanalloh...
begitulah pengemban dakwah sejatinya yang tak lain adalah bidadari dunia...
selalu optimis, tak gentar dengan apapun jua, karena Alloh tujuan abadi...
keep fight for Khilafah!!!
ada suka, ada duka, ada menyenangkan, ada menyakitkan...
tapi satu hal yang bisa kita ambil, bahwa apapun rasanya kita tengah mengumpulkan kristal berharga dalam hidup..
Kristal yang kita ambil dalam setiap perjalanan hidup kita dengan susah payah..
Kita ambil satu persatu, lalu dimasukkan dalam saku kantong kita..
Hingga kelak kita bisa nikmati keindahan dan kemilau kristal kita itu..
Subhanallah..
begitu pun dakwah...
dakwah adalah nafas kita, dakwah adalah bagian hidup kita, dakwah adalah hal yang tak bisa kita lepaskan dalam perjalanan hidup kita...
Adalah kenikmatan yang luar biasa tergabung dalam barisan dan jamaah dakwah...
Sungguh, kenikmatan yang tak bisa terungkap dengan untaian kata...
Selalu berharap untuk menjadi mutiara umat dan bidadari dunia, berharap untuk menjadi bintang gemintang yang selalu bercahaya di antara bintang-bntang yang lain...
Setiap tempaan hidup senantiasa menjadi pencerah keimanan, cahaya kegelapan, sehingga kekufuran akan lenyap dengan cahaya yang selalu dipancarkan pengemban dakwah...
Berharap untuk selalu menjadi bidadari dunia, melangkah dengan penuh kemantapan, dan keikhlasan, menyonsong sebuah harapan yang selalu terhujam dalam dadanya...
Setiap yang dihadapinya selalu memperkuat imannya kepada Sang Pencipta, mengokohkan langkahnya dengan sebuah keyakinan Nashrulloh segera tiba...
ya, itulah sosok bidadari yang tak pernah putus asa menghadapi setiap tantangan dakwah, karena baginya ridho Alloh di atas segalanya...
Hingga dia bisa menatap dunia rimbun dengan naungan Islam, kesejahteraan Islam bisa dirasakan, dan menikmati bendera Islam berkibar di seluruh penjuru dunia...
Subhanalloh...
begitulah pengemban dakwah sejatinya yang tak lain adalah bidadari dunia...
selalu optimis, tak gentar dengan apapun jua, karena Alloh tujuan abadi...
keep fight for Khilafah!!!
Jumat, 01 Juli 2011
Mentari, Samudra dan Hujan
Mentari....
Semua orang tahu jika mentari selalu memancarkan sinarnya dan menerangi dunia. Mentari menyambut semua orang di pagi hari dengan ceria. Tak peduli apakah orang2 itu sehat, sakit, kaya, miskin, laki-laki, perempuan, tua, muda, sedang bahagia atau bermasalah atau dengan sejumlah perbedaan lainnya. Tapi mentari selalu tersenyum manis, memberikan kehangatan sinarnya di pagi hari. Memberi energi positif kepada siapapun di pagi hari. Tak terbayang jika mentari tak menyambut kita di pagi hari, apa jadinya? Malas beraktifitas, bad mood atau bahkan tak bersemangat jalani apapun. Jika sudah seperti itu, maka kita begitu merasakan pentingnya kehadiran mentari di sisi kita. Tapi kadang, karena mentari selalu muncul di pagi hari, dianggap sebagai suatu hal yg biasa padahal keberadaannya luarr biasa. Tapi mentari tak peduli apa dan bagaimana respon orang. Dia selalu ada, selalu tersenyum, selalu memberikan kehangatan kepada siapapu. Yaa.. inilah mentari yang kehadirannya kita butuhkan dan selalu dinantikan...
Samudra....
Samudra begitu luas.. membiarkan siapapun mengarunginya. Siang malam, hujan atau pun panas terik, samudra tetaplah luas, tetap terbentang dan tetap lapang. Samudra yang luas memberikan kesempatan kepada siapapun untuk menikmati keluasannya, menyuguhkan “hidangan lezat” Sang Pencipta, membuat siapapun yg melihatnya takjub dan kagum pada Pelukisnya yaitu Alloh. Samudra memberikan kenyamanan kepada siapapun yang meilhatnya. Membuat dada yg sesak menjadi lega, menjadi mata yg sempit menjadi terbuka lebar manyapu semua pemandangan yg luas. Samudra yang tetap tenang dan bersatu dengan mentari menyuguhkan pemandangan yang luar biasa. Baik saat mentari datang di pagi hari ataupun saat mentari tenggelam.
Hujan....
Hujan dinantikan setiap orang. Air yang turun ke tanah dengan aromanya yg khas membuat siapapun yang menciumnya merasa begitu nyaman. Hujan menenangkan siapapun. Bunyinya yang khas terasa begitu indah terdengar di telinga. Menjadi orkestra alam yang menakjubkan. Jika lama tak turun hujan, maka banyak orang resah, khawatir, karena air sumber kehidupan kedua. Saat turun hujan, orang pun besorak, menunjukkan syukurnya kepada Sang Pencipta. Saat air turun ke bumi, kesejukkan begitu terasa. Meredam insan yang sedang panas hatinya. Menjernihkan pikiran insan yang sedang kalut. Memberikan kenyamanan hati pada insan yang sedang galau. Inilah hujan, yang kehadirannya selalu dinantikan dan dirindukan. Membasahi daun-daun yang kering dan membuatnya hijau kembali.
Mentari, samudra dan hujan adalah simbol bagi 3 sahabat perjuangan, yang selalu bersama untuk saling menguatkan, selalu ada untuk mengokohkan satu sama lain, dan selalu melangkah bersama menggapai tujuan yang mulia. Ketulusan dan kesolidan ketiganya menjadi kekuatan untuk terus merajut perjuangan Islam. Saat salah satu diantara ketiganya tak ada, seolah ada yang terhempas dan ada yang hilang. Namun ketikapun ketiganya tak bersatu lagi, perjuangan harus tetap dijalankan tak boleh ditinggalkan. Karena perjuangan ini hanya untuk Alloh saja.
Sungguh, saat sekarang ketiganya tak bersatu lagi karena dipisahkan ruang dan waktu, ada sesuatu yang hilang dari hati, dan merindukan masa-masa kebersamaan silam. Yaa inilah persahabatan karena Alloh, persahabatan yang muncul karena perjuangan di JalanNYA. Sekarang aku hanya bisa berdoa, semoga antunna dimanapun berada tak pernah melupakan persahabatn yang kita jalin. Selalu menyelipkan namaku dalam doa antunna. Semoga mentari pagi hari selalu mengingatkan antunna kepadaku. Begitupun aku yg selalu ingat antunna jika melihat dan merasakan hujan ataupun samudra. Kehadiran antunna bagitu aku rindukan. Kelapangan dan keluasan samudra begitu teringat jelas, saat samudra memaafkan dan bijak menyikapi setiap permasalahan. Kata-kata hujan yang membasahi setiap relung hati, menggugah dan mampu membuat siapapun berkontemplasi dengan untaian katanya. Aku benar-benar merindukan masa-masa seperti dulu lagi. Semoga Alloh selalu melindungi antunna dimanapun dan dalam kondisi apapun. Mentari hanya berharap agar samudra dan hujan selalu dikuatkan dan dikokohkan dalam setiap langkah perjuangan Islam dan Khilafah... Allohu Akbar..
-sahabat yg merindukanmu dan mencintaimu karena Alloh-
Semua orang tahu jika mentari selalu memancarkan sinarnya dan menerangi dunia. Mentari menyambut semua orang di pagi hari dengan ceria. Tak peduli apakah orang2 itu sehat, sakit, kaya, miskin, laki-laki, perempuan, tua, muda, sedang bahagia atau bermasalah atau dengan sejumlah perbedaan lainnya. Tapi mentari selalu tersenyum manis, memberikan kehangatan sinarnya di pagi hari. Memberi energi positif kepada siapapun di pagi hari. Tak terbayang jika mentari tak menyambut kita di pagi hari, apa jadinya? Malas beraktifitas, bad mood atau bahkan tak bersemangat jalani apapun. Jika sudah seperti itu, maka kita begitu merasakan pentingnya kehadiran mentari di sisi kita. Tapi kadang, karena mentari selalu muncul di pagi hari, dianggap sebagai suatu hal yg biasa padahal keberadaannya luarr biasa. Tapi mentari tak peduli apa dan bagaimana respon orang. Dia selalu ada, selalu tersenyum, selalu memberikan kehangatan kepada siapapu. Yaa.. inilah mentari yang kehadirannya kita butuhkan dan selalu dinantikan...
Samudra....
Samudra begitu luas.. membiarkan siapapun mengarunginya. Siang malam, hujan atau pun panas terik, samudra tetaplah luas, tetap terbentang dan tetap lapang. Samudra yang luas memberikan kesempatan kepada siapapun untuk menikmati keluasannya, menyuguhkan “hidangan lezat” Sang Pencipta, membuat siapapun yg melihatnya takjub dan kagum pada Pelukisnya yaitu Alloh. Samudra memberikan kenyamanan kepada siapapun yang meilhatnya. Membuat dada yg sesak menjadi lega, menjadi mata yg sempit menjadi terbuka lebar manyapu semua pemandangan yg luas. Samudra yang tetap tenang dan bersatu dengan mentari menyuguhkan pemandangan yang luar biasa. Baik saat mentari datang di pagi hari ataupun saat mentari tenggelam.
Hujan....
Hujan dinantikan setiap orang. Air yang turun ke tanah dengan aromanya yg khas membuat siapapun yang menciumnya merasa begitu nyaman. Hujan menenangkan siapapun. Bunyinya yang khas terasa begitu indah terdengar di telinga. Menjadi orkestra alam yang menakjubkan. Jika lama tak turun hujan, maka banyak orang resah, khawatir, karena air sumber kehidupan kedua. Saat turun hujan, orang pun besorak, menunjukkan syukurnya kepada Sang Pencipta. Saat air turun ke bumi, kesejukkan begitu terasa. Meredam insan yang sedang panas hatinya. Menjernihkan pikiran insan yang sedang kalut. Memberikan kenyamanan hati pada insan yang sedang galau. Inilah hujan, yang kehadirannya selalu dinantikan dan dirindukan. Membasahi daun-daun yang kering dan membuatnya hijau kembali.
Mentari, samudra dan hujan adalah simbol bagi 3 sahabat perjuangan, yang selalu bersama untuk saling menguatkan, selalu ada untuk mengokohkan satu sama lain, dan selalu melangkah bersama menggapai tujuan yang mulia. Ketulusan dan kesolidan ketiganya menjadi kekuatan untuk terus merajut perjuangan Islam. Saat salah satu diantara ketiganya tak ada, seolah ada yang terhempas dan ada yang hilang. Namun ketikapun ketiganya tak bersatu lagi, perjuangan harus tetap dijalankan tak boleh ditinggalkan. Karena perjuangan ini hanya untuk Alloh saja.
Sungguh, saat sekarang ketiganya tak bersatu lagi karena dipisahkan ruang dan waktu, ada sesuatu yang hilang dari hati, dan merindukan masa-masa kebersamaan silam. Yaa inilah persahabatan karena Alloh, persahabatan yang muncul karena perjuangan di JalanNYA. Sekarang aku hanya bisa berdoa, semoga antunna dimanapun berada tak pernah melupakan persahabatn yang kita jalin. Selalu menyelipkan namaku dalam doa antunna. Semoga mentari pagi hari selalu mengingatkan antunna kepadaku. Begitupun aku yg selalu ingat antunna jika melihat dan merasakan hujan ataupun samudra. Kehadiran antunna bagitu aku rindukan. Kelapangan dan keluasan samudra begitu teringat jelas, saat samudra memaafkan dan bijak menyikapi setiap permasalahan. Kata-kata hujan yang membasahi setiap relung hati, menggugah dan mampu membuat siapapun berkontemplasi dengan untaian katanya. Aku benar-benar merindukan masa-masa seperti dulu lagi. Semoga Alloh selalu melindungi antunna dimanapun dan dalam kondisi apapun. Mentari hanya berharap agar samudra dan hujan selalu dikuatkan dan dikokohkan dalam setiap langkah perjuangan Islam dan Khilafah... Allohu Akbar..
-sahabat yg merindukanmu dan mencintaimu karena Alloh-
Kontemplasi Isra Mi’raj
Semua umat islam rasanya sudah tidak asing lagi dengan momen Isra Miraj. Tapi nampaknya makna dari mukjizat ini harus terus diperdalam karena sudah mulai asing di tengah masyarakat. Bagaimana tidak? Perayaan demi perayaan terlewati begitu saja tanpa ada penghayatn dan tanpa ada perubahan. Jadi sejatinya kita sejenak berkontemplasi untuk lebih memaknai momen ini.
Semua tahu jika Isra Miraj adalah momen diturunkannya perintah shalat untuk umat Islam. Tapi apakah kita sudah memahami bahwa dalam peristiwa Isra Miraj, rasululloh telah menunjukkan pengorbanannya sehingga shalat diperintahkan 5x untuk umat Islam. Rasululloh diberi gambaran kehidupan dunia pun dahsyatnya adzab Alloh. Sejatinya itu bisa menjadi bahan tafakur kita. Bahwa dunia ini hanyalah tempat persinggahan kita, yg kita sedang menuju tempat tinggal kita yg abadi. Namun tak semua pahami ini. Peringatan Isra miraj berlalu begitu saja, permasalahan terus bertambah, dan umat islam semakin abai dengan perintah Alloh dan sunnah RasulNya.
Inilah potret memilukan umat Islam. Terlalu terhanyut dengan kehidupan dunia. Menutup telinga dan mata dari ayat-ayat Alloh. Menutup hati dari seruan untuk kembali meneladani Rasul. Entah bagaimana jadinya jika Rasul hadir di tengah2 kita saat ini. Melihat umat yg dicintainya lupa pada perintahNya dan terlena dengan suguhan dunia. Betapa sedihnya Rasul, jika melihat umatnya yg diucapkannya saat sakaratul maut justru lupa pada sunnahnya.
Isra miraj sejatinya bisa kita jadikan momentum untuk terus berkontemplasi, sudah sejauh mana kita mencintai rasululloh. Sudah sedalam apa kita mencintai Rasul dan membuktikan cinta kita. Saudaraku hidup adalah anugrah, tapi tidak untuk disia-siakan. Hidup adalah berkah tapi bukan untuk dilewati begitu saja. Marilah kita dalami makna Isra Miraj bahwa sungguh manusia adalah hambaNYa yg dhoif yg hanya dan hanya bergantung kepada Alloh saja, bukan yg lain. Bentuk ketergantungan kita adalah dengan semakin menjalankan aturanNya yg sudah tersaji untuk kita. Alloh menunjukkan kasih sayangNYA keada kita dengan aturan ini. Tapi apakah kita akan tetap abai dengan titahNYA? Sungguh, jika kita masih seperti itu maka merugilah kita.
Saudariku mari kita sama2 manfaatkan momen ini untuk terus mengisi hidup ini dengan perjuangan Islam, taat pada perintahNya dan terus memperjuangkan islam sebagai wujud kecintaan kita kepada Rasul. Sungguh, kebahagiaan bagi kita saat bisa merasakan indahnya hidup dalam naungan Islam. Sungguh anugrah besar bagi kita saat kita diberi kesempatan untuk terus bekorban di JalanNYa karena perjuangan ini. Sungguh kenikmatan bagi kita saat mencoba menyampaikan dan menyeru Islam ke tengah-tengah masyarakat. Keyakinan kita semakin kuat bahwa Alloh akan memenuhi janjiNYA dengan memenangkan agamaNYA.
Lantas apa yg masih membuatk kita terlena? Apa yg masih membuat kita tertidur? Bangunlah wahai saudaraku, kita satukan langkah, kuatkan genggaman tangan kita untuk terus memperjuangkan Islam dan menegakkan Khilafah Islamiyah. Karena sungguh itulah wasiat Rasul yg harus kita tunaikan. Bersiaplah.. Allohu Akbar!!!
Semua tahu jika Isra Miraj adalah momen diturunkannya perintah shalat untuk umat Islam. Tapi apakah kita sudah memahami bahwa dalam peristiwa Isra Miraj, rasululloh telah menunjukkan pengorbanannya sehingga shalat diperintahkan 5x untuk umat Islam. Rasululloh diberi gambaran kehidupan dunia pun dahsyatnya adzab Alloh. Sejatinya itu bisa menjadi bahan tafakur kita. Bahwa dunia ini hanyalah tempat persinggahan kita, yg kita sedang menuju tempat tinggal kita yg abadi. Namun tak semua pahami ini. Peringatan Isra miraj berlalu begitu saja, permasalahan terus bertambah, dan umat islam semakin abai dengan perintah Alloh dan sunnah RasulNya.
Inilah potret memilukan umat Islam. Terlalu terhanyut dengan kehidupan dunia. Menutup telinga dan mata dari ayat-ayat Alloh. Menutup hati dari seruan untuk kembali meneladani Rasul. Entah bagaimana jadinya jika Rasul hadir di tengah2 kita saat ini. Melihat umat yg dicintainya lupa pada perintahNya dan terlena dengan suguhan dunia. Betapa sedihnya Rasul, jika melihat umatnya yg diucapkannya saat sakaratul maut justru lupa pada sunnahnya.
Isra miraj sejatinya bisa kita jadikan momentum untuk terus berkontemplasi, sudah sejauh mana kita mencintai rasululloh. Sudah sedalam apa kita mencintai Rasul dan membuktikan cinta kita. Saudaraku hidup adalah anugrah, tapi tidak untuk disia-siakan. Hidup adalah berkah tapi bukan untuk dilewati begitu saja. Marilah kita dalami makna Isra Miraj bahwa sungguh manusia adalah hambaNYa yg dhoif yg hanya dan hanya bergantung kepada Alloh saja, bukan yg lain. Bentuk ketergantungan kita adalah dengan semakin menjalankan aturanNya yg sudah tersaji untuk kita. Alloh menunjukkan kasih sayangNYA keada kita dengan aturan ini. Tapi apakah kita akan tetap abai dengan titahNYA? Sungguh, jika kita masih seperti itu maka merugilah kita.
Saudariku mari kita sama2 manfaatkan momen ini untuk terus mengisi hidup ini dengan perjuangan Islam, taat pada perintahNya dan terus memperjuangkan islam sebagai wujud kecintaan kita kepada Rasul. Sungguh, kebahagiaan bagi kita saat bisa merasakan indahnya hidup dalam naungan Islam. Sungguh anugrah besar bagi kita saat kita diberi kesempatan untuk terus bekorban di JalanNYa karena perjuangan ini. Sungguh kenikmatan bagi kita saat mencoba menyampaikan dan menyeru Islam ke tengah-tengah masyarakat. Keyakinan kita semakin kuat bahwa Alloh akan memenuhi janjiNYA dengan memenangkan agamaNYA.
Lantas apa yg masih membuatk kita terlena? Apa yg masih membuat kita tertidur? Bangunlah wahai saudaraku, kita satukan langkah, kuatkan genggaman tangan kita untuk terus memperjuangkan Islam dan menegakkan Khilafah Islamiyah. Karena sungguh itulah wasiat Rasul yg harus kita tunaikan. Bersiaplah.. Allohu Akbar!!!
Kamis, 30 Juni 2011
Duka 1924
1924.....
Belum semua orang tahu tahun ini. Saat saya menamakan blog dan email saya mentari1924, banyak teman saya yang bertanya, “tahun apa itu?” lucunya ada yang berkomentar dan bertanya,”itu tahun lahirmu yah?” waah setua itukah saya? Hehe... tapi satu sisi, nama blog ini bisa menjadi washilah dakwah juga, semoga... Hhhmmm.... saya tidak akan membahas panjang lebar tentang sejarah blog ini, tapi mau mencoba sedkit bercerita tentang angka 1924.
Sebetulnya jika ingin bercerita ada apa dibalik 1924, tentunya memerlukan waktu dan space yang panjang juga. Tapi saya akan batasi saja. Saat itu wilayah Islam terhampar sangat luas. Membuat musuh-musuh Islam tergiur untuk mencicipi bagian demi bagiannya. Belum lagi wilayah Islam sangat kaya akan sumber daya alam, khususnya minyak. Inggris dijuluki Negara yang Tidak Pernah Tenggelam, memiliki keinginan kuat untuk membuat Khilafah Islamiyah berkeping-keping dan bahkan lenyap selamanya.
Mustafa Kemal Attaurk dipilih Inggris untuk menjalankan misinya. Muastafa adalah sosok yang penuh dengan kemampuan agitasi terhadap musuhnya. Inggris sangat membenci khilafah dan umat Islam saat itu. Kebencian Inggris ini berhasil ditularkan kepada agennya yaitu Mustafa Kemal. Inggris mengirim mustafa agar melakukan revolusi di daulah Utsmani saat itu. Aktifitas Mustafa diawali dengan mengadakan muktamar kebangsaan di Swiss dan berhasil menghasilkan berbagai keputusan. Keputusan yang tepenting adalah tentang kemerdekaan Turki dan Mustafa diangkat menjadi ketua komite saat itu. Walhasil mustafa membentuk parlemen tandingan dan memboyong para anggotanya ke Ankara. Turki saat itu dirongrong oleh musuh-musuh Islam yang haus dengan kekalahan Islam. Inggris dan Perancis merongrong dari dalam dan mendorong Turki agar merdeka dari Khilafah Islam. Sementara di dalam negeri pun mulai timbul pergerakan untuk menentang Sultan. Ankara menjadi pusat revolusi. Melihat hal ini, Sultan tak bisa diam, beliau mengerahkan pasukannya dan sebagian rakyat yang masih tsiqoh bersatu di bawah bendera Sultan. Namun Mustafa tak kalah semangatnya untuk terus mengobarkan nasionalisme. Sehingga nasionalisme mulai tersebar. Opini umum pun digiring untuk mendukung nasionalis. Di sini kita lihat bagaimana agitatifnya Mustafa demi hancurnya Khilafah Islam.
Kondisi menjadi berpihak ke mustafa. Mustafa mengeluarkan selebaan yang mengajak umat Islam untuk memilih Komite Kebangsaan di Ankara, sementara pemerintahan yang sah ada di Istanbul. Mustafa benar-benar licik, dia mengetahui bahwa jika dia langsung menghapus khilafah maka itu bisa menimbulkan amarah yang sangat besar di kalangan rakyat saat itu. Walaupun sebagian besar rakyat sudah terpengaruh dan mulai membenci Sultan, tapi umat Islam secara syuur masih menginginkan Khilafah. Mustafa berupaya smooth menjalankan misinya, yaitu dengan mengagas pemisahan kekuasaan politik dan khilafah. Untuk menguatkan idenya, Mustafa mengambil 80 anggota dewan dari pendukungnya.
Saat rapat Komite berlangsung, Mustafa dan 80 anggota dewannya mengikuti jalannya sidang dengan cermat dan jeli. Ternyata opini umum yang beredar di Komite, bahwa mereka menentang pendapat dan usulan Mustafa untuk memisahkan kekuasaan politik dari Khilafah. Hal ini dikarenakan dalam Islam kekuasaan dan Khilafah adalah satu. Untuk apa ada Khilafah kalau tidak ada wewenang untuk memutuskan hukm atau menjalankan syariat Islam? Karena kesal dan emosi melihat semua opini umum itu, akhirnya Mustafa melangkah ke depan dan dengan marah mengatakan kepada semua anggota Komite kalau Khilafah telah merampas kekuatan rakyat Turki, mengekang kebebasan rakyat Turki dan sebagainya. Saat dilakukan vooting apakah setuju dengan pendapat Mustafa atau tidak. Ternyata yang mengangkat tangan menyatakan setuju dengan Mustafa hanya sedikit saja, tapi anehnya hasil akhir sidang memutuskan bahwa Kesultanan dihapus saat itu.
Mustafa tidak berhenti sampai di sana, tapi dia terus melakukan makar untuk menyempurnakan misinya menghancurkan Khilafah secara total. Setiap anggota dewan yang membela Sultan (Khalifah) maka tidak bisa aman dari Mustafa. Mustafa membunuhnya sepulang dari rapat Komite. Masyarakat dihantui ketakutan karena ancaman dari Mustafa. Begiitu seterusnya, sampai semua upaya dilakukan untuk membungkam umat Islam yang masih tsiqoh mempertahankan Khilafah. Mustafa terus membuat isu yang mampu membangkitkan perlawanan kepada Khilafah. Sehingga pada tanggal 3 Maret 1924 dengan lantangnya Mustafa mengumumkan bahwa resmi Khilafah dihapuskan. Khalifah diusir dan harus meninggalkan Turki segera. Khalifah Abdul Majid hanya membawa satu koper berisi beberapa lembar pakaian dan sedikit uang.
Inilah duka 1924, sejak saat itu umat Islam resmi tidak memiliki ibu. Tak ada lagi perisai ummat. Tak ada lagi yang menaungi umat. Justru sebaliknya, taring-taring musuh Islam selalu mncabik-cabik tubuh umat. Sedikit demi sedikit pun umat terkoyak dan terlelap dalam tidurnya yang panjang, menahan tangis dan sakit karena koyakan taring itu. 1924 menjadi momen yang harus selalu diingat oleh umat Islam. Karena pada tahun itu kehormatan Khilafah dihancurkan, Khalifah dihinakan.
Saat umat mulai tergeliat dari tidurnya yang panjang, maka musuh-musuh Islam itu selalu meniupkan ke telinga umat Islam, “tidurlah kembali, teruskan mimpimu yang indah...waktumu masih panjang..”
Wahai umat Islam, seruan demi seruan pengemban dakwah telah memenuhi seantero dunia, jadi bangunlah segera! Jangan terbuai di kasurmu yang empuk. Bangkitlah! Ingatlah kembali masa-masa yang menyakitkan di tahun 1924! Duhai umat Muhammad, tak layak terus berdiam diri dan menutup mata terhadap semua kedzaliman musuh-musuh Islam kepada kita! Ayo kita satukan kekuatan untuk kembali mewujudkan Khilafah! Gaung Khilafah telah membahana, kuatkan langkah kita, mantapkan niat kita, berjuang menegakkan Khilafah Islamiyyah!!
Allohu Akbar!!
Belum semua orang tahu tahun ini. Saat saya menamakan blog dan email saya mentari1924, banyak teman saya yang bertanya, “tahun apa itu?” lucunya ada yang berkomentar dan bertanya,”itu tahun lahirmu yah?” waah setua itukah saya? Hehe... tapi satu sisi, nama blog ini bisa menjadi washilah dakwah juga, semoga... Hhhmmm.... saya tidak akan membahas panjang lebar tentang sejarah blog ini, tapi mau mencoba sedkit bercerita tentang angka 1924.
Sebetulnya jika ingin bercerita ada apa dibalik 1924, tentunya memerlukan waktu dan space yang panjang juga. Tapi saya akan batasi saja. Saat itu wilayah Islam terhampar sangat luas. Membuat musuh-musuh Islam tergiur untuk mencicipi bagian demi bagiannya. Belum lagi wilayah Islam sangat kaya akan sumber daya alam, khususnya minyak. Inggris dijuluki Negara yang Tidak Pernah Tenggelam, memiliki keinginan kuat untuk membuat Khilafah Islamiyah berkeping-keping dan bahkan lenyap selamanya.
Mustafa Kemal Attaurk dipilih Inggris untuk menjalankan misinya. Muastafa adalah sosok yang penuh dengan kemampuan agitasi terhadap musuhnya. Inggris sangat membenci khilafah dan umat Islam saat itu. Kebencian Inggris ini berhasil ditularkan kepada agennya yaitu Mustafa Kemal. Inggris mengirim mustafa agar melakukan revolusi di daulah Utsmani saat itu. Aktifitas Mustafa diawali dengan mengadakan muktamar kebangsaan di Swiss dan berhasil menghasilkan berbagai keputusan. Keputusan yang tepenting adalah tentang kemerdekaan Turki dan Mustafa diangkat menjadi ketua komite saat itu. Walhasil mustafa membentuk parlemen tandingan dan memboyong para anggotanya ke Ankara. Turki saat itu dirongrong oleh musuh-musuh Islam yang haus dengan kekalahan Islam. Inggris dan Perancis merongrong dari dalam dan mendorong Turki agar merdeka dari Khilafah Islam. Sementara di dalam negeri pun mulai timbul pergerakan untuk menentang Sultan. Ankara menjadi pusat revolusi. Melihat hal ini, Sultan tak bisa diam, beliau mengerahkan pasukannya dan sebagian rakyat yang masih tsiqoh bersatu di bawah bendera Sultan. Namun Mustafa tak kalah semangatnya untuk terus mengobarkan nasionalisme. Sehingga nasionalisme mulai tersebar. Opini umum pun digiring untuk mendukung nasionalis. Di sini kita lihat bagaimana agitatifnya Mustafa demi hancurnya Khilafah Islam.
Kondisi menjadi berpihak ke mustafa. Mustafa mengeluarkan selebaan yang mengajak umat Islam untuk memilih Komite Kebangsaan di Ankara, sementara pemerintahan yang sah ada di Istanbul. Mustafa benar-benar licik, dia mengetahui bahwa jika dia langsung menghapus khilafah maka itu bisa menimbulkan amarah yang sangat besar di kalangan rakyat saat itu. Walaupun sebagian besar rakyat sudah terpengaruh dan mulai membenci Sultan, tapi umat Islam secara syuur masih menginginkan Khilafah. Mustafa berupaya smooth menjalankan misinya, yaitu dengan mengagas pemisahan kekuasaan politik dan khilafah. Untuk menguatkan idenya, Mustafa mengambil 80 anggota dewan dari pendukungnya.
Saat rapat Komite berlangsung, Mustafa dan 80 anggota dewannya mengikuti jalannya sidang dengan cermat dan jeli. Ternyata opini umum yang beredar di Komite, bahwa mereka menentang pendapat dan usulan Mustafa untuk memisahkan kekuasaan politik dari Khilafah. Hal ini dikarenakan dalam Islam kekuasaan dan Khilafah adalah satu. Untuk apa ada Khilafah kalau tidak ada wewenang untuk memutuskan hukm atau menjalankan syariat Islam? Karena kesal dan emosi melihat semua opini umum itu, akhirnya Mustafa melangkah ke depan dan dengan marah mengatakan kepada semua anggota Komite kalau Khilafah telah merampas kekuatan rakyat Turki, mengekang kebebasan rakyat Turki dan sebagainya. Saat dilakukan vooting apakah setuju dengan pendapat Mustafa atau tidak. Ternyata yang mengangkat tangan menyatakan setuju dengan Mustafa hanya sedikit saja, tapi anehnya hasil akhir sidang memutuskan bahwa Kesultanan dihapus saat itu.
Mustafa tidak berhenti sampai di sana, tapi dia terus melakukan makar untuk menyempurnakan misinya menghancurkan Khilafah secara total. Setiap anggota dewan yang membela Sultan (Khalifah) maka tidak bisa aman dari Mustafa. Mustafa membunuhnya sepulang dari rapat Komite. Masyarakat dihantui ketakutan karena ancaman dari Mustafa. Begiitu seterusnya, sampai semua upaya dilakukan untuk membungkam umat Islam yang masih tsiqoh mempertahankan Khilafah. Mustafa terus membuat isu yang mampu membangkitkan perlawanan kepada Khilafah. Sehingga pada tanggal 3 Maret 1924 dengan lantangnya Mustafa mengumumkan bahwa resmi Khilafah dihapuskan. Khalifah diusir dan harus meninggalkan Turki segera. Khalifah Abdul Majid hanya membawa satu koper berisi beberapa lembar pakaian dan sedikit uang.
Inilah duka 1924, sejak saat itu umat Islam resmi tidak memiliki ibu. Tak ada lagi perisai ummat. Tak ada lagi yang menaungi umat. Justru sebaliknya, taring-taring musuh Islam selalu mncabik-cabik tubuh umat. Sedikit demi sedikit pun umat terkoyak dan terlelap dalam tidurnya yang panjang, menahan tangis dan sakit karena koyakan taring itu. 1924 menjadi momen yang harus selalu diingat oleh umat Islam. Karena pada tahun itu kehormatan Khilafah dihancurkan, Khalifah dihinakan.
Saat umat mulai tergeliat dari tidurnya yang panjang, maka musuh-musuh Islam itu selalu meniupkan ke telinga umat Islam, “tidurlah kembali, teruskan mimpimu yang indah...waktumu masih panjang..”
Wahai umat Islam, seruan demi seruan pengemban dakwah telah memenuhi seantero dunia, jadi bangunlah segera! Jangan terbuai di kasurmu yang empuk. Bangkitlah! Ingatlah kembali masa-masa yang menyakitkan di tahun 1924! Duhai umat Muhammad, tak layak terus berdiam diri dan menutup mata terhadap semua kedzaliman musuh-musuh Islam kepada kita! Ayo kita satukan kekuatan untuk kembali mewujudkan Khilafah! Gaung Khilafah telah membahana, kuatkan langkah kita, mantapkan niat kita, berjuang menegakkan Khilafah Islamiyyah!!
Allohu Akbar!!
Belajar dari Buah Strwaberry
Strawberry...
Hampir semua orang tahu buah ini. Bukan begitu sobat?
Jangan terbayang kalau tulisan ini bermaksud mendeskripsikan buah strawbery.. saya menulis ini hanya ingin berbagi dengan sahabat-sahabat sedkit pengalaman saya tentang buah ini.
Saat itu cuaca cukup terik, salah seorang teman saya membeli jus starwberry mix dengan buah mangga. Hhmm... jujur saya baru tahu kalau beli jus bisa di mix (hehe katrok ya...) Saya pun beli jus mix strawberry mangga itu. Rasanya segar dan bisa menghilangkan dahaga di kala cuaca terik. Subhanalloh, saat jus itu mengaliri dan membasahi kerongkongan, rasa penat yang sedari tadi dirasakan bisa hilang seketika (hehe lebay mode on).. Tapi yang jelas dari jus mix itu, strawberry terasa dominan dibandingkan mangga.
Sepulangnya saya berniat membeli jus mix lagi dengan rasa yang berbeda. Saya coba membeli jus mix stawberry dan belimbing. Saya melihat prosesnya, perbandingannya 1 buah belimbing yang besar dan 3 buah strawberry yang kecil dan merah. Ternyata oh ternyata strawberry kembali mendominasi rasa jus itu. Hhhmm... masih penasaran juga, akhirnya di lain waktu, saya membeli jus mix 3 rasa, strawberry, mangga dan jeruk. Saya pikir jeruk yang mendominasi karena memang perbandingannya jeruk yang lebih banyak. Tapi, ternyata oh tenyata strawberry kembali mendominasi.
Subhanalloh,,, dari tiga kali pengalaman saya membeli jus mix, ternyata saya bisa belajar banyak dari buah strawberry. Tulisan ini bukan bermaksud untuk promosi jus hehe. Tulisan saya di atas hanya menjadi pengantar saja kalau kita sejatinya bisa seperti buah strawberry. Bingung?
Strawberry buahnya kecil berwarna merah dan bisa dominan dalam rasa saat dicampur dengan buah lain. Saya sangat suka warna merah, merah menandakan keberanian. Tahukah kita, kalau dulu Rasul pun menggunakan warna merah untuk menggentarkan musuh Alloh. Tahukah kita, pada saat perang Mu’tah kemah-kemah sahabat berwarna merah dan ini mampu mengusik psikologi tentara musuh saat itu. Selain itu ukuran strawbery yang kecil tidak membuat dirinya tak diperhitungkan. Justru sebaliknya. Ukuran yang kecil dan rasanya yang tajam mampu mendominasi saat di-mix dengan buah lainnya.
Begitulah sejatinya kita. Hidup di tengah masyarakat yang serba bebas dan hedon ini sejatinya jangan sampai membuat kita tergilas oleh arus liberalisasi. Jadilah seperti strawberry yang selalu mendominasi pemikiran masyarakat. Yang selalu mewarnai pemikiran masyarakat dengan Islam. Yang selalu vokal untuk memperjuangkan syariah dan Khilafah. Tak gentar untuk menghadapi tantangan dakwah, apapun resikonya, seperti warna strawberry yang merah manyala lagi menggiurkan. Suguhkanlah masyarakat dengan ide-ide Islam yang cemerlang, sehingga msyarakat bisa terketuk pintu hatinya dan mau turut serta memperjuangkan Khilafah. Jangan terbawa oleh hedonisme yang selalu berharap memiliki uang banyak dan materi menjadi tolak ukur kebahagiaan, ingatlah sobat, uang tak mampu menjadi teman kita di akhirat. Hanya amal-lah yang menemani kita kelak. Jadi terus, teruslah beramal dan berjuang menegakkan Khilafah, mendominasi masyarakat dengan ide-ide Islam kita. Jangan tebawa arus dan teruslah kokoh. Apapun yang terjadi. Jadilah seperti buah strawberry.
Tulisan ini hanya apresiasi saya, jadi terlepas ada yang sepakat atau tidak, tak masalah. Yang terpenting kita bisa sama-sama terus melanjutkan estafet dakwah ini ke tengah masyarakat. SEMANGAT!!!!
Hampir semua orang tahu buah ini. Bukan begitu sobat?
Jangan terbayang kalau tulisan ini bermaksud mendeskripsikan buah strawbery.. saya menulis ini hanya ingin berbagi dengan sahabat-sahabat sedkit pengalaman saya tentang buah ini.
Saat itu cuaca cukup terik, salah seorang teman saya membeli jus starwberry mix dengan buah mangga. Hhmm... jujur saya baru tahu kalau beli jus bisa di mix (hehe katrok ya...) Saya pun beli jus mix strawberry mangga itu. Rasanya segar dan bisa menghilangkan dahaga di kala cuaca terik. Subhanalloh, saat jus itu mengaliri dan membasahi kerongkongan, rasa penat yang sedari tadi dirasakan bisa hilang seketika (hehe lebay mode on).. Tapi yang jelas dari jus mix itu, strawberry terasa dominan dibandingkan mangga.
Sepulangnya saya berniat membeli jus mix lagi dengan rasa yang berbeda. Saya coba membeli jus mix stawberry dan belimbing. Saya melihat prosesnya, perbandingannya 1 buah belimbing yang besar dan 3 buah strawberry yang kecil dan merah. Ternyata oh ternyata strawberry kembali mendominasi rasa jus itu. Hhhmm... masih penasaran juga, akhirnya di lain waktu, saya membeli jus mix 3 rasa, strawberry, mangga dan jeruk. Saya pikir jeruk yang mendominasi karena memang perbandingannya jeruk yang lebih banyak. Tapi, ternyata oh tenyata strawberry kembali mendominasi.
Subhanalloh,,, dari tiga kali pengalaman saya membeli jus mix, ternyata saya bisa belajar banyak dari buah strawberry. Tulisan ini bukan bermaksud untuk promosi jus hehe. Tulisan saya di atas hanya menjadi pengantar saja kalau kita sejatinya bisa seperti buah strawberry. Bingung?
Strawberry buahnya kecil berwarna merah dan bisa dominan dalam rasa saat dicampur dengan buah lain. Saya sangat suka warna merah, merah menandakan keberanian. Tahukah kita, kalau dulu Rasul pun menggunakan warna merah untuk menggentarkan musuh Alloh. Tahukah kita, pada saat perang Mu’tah kemah-kemah sahabat berwarna merah dan ini mampu mengusik psikologi tentara musuh saat itu. Selain itu ukuran strawbery yang kecil tidak membuat dirinya tak diperhitungkan. Justru sebaliknya. Ukuran yang kecil dan rasanya yang tajam mampu mendominasi saat di-mix dengan buah lainnya.
Begitulah sejatinya kita. Hidup di tengah masyarakat yang serba bebas dan hedon ini sejatinya jangan sampai membuat kita tergilas oleh arus liberalisasi. Jadilah seperti strawberry yang selalu mendominasi pemikiran masyarakat. Yang selalu mewarnai pemikiran masyarakat dengan Islam. Yang selalu vokal untuk memperjuangkan syariah dan Khilafah. Tak gentar untuk menghadapi tantangan dakwah, apapun resikonya, seperti warna strawberry yang merah manyala lagi menggiurkan. Suguhkanlah masyarakat dengan ide-ide Islam yang cemerlang, sehingga msyarakat bisa terketuk pintu hatinya dan mau turut serta memperjuangkan Khilafah. Jangan terbawa oleh hedonisme yang selalu berharap memiliki uang banyak dan materi menjadi tolak ukur kebahagiaan, ingatlah sobat, uang tak mampu menjadi teman kita di akhirat. Hanya amal-lah yang menemani kita kelak. Jadi terus, teruslah beramal dan berjuang menegakkan Khilafah, mendominasi masyarakat dengan ide-ide Islam kita. Jangan tebawa arus dan teruslah kokoh. Apapun yang terjadi. Jadilah seperti buah strawberry.
Tulisan ini hanya apresiasi saya, jadi terlepas ada yang sepakat atau tidak, tak masalah. Yang terpenting kita bisa sama-sama terus melanjutkan estafet dakwah ini ke tengah masyarakat. SEMANGAT!!!!
Muhasabah “Pemuda” Islam
Ikhwah fillaah rohimakumulloh… Satu hal yang seharusnya membuat kita mantap melangkah dalam bahtera da’wah ini, yaitu pertolongan Alloh dimana musuh-musuh kita tidak memilikinya; banyak sekali ayat yang menjelaskan hal itu, diantaranya, “Sesungguhnya Alloh pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Alloh benar-benar Maha Kuat Lagi Maha Perkasa. (QS. Al-Hajj: 40).
Sesungguhnya pertolongan Alloh itu mahal dan tidak diberikan kepada sembarang orang Muslim. Ia hanya diberikan kepada kelompok tertentu yang memiliki sifat-sifat khusus. Itulah Ath-Thaa’ifah al-Manshuuroh (kelompok yang diberi kemenangan). Jika jama’ah da’wah yang lurus ini ingin menang dalam menghadapi musuh-musuhnya, maka ia harus mempersiapkan sebab-sebab kemenangan, sebagaimana dulu dilakukan oleh generasi Salafush-Sholih. Didalam banyak siroh, telah diriwayatkan bahwa musuh mana pun tidak sanggup bertahan lama menghadapi para Sahabat Rosululloh, bahkan Heraklius sekalipun.
Ketika berada di Antakiah dan pasukan Romawi pulang dalam keadaan kalah, Heraklius berkata kepada mereka, “Celaka kalian. Jelaskan kepadaku tentang orang-orang yang berperang melawan kalian! Bukankah mereka manusia seperti kalian juga?!
Pasukan Romawi menjawab, “Benar, tentu saja”
Heraklius berkata, “Siapa yang lebih banyak pasukannya, kalian atau mereka?”
Pasukan Romawi menjawab, “Kami lebih banyak pasukannya beberapa kali lipat disemua tempat”
Heraklius berkata, “Kalau begitu, mengapa kalian bisa dikalahkan?”
Salah seorang tokoh Romawi berkata, “karena mereka biasa melakukan sholat malam, berpuasa pada siang hari, menepati janji, melakukan amar ma’ruf nahi mungkar dan berlaku adil kepada sesama mereka. Sebaliknya, kita biasa minum minuman keras, berzina, melakukan keharaman, ingkar janji, merampok, menzhalimi orang, memerintahkan hal-hal haram, melarang hal-hal yang diridhoi Alloh serta membuat kerusakan dimuka bumi.”
Heraklius berkata, “Anda berkata benar kepadaku.”
Kisah lain yang dikeluarkan oleh Thobari dari Urwah yang berkata: Ketika dalam Perang Yarmuk kedua pasukan sudah saling berdekatan, Qabqalar mengutus seorang lelaki Arab (untuk mengetahui apa rahasia dibalik kemenangan pasukan Islam). Ia bertanya kepada lelaki itu, “Apa yang engkau dapatkan (mengenai rahasia itu)?” Lelaki itu menjawab, “Dimalam hari mereka seperti rahib, sedangkan disiang hari bagaikan pahlawan”. Terdapat juga penuturan dari Hindun binti ‘Utbah, yang dikeluarkan oeh Ibnu Manduh dalam bab: Bai’atnya Kaum Wanita. Hindun berkata: “Aku ingin membai’at Muhammad”. Abu Sufyan bereaksi: ”itu berarti engkau keluar dari agamamu. Hindun berkata: “Ya, demi Alloh, aku tidak pernah menyaksikan ummat yang menyembah Alloh sebagaimana mereka, yang beribadah dimasjid pada malam hari. Demi Alloh, mereka itu tidak tidur, yang dilakukan mereka adalah sholat; ada yang berdiri, ruku, ada juga yang sujud.
Kisah lain dari seorang Alib Arselan –Singa Pemberani- (kekhilafahan Abbasiyah) yang sangat antusias melakukan futuhat, menebarkan Islam dan memancangkan panji-panji Islam berkibar di wilayah-wilayah Byzantium. Futuhat yang dilakukan Alib Arselan telah membuat marah Kaisar Romawi Romanus Diogenes, Pasukan Kaisar berkali-kali terlibat peperangan dengan kaum Muslim, diantara peperangan yang paling penting adalah Perang Maladzkird yang terjadi pada Agustus 1070 M. Ibnu Katsir berkata, “Pada tahun itulah kaisar Romawi Rumanus berangkat dalam satu pasukan yang besar laksana gunung yang terdiri dari Pasukan Romawi, Georgia Perancis. Jumlah dan persenjataannya demikian kuat. Dalam pasukan itu, ikut serta 35.000 Bitriq (komandan pasukan Romawi). Dibawah seorang Bitriq ada 100.000 penunggang kuda. Pasukan yang datang dari Perancis berjumlah 35.000, sedangkan pasukan yang bermarkas di Konstantinopel berjumlah 15.000 personil. Ikut bersamanya 100.000 tukang seruling dan penggali lubang, 1.000 kuda kerja, 400 gerobak pengangkut sandal dan paku, 1.000 gerobak lainnya yang mengangkut senjata, lampu, alat perang pelempar batu manjaniq dalam jumlah ribuan dan 200 orang. Apa yang menjadi ambisi mereka adalah untuk menghancurkan Islam.” Melihat tentara yang demikian banyak, Alib Arselan merasa ketakutan, namun dengan semangat keimanan dan keyakinan akan pertolongan Alloh, Alib arselan bersama pasukannya terus maju ke medan jihad, dipilihlah hari Jum’at setelah matahari tergelincir sebagai waktu menghadapi musuh. Sebelum berperang, Alib Arselan menjadi imam sholat kaum Muslim. Alib Arselan pun menangis dan seluruh hadirin ikut menangis. Dia berdo’a yang diamini oleh semua pasukannya. Lalu diapun berkata, “barangsiapa yang ingin meninggalkan tempat, maka tinggalkanlah, sebab disini tidak ada seorang sulthan yang menyuruh dan melarang!” Saat kedua pasukan berhadapan, maka Alib Arselan turun dari kudanya dan bersujud kepada Alloh dengan melekatkan wajahnya ke tanah kemudian berdo’a kepada Alloh agar memberikan kemenangan. Lalu dia mengambil busur dan anak panah serta pedang, kemudian memasang pelana kudanya dengan tangannya sendiri. Sedang pasukannya melakukan hal yang sama. Alib Arselan memakai pakaian putih-putih dan bersumpah untuk berjuang hingga titik darah penghabisan dengan berkata, “Jika saya terbunuh, maka inilah kafanku!” Allohu Akbar!! Maka Alloh pun memberikan kemenangan kepada kaum Muslim dan memberikan karunia-Nya yang besar. Terhadap orang-orang yang demikian inilah pertolongan Alloh akan senantiasa turun.
Saudaraku, demikianlah pertolongan Alloh menghampiri generasi terbaik ummat ini, tidak hanya strategi yang mereka matangkan, merekapun mengoptimalkannya dengan “action real” serta amalan-amalan taqorrub & nafilah semata-mata untuk menghambakan diri kepada Sang Maha Penolong melalui ketundukan & pelaksanaan mereka secara kaaffah terhadap hukum syaraa, menjauhi maksiat, serta menyempurnakannya dengan sholat malam mereka, shoum sunnah mereka, dzikir, do’a serta keikhlasan dalam totalitas perjuangan. Terkait keikhlasan dalam berjuang, Abu Dawud dan Nasa’i berkata: “Bagaimana menurut pendapatmu jika ada seseorang yang berperang ingin mencari pahala sekaligus mencari popularitas. Bagaimana orang itu”? Rosululloh saw menjawab: “Orang itu tidak mendapatkan apa-apa.” Si lelaki tadi kembali bertanya kepada Rosululloh saw sampai tiga kali, tetapi Rosululloh tetap saja menjawab “Orang itu tidak mendapatkan apa-apa” kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya Alloh tidak menerima amal perbuatan kecuali disertai niat ikhlas semata-mata karena Alloh”.
Saudaraku seperjuangan, tak ada kata henti dalam hidup kita untuk senantiasa mempersembahkan karya terbaik dalam perjuangan ini. Seharusnya memang tak pernah ada pula keluh kesah dalam perjuangan da’wah ini. Semestinya pun tak keluar dari mulut kita kata putus asa karena begitu banyak perjuangan da’wah yang menyedot perhatian kita. Yakinlah, Alloh tak pernah dan tak akan pernah salah dalam mengkalkulasi amal kebaikan kita. Mungkin kita lupa sudah berapa amal baik yang kita kerjakan, tapi Alloh tak akan pernah lalai mencatat dan menghitungnya untuk bekal kita di negeri abadi kelak. Begitupun pasti kita lupa berapa banyak amalan buruk yang pernah kita lakukan, pasti Alloh tak akan pernah lupa dan akan dengan mudah mencatatnya. Kita memohon kepadanya, agar tetap diberi kekuatan untuk melakukan amalan baik selama hidup kita. Sebanyak mungkin.
Wahai “Pemuda” Islam, alangkah indahnya perkataan Zughanusyi Pasha, Komandan Perang dalam penaklukkan Konstantinopel, “… Kita telah mulai satu perkara, maka wajib bagi kita untuk menyelesaikannya”. Sungguh sebuah kata motivasi yang harus kita renungkan bahwa kita telah memulai perjalanan da’wah ini, maka tak ada pilihan lain bagi kita kecuali menyelesaikannya dan optimis bahwa kita mampu menyelesaikannya, apalagi perjalanan ini bukanlah tanpa tujuan wahai saudaraku, tujuan itu jelas sekali dalam benak kita, yaitu sebuah tatanan kehidupan mulia yang Alloh pun telah menjanjikan kemenangan bagi kita para pejuangnya melalui sabda Rosul-Nya, “tsumma takuunu khilaafah ‘alaa minhaajin nubuwwah…”. Hanya dengan khilafah kita akan dapat menyelesaikan perkara kita yaitu melaksanakan apa-apa yang terdapat dalam waroq al-mu’allaq (kertas-kertas yang tergantung –Al Qur’an dan As Sunnah-) dan siapa saja yang melaksanakan apa-apa yang terdapat dalam waroq al-mu’allaq diberikan predikat terbaik keimanannnya (HR. Muslim). Tidakkah kita ingin meraih predikat itu?
Keyakinan akan tegaknya Khilafah selayaknya menjadi kekuatan bagi kita untuk terus mengoptimalkan diri dalam perjuangan ini, sungguh, keyakinan akan tegaknya institusi penegak syari’ah dan pemersatu ummat serta lahirnya kesatuan dunia Islam ini pun terdapat pada jiwa-jiwa generasi sholih ummat ini, salah satunya dalam jiwa Sultan Abdul Hamid II, beliau mengatakan: “Kita wajib menguatkan ikatan kita dengan kaum muslimin di belahan bumi yang lain. Kita wajib saling mendekat dan merapat dalam intensitas yang sangat kuat. Sebab tidak ada lagi harapan di masa depan kecuali dengan kesatuan ini (Khilafah Islam). Memang waktunya belum datang, namun dia akan datang. Akan datang suatu hari dimana kaum muslimin akan bersatu dan mereka bangkit bersama-sama dalam satu kebangkitan yang serentak. Akan ada seseorang yang memimpin umat ini dan mereka akan menghancurkan kekuatan orang-orang kafir. “(Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah hal. 556- 557).
Saudaraku yang telah memberikan perhatian dan tenaganya untuk da’wah Islam, ketika kita ber’azam untuk menyelesaikan perkara da’wah ini dan berusaha fokus menjalaninya, tak aneh jika berdatangan berbagai cobaan yang mungkin dapat mengalihkan perhatian dan melalaikan ‘azam kita, kenikmatan dan urusan dunia kadang kala menjadi penghambat bagi kita untuk fokus dalam perkara da’wah ini. Kita bukan tak ingin menikmati dunia dan isinya yang begitu gemerlap. Kita bukan tak suka dengan segala keindahannya yang menggoda hati. Tapi, perjuangan da’wah ini kadang harus sedikit membatasi perhatian kita untuk menikmati indah dan gemerlapnya dunia, lalu bersenang-senang didalamnya sendirian atau bersama dengan orang-orang terdekat kita. Meski tentu saja, bukan berarti ketika fokus berda’wah, kita sama sekali menganggap dunia tak perlu untuk kita nikmati. Tidak. yang perlu kita lakukan adalah mengaturnya, kapan saatnya kita menikmati kenikmatan dunia yang juga Alloh berikan untuk semua makhluk-Nya, dan ada waktu dimana kita harus berhenti sejenak untuk melupakannya dengan perhatian kita kepada perjuangan da’wah.
Mungkin kita merasa iri dengan keberhasilan kawan-kawan kita dalam meraih dunia. Itu wajar. Tidak salah. Kita juga bisa mengupayakannya. Namun rasa-rasanya amat berlebihan jika kita hanya fokus meraih dunia hingga melupakan kewajiban kita yang paling mulia. Sekali lagi, silahkan mengejar urusan dunia ini, tapi perjuangan da’wah inipun tak elok kelihatannya jika harus dikesampingkan. Bahkan da’wah ini bukan hanya mengumpulkan pahala dikehidupan akhirat kelak saja, tapi insyaa Alloh hasilnya pun akan berpengaruh bagi kehidupan ummat manusia didunia ini.
Ikhwah fillah yang Alloh memanggil kalian dengan khoiru ummah, yang insyaa Alloh tak kenal lelah dalam berjuang, sungguh menyelesaikan perkara da’wah ini sudah sunnatulloh diiringi berbagai cobaan dan rintangan, bahkan khoiru ummah terdahulu pun sebagaimana yang kita ketahui bersama, jauh lebih dahsyat mengalami cobaan-cobaan itu, sebut saja Sumayyah, syahidah pertama dalam perjuangan da’wah ini di bunuh dengan tangan kotor Abu Jahal dengan cara yang sangat kejam, ditusuk dengan tombak panas dari kemaluannya sampai tombak itu menembus kepalanya, namun beliau begitu teguh memegang bara api tauhid ini. Tidakkah kita melihat seorang Sahabat mulia, Haram bin Milhan, saat ditusuk dengan tombak, lalu tombak itu dicabut dari tubuhnya, dan ia melihat darah mengucur dari tubuhnya, ia malah berkata, Demi Alloh, aku beruntung.”
Demikian pula dengan Sahabat yang mulia Utsman bin Madz’un. Matanya dicukil dijalan Alloh setelah ia menolak berada dalam perlindungan orang musyrik dan lebih senang berada dalam perlindungan Alloh. Walid bin Mughiroh berkata kepada Utsman, “Demi Alloh wahai keponakanku, dulu matamu sehat tidak seperti ini, sebab engkau dalam perlindungan yang kuat.” Utsman bin Madz’un menjawab, “Demi Alloh, mataku yang sehat perlu merasakan apa yang dirasakan mata-mata yang lain di jalan Alloh. Sesungguhnya aku berada dalam perlindungan pihak yang lebih kuat darimu.” (HR. Abu Nu’aim).
Bahkan Sholahuddin al-Ayyubi begitu cintanya pada jihad serta merasakan kematian dan kelelahan di jalan Alloh tidak menyukai kehidupan model istana dan bermewah-mewahan. Ia lebih menyukai hidup di kemah dan padang pasir . Para sejarahwan bahkan sampai berkomentar tentang Sholahuddin al-Ayyubi, “Setiap pembicaraan Sholahuddin al-Ayyubi pasti berkisar tentang jihad dan para mujahid. Pandangannya selalu tertuju pada senjatanya dan ia merasa senang hidup dikemah dan di padang pasir.
Adapula Sahabat Rosul yang bernama Umair bin al-Hammam. Saat mendengar Rosululloh bersabda dalam Perang Badar bahwa Alloh bakal memasukkan orang yang mati syahid di jalan-Nya ke dalam surga, Umair bin al-Hammam berdiri seraya berkata, “Wahai Rosululloh, demi Alloh, itu karena aku sangat berharap bisa mennjadi penghuni surga.” Rosululloh bersabda, “Sesungguhnya engkau penghuni surga”. Setelah itu Umair bin al-hammam mengeluarkan beberapa kurma dari wadahnya, lalu memakan sebagiannya. Selanjutnya ia berkata, “Jika aku hidup sekedar untuk memakan kurma ini maka hidup ini terlalu lama bagiku.” Setelah itu, ia segera membuang sisa kurma yang masih ada ditangannya, kemudian ia bertempur melawan musuh hingga ia terbunuh. (HR. Bukhori, Muslim, an-Nasa’i dan Malik).
Umair bin al-Hammam menikmati sekaligus merasakan manisnya jalan kebenaran. Karena itu, ia menganggap lama waktu untuk makan beberapa kurma. Ia menganggap lama saat-saat makan kurma karena berarti menundanya untuk segera masuk surga dan itu seperti setahun. Ada pula Khubaib bin Adi rodhiyallohu ‘anhu, ia pernah bertutur saat hendak dibunuh:
Aku tak peduli dibunuh sebagai seorang Muslim dan mati seperti apapun
Karena kematianku ada di jalan Alloh dan Dzat-Nya
Jika Alloh berkehendak, Dia memberkahi persendian yang terkoyak
(Diriwayatkan oleh al-Bukhori, Ahmad, al-Baihaqi, Ibn Saad dan al-Hakim)
Ada lagi yang lain, yakni Umair bin Abi Waqqash rodhiyallohu ‘anhu. Ia adalah adik Saad bin Abi Waqqash rodhiyallohu ‘anhu. Ia baru berusia enam belas tahun saat Perang Badar. Ia pergi ke medan perang dan bersembunyi dari penglihatan Rosululloh karena khawatir dipulangkan. Ketika Rosululloh mengetahui keinginan dan semangatnya untuk berperang, Beliau mengizinkannya perang. Umair bin Abi Waqqash pun bertempur hingga terbunuh sebagai syaahid. (HR. al-Hakim dan Ibnu Saad).
Wahai ikhwatii fillaah, semoga hari-hari esok, kita sambut dengan ketundukan hati dan penuh keyakinan dalam diri, bahwa kita adalah cucu Abdulloh bin Jahsy yang berdo’a ketika hendak perang Uhud dengan do’a, “Ya Alloh, pertemukanlah aku dengan lawan yang kuat dan cepat marah. Aku akan memerangi dia di jalan-Mu dan diapun memerangi diriku. Lalu dia menangkapku kemudian memotong hidung dan telingaku. Jika aku bertemu dengan-Mu kelak, Engkau bertanya “Hai Abdulloh mengapa, mengapa hidung dan telingamu terpotong?” Lalu aku menjawab “Hidung dan telingaku terpotong di jalan-Mu dan Rosul-Mu. Engkaupun berfirman, “Engkau berkata benar”.
Kita adalah duta yang diutus Alloh dimuka bumi ini untuk melanjutkan perjuangan Mush’ab bin Umair yang telah lebih dulu menghadap-Nya sebagai syuhadaa’ mulia, mengorbankan jiwanya demi mepertahankan panji bertuliskan laa ilaaha illalloh muhammadurrosululloh dengan tebasan pedang musuh Alloh yang memotong tangan kanannya, lalu tangan kirinya hingga syahid dengan hunusan tombak didadanya… salaam untukmu wahai kekasih Alloh, salaam untukmu wahai Mush’ab, salaam untukmu wahai syuhadaa’… semoga kelak Alloh mempertemukan kita dalam moment terbaik dan ditempat yang penuh dengan kebaikan… aamiin…
Wahai saudaraku, sesungguhnya kalian juga adalah cucu Rosululloh, teladan terbaik, yang berjihad disaat shoum dan berbuka, yang dalam hidupnya telah merasakan berbagai macam cobaan dalam da’wah (cacian, makian, dilempari kotoran, dilempari batu) demi mebela urusan da’wah ini. Sekali lagi ingatlah, kalian adalah cucu beliau, yang di akhir hidupnya senantiasa memikirkan kalian, ummatnya, sampai beliau berkata “ummatii, ummatii, ummatii…” apakah disisa kehidupan kita, kita akan tetap memikirkan urusan ummat ini sampai maut menjemput kita?
Ikhwatii fillaah, sungguh kalian adalah generasi terpilih yang melanjutkan estafet perjuangan para pendahulu diin ini, selama 13 abad lebih mereka mempertahankan kemuliaan Islam dan kaum Muslim dengan pikiran, harta bahkan jiwa mereka. Entah berapa jumlah jiwa yang syahid dalam perjuangan ini, maka janganlah menyerah dan bersedih atas segala cobaan yang menerpa, sesungguhnya sabar hanyalah sebentar. Jika kelelahan memuncak, cobaan demi cobaan atas diri ini semakin meningkat, sementara hawa nafsu selalu cenderung “memilih dunia” –padahal umur dunia hanyalah sesaat-, maka katakan kepada jiwa: “Jiwaku, engkau sudah menghabiskan sebagian besar langkah dan sudah sedemikian jauh menempuh perjalanan menuju Alloh. Karena itu, perjalanan tidak akan lama lagi berakhir dan yang tersisa tinggallah kemudahan. Jadi, bersabarlah engkau! Jiwaku, janganlah engkau sia-siakan amal-amal sholihmu selama ini , begadangnya engkau sepanjang malam dan selama berhari-hari, rasa lelahmu selama bertahun-tahun; janganlah engkau sia-siakan hanya dalam tempo sesaat. Bersabarlah karena sesungguhnya sabar itu sebentar. Karena itu, bersabarlah. Sebab, cobaan itu laksana tamu. Biasanya tamu tidak akan berlama-lama berada di rumah yang dikunjunginya. Betapa indah pujian dan sanjungannya kepada tuan rumah yang dermawan. Wahai kaki yang bersabar, teruslah beramal. Tidak lama lagi pekerjaan akan selesai.
Ikhwah fillaah, yang semoga Alloh mencintai kalian sehingga seluruh makhluk pun atas kehendak-Nya mencintai kalian… sungguh prinsip hidup yang menakjubkan dari seorang khoir amiir, Muhammad al-Fatih yang patut kita renungkan:
“Wa Hamasyii (dan smangatku); adalah mengeluarkan semua upaya untuk mengabdi pada agamaku, agama Alloh.
Wa ‘Azmii (dan tekadku); aku akan tekuklututkan orang-orang kafir dengan bala tentaraku, berkat kelembutan Alloh.
Wa Tafkirii (dan pusat pikiranku); terpusat pada kemenangan yang datang dari kasih sayang Alloh.
Wa Jihadii (dan jihadku); adalah dengan jiwa raga dan harta benda. Lalu apa makna dunia setelah ketaatan kepada perintah Alloh.
Wa Asywaqii (dan kerinduanku); perang ratusan ribu kali untuk mendapatkan ridho Alloh.
Wa Roja’ii (dan harapanku); adalah pertolongan Alloh, dan kemenangan Negara ini atas musuh-musuh Alloh.”
Ketika Muhammad al-Fatih ingin menaklukkan kota Trabzon dan banyak sekali menghadapi kesulitan serta penghalang, saat itu ada Ummu Hasan Uzun, berkata kepada Muhammad al-Fatih, “Kenapa kau harus bersusah payah melakukan ini wahai anakku. Apakah Trabzon berhak untuk kau perjuangkan sampai seperti ini?”
Sultan Muhammad al-Fatih menjawab, “Wahai ibu, sesungguhnya Alloh telah meletakkan pedang ditanganku untuk berjihad di jalan-Nya. Maka jika aku tidak mampu untuk bersabar dalam menghadapi kesulitan-kesulitan ini dan tidak aku lakukan kewajibanku dengan pedang ini,maka sangat tidak pantas bagiku untuk mendapat gelar Al-Ghazi yang aku sandang saat ini. Lalu bagaimana aku menemui Alloh pada hari kiamat nanti?”
Ikhwah fillaah, jikalau ibu kita yang menghampiri kita dan berkata, “Kenapa kau harus bersusah payah melakukan ini wahai anakku, apakah da’wah berhak untuk kau perjuangkan sampai seperti ini?” apakah kita mampu menjawab dengan mantap dan penuh keyakinan, “Wahai ibu, sesungguhnya Alloh telah meletakkan amanah ditanganku untuk berjuang di jalan-Nya. Maka jika aku tidak mampu untuk bersabar dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dalam perjuangan ini, dan tidak aku lakukan kewajibanku ini, maka sangat tidak pantas bagiku untuk mendapat gelar Haamilud Da’wah apalagi Haarisan Aaminan lil Islaam yang aku sandang saat ini. Lalu bagaimana aku menemui Alloh pada hari kiamat nanti?”
Ikhwah fillaah, mari kita memohon dengan sungguh-sungguh kepada Alloh dan ber’azam untuk terus berupaya mewujudkan perjuangan ini, yaitu hadirnya kembali kehidupan Islam dalam naungan Daulah Khilaafah Islaamiyyah yang telah lama kita rindukan, sehingga kaum Muslim merasakan apa yang digambarkan Alloh dalam firman-Nya:
Pada hari (kemenangan) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Alloh. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (QS. Ar-Ruum [30]: 4-5)
Dan senantiasa marilah kita tancapkan dalam hati Innaa sholaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi robbil ‘aalamiin (Sesungguhnya sholatku, ibadahku dan matiku hanya untuk Robb semesta alam). Wallohu a’lamu bi ash-showwaab []
Sesungguhnya kita berjuang dalam membela agama yang Alloh janjikan untuk menolongnya dan akan Alloh menangkan atas semua diin. Saya berharap, Alloh telah menuliskan kemenangan ini atas nama kita, insyaa Alloh… Aamiin…
Sesungguhnya pertolongan Alloh itu mahal dan tidak diberikan kepada sembarang orang Muslim. Ia hanya diberikan kepada kelompok tertentu yang memiliki sifat-sifat khusus. Itulah Ath-Thaa’ifah al-Manshuuroh (kelompok yang diberi kemenangan). Jika jama’ah da’wah yang lurus ini ingin menang dalam menghadapi musuh-musuhnya, maka ia harus mempersiapkan sebab-sebab kemenangan, sebagaimana dulu dilakukan oleh generasi Salafush-Sholih. Didalam banyak siroh, telah diriwayatkan bahwa musuh mana pun tidak sanggup bertahan lama menghadapi para Sahabat Rosululloh, bahkan Heraklius sekalipun.
Ketika berada di Antakiah dan pasukan Romawi pulang dalam keadaan kalah, Heraklius berkata kepada mereka, “Celaka kalian. Jelaskan kepadaku tentang orang-orang yang berperang melawan kalian! Bukankah mereka manusia seperti kalian juga?!
Pasukan Romawi menjawab, “Benar, tentu saja”
Heraklius berkata, “Siapa yang lebih banyak pasukannya, kalian atau mereka?”
Pasukan Romawi menjawab, “Kami lebih banyak pasukannya beberapa kali lipat disemua tempat”
Heraklius berkata, “Kalau begitu, mengapa kalian bisa dikalahkan?”
Salah seorang tokoh Romawi berkata, “karena mereka biasa melakukan sholat malam, berpuasa pada siang hari, menepati janji, melakukan amar ma’ruf nahi mungkar dan berlaku adil kepada sesama mereka. Sebaliknya, kita biasa minum minuman keras, berzina, melakukan keharaman, ingkar janji, merampok, menzhalimi orang, memerintahkan hal-hal haram, melarang hal-hal yang diridhoi Alloh serta membuat kerusakan dimuka bumi.”
Heraklius berkata, “Anda berkata benar kepadaku.”
Kisah lain yang dikeluarkan oleh Thobari dari Urwah yang berkata: Ketika dalam Perang Yarmuk kedua pasukan sudah saling berdekatan, Qabqalar mengutus seorang lelaki Arab (untuk mengetahui apa rahasia dibalik kemenangan pasukan Islam). Ia bertanya kepada lelaki itu, “Apa yang engkau dapatkan (mengenai rahasia itu)?” Lelaki itu menjawab, “Dimalam hari mereka seperti rahib, sedangkan disiang hari bagaikan pahlawan”. Terdapat juga penuturan dari Hindun binti ‘Utbah, yang dikeluarkan oeh Ibnu Manduh dalam bab: Bai’atnya Kaum Wanita. Hindun berkata: “Aku ingin membai’at Muhammad”. Abu Sufyan bereaksi: ”itu berarti engkau keluar dari agamamu. Hindun berkata: “Ya, demi Alloh, aku tidak pernah menyaksikan ummat yang menyembah Alloh sebagaimana mereka, yang beribadah dimasjid pada malam hari. Demi Alloh, mereka itu tidak tidur, yang dilakukan mereka adalah sholat; ada yang berdiri, ruku, ada juga yang sujud.
Kisah lain dari seorang Alib Arselan –Singa Pemberani- (kekhilafahan Abbasiyah) yang sangat antusias melakukan futuhat, menebarkan Islam dan memancangkan panji-panji Islam berkibar di wilayah-wilayah Byzantium. Futuhat yang dilakukan Alib Arselan telah membuat marah Kaisar Romawi Romanus Diogenes, Pasukan Kaisar berkali-kali terlibat peperangan dengan kaum Muslim, diantara peperangan yang paling penting adalah Perang Maladzkird yang terjadi pada Agustus 1070 M. Ibnu Katsir berkata, “Pada tahun itulah kaisar Romawi Rumanus berangkat dalam satu pasukan yang besar laksana gunung yang terdiri dari Pasukan Romawi, Georgia Perancis. Jumlah dan persenjataannya demikian kuat. Dalam pasukan itu, ikut serta 35.000 Bitriq (komandan pasukan Romawi). Dibawah seorang Bitriq ada 100.000 penunggang kuda. Pasukan yang datang dari Perancis berjumlah 35.000, sedangkan pasukan yang bermarkas di Konstantinopel berjumlah 15.000 personil. Ikut bersamanya 100.000 tukang seruling dan penggali lubang, 1.000 kuda kerja, 400 gerobak pengangkut sandal dan paku, 1.000 gerobak lainnya yang mengangkut senjata, lampu, alat perang pelempar batu manjaniq dalam jumlah ribuan dan 200 orang. Apa yang menjadi ambisi mereka adalah untuk menghancurkan Islam.” Melihat tentara yang demikian banyak, Alib Arselan merasa ketakutan, namun dengan semangat keimanan dan keyakinan akan pertolongan Alloh, Alib arselan bersama pasukannya terus maju ke medan jihad, dipilihlah hari Jum’at setelah matahari tergelincir sebagai waktu menghadapi musuh. Sebelum berperang, Alib Arselan menjadi imam sholat kaum Muslim. Alib Arselan pun menangis dan seluruh hadirin ikut menangis. Dia berdo’a yang diamini oleh semua pasukannya. Lalu diapun berkata, “barangsiapa yang ingin meninggalkan tempat, maka tinggalkanlah, sebab disini tidak ada seorang sulthan yang menyuruh dan melarang!” Saat kedua pasukan berhadapan, maka Alib Arselan turun dari kudanya dan bersujud kepada Alloh dengan melekatkan wajahnya ke tanah kemudian berdo’a kepada Alloh agar memberikan kemenangan. Lalu dia mengambil busur dan anak panah serta pedang, kemudian memasang pelana kudanya dengan tangannya sendiri. Sedang pasukannya melakukan hal yang sama. Alib Arselan memakai pakaian putih-putih dan bersumpah untuk berjuang hingga titik darah penghabisan dengan berkata, “Jika saya terbunuh, maka inilah kafanku!” Allohu Akbar!! Maka Alloh pun memberikan kemenangan kepada kaum Muslim dan memberikan karunia-Nya yang besar. Terhadap orang-orang yang demikian inilah pertolongan Alloh akan senantiasa turun.
Saudaraku, demikianlah pertolongan Alloh menghampiri generasi terbaik ummat ini, tidak hanya strategi yang mereka matangkan, merekapun mengoptimalkannya dengan “action real” serta amalan-amalan taqorrub & nafilah semata-mata untuk menghambakan diri kepada Sang Maha Penolong melalui ketundukan & pelaksanaan mereka secara kaaffah terhadap hukum syaraa, menjauhi maksiat, serta menyempurnakannya dengan sholat malam mereka, shoum sunnah mereka, dzikir, do’a serta keikhlasan dalam totalitas perjuangan. Terkait keikhlasan dalam berjuang, Abu Dawud dan Nasa’i berkata: “Bagaimana menurut pendapatmu jika ada seseorang yang berperang ingin mencari pahala sekaligus mencari popularitas. Bagaimana orang itu”? Rosululloh saw menjawab: “Orang itu tidak mendapatkan apa-apa.” Si lelaki tadi kembali bertanya kepada Rosululloh saw sampai tiga kali, tetapi Rosululloh tetap saja menjawab “Orang itu tidak mendapatkan apa-apa” kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya Alloh tidak menerima amal perbuatan kecuali disertai niat ikhlas semata-mata karena Alloh”.
Saudaraku seperjuangan, tak ada kata henti dalam hidup kita untuk senantiasa mempersembahkan karya terbaik dalam perjuangan ini. Seharusnya memang tak pernah ada pula keluh kesah dalam perjuangan da’wah ini. Semestinya pun tak keluar dari mulut kita kata putus asa karena begitu banyak perjuangan da’wah yang menyedot perhatian kita. Yakinlah, Alloh tak pernah dan tak akan pernah salah dalam mengkalkulasi amal kebaikan kita. Mungkin kita lupa sudah berapa amal baik yang kita kerjakan, tapi Alloh tak akan pernah lalai mencatat dan menghitungnya untuk bekal kita di negeri abadi kelak. Begitupun pasti kita lupa berapa banyak amalan buruk yang pernah kita lakukan, pasti Alloh tak akan pernah lupa dan akan dengan mudah mencatatnya. Kita memohon kepadanya, agar tetap diberi kekuatan untuk melakukan amalan baik selama hidup kita. Sebanyak mungkin.
Wahai “Pemuda” Islam, alangkah indahnya perkataan Zughanusyi Pasha, Komandan Perang dalam penaklukkan Konstantinopel, “… Kita telah mulai satu perkara, maka wajib bagi kita untuk menyelesaikannya”. Sungguh sebuah kata motivasi yang harus kita renungkan bahwa kita telah memulai perjalanan da’wah ini, maka tak ada pilihan lain bagi kita kecuali menyelesaikannya dan optimis bahwa kita mampu menyelesaikannya, apalagi perjalanan ini bukanlah tanpa tujuan wahai saudaraku, tujuan itu jelas sekali dalam benak kita, yaitu sebuah tatanan kehidupan mulia yang Alloh pun telah menjanjikan kemenangan bagi kita para pejuangnya melalui sabda Rosul-Nya, “tsumma takuunu khilaafah ‘alaa minhaajin nubuwwah…”. Hanya dengan khilafah kita akan dapat menyelesaikan perkara kita yaitu melaksanakan apa-apa yang terdapat dalam waroq al-mu’allaq (kertas-kertas yang tergantung –Al Qur’an dan As Sunnah-) dan siapa saja yang melaksanakan apa-apa yang terdapat dalam waroq al-mu’allaq diberikan predikat terbaik keimanannnya (HR. Muslim). Tidakkah kita ingin meraih predikat itu?
Keyakinan akan tegaknya Khilafah selayaknya menjadi kekuatan bagi kita untuk terus mengoptimalkan diri dalam perjuangan ini, sungguh, keyakinan akan tegaknya institusi penegak syari’ah dan pemersatu ummat serta lahirnya kesatuan dunia Islam ini pun terdapat pada jiwa-jiwa generasi sholih ummat ini, salah satunya dalam jiwa Sultan Abdul Hamid II, beliau mengatakan: “Kita wajib menguatkan ikatan kita dengan kaum muslimin di belahan bumi yang lain. Kita wajib saling mendekat dan merapat dalam intensitas yang sangat kuat. Sebab tidak ada lagi harapan di masa depan kecuali dengan kesatuan ini (Khilafah Islam). Memang waktunya belum datang, namun dia akan datang. Akan datang suatu hari dimana kaum muslimin akan bersatu dan mereka bangkit bersama-sama dalam satu kebangkitan yang serentak. Akan ada seseorang yang memimpin umat ini dan mereka akan menghancurkan kekuatan orang-orang kafir. “(Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah hal. 556- 557).
Saudaraku yang telah memberikan perhatian dan tenaganya untuk da’wah Islam, ketika kita ber’azam untuk menyelesaikan perkara da’wah ini dan berusaha fokus menjalaninya, tak aneh jika berdatangan berbagai cobaan yang mungkin dapat mengalihkan perhatian dan melalaikan ‘azam kita, kenikmatan dan urusan dunia kadang kala menjadi penghambat bagi kita untuk fokus dalam perkara da’wah ini. Kita bukan tak ingin menikmati dunia dan isinya yang begitu gemerlap. Kita bukan tak suka dengan segala keindahannya yang menggoda hati. Tapi, perjuangan da’wah ini kadang harus sedikit membatasi perhatian kita untuk menikmati indah dan gemerlapnya dunia, lalu bersenang-senang didalamnya sendirian atau bersama dengan orang-orang terdekat kita. Meski tentu saja, bukan berarti ketika fokus berda’wah, kita sama sekali menganggap dunia tak perlu untuk kita nikmati. Tidak. yang perlu kita lakukan adalah mengaturnya, kapan saatnya kita menikmati kenikmatan dunia yang juga Alloh berikan untuk semua makhluk-Nya, dan ada waktu dimana kita harus berhenti sejenak untuk melupakannya dengan perhatian kita kepada perjuangan da’wah.
Mungkin kita merasa iri dengan keberhasilan kawan-kawan kita dalam meraih dunia. Itu wajar. Tidak salah. Kita juga bisa mengupayakannya. Namun rasa-rasanya amat berlebihan jika kita hanya fokus meraih dunia hingga melupakan kewajiban kita yang paling mulia. Sekali lagi, silahkan mengejar urusan dunia ini, tapi perjuangan da’wah inipun tak elok kelihatannya jika harus dikesampingkan. Bahkan da’wah ini bukan hanya mengumpulkan pahala dikehidupan akhirat kelak saja, tapi insyaa Alloh hasilnya pun akan berpengaruh bagi kehidupan ummat manusia didunia ini.
Ikhwah fillah yang Alloh memanggil kalian dengan khoiru ummah, yang insyaa Alloh tak kenal lelah dalam berjuang, sungguh menyelesaikan perkara da’wah ini sudah sunnatulloh diiringi berbagai cobaan dan rintangan, bahkan khoiru ummah terdahulu pun sebagaimana yang kita ketahui bersama, jauh lebih dahsyat mengalami cobaan-cobaan itu, sebut saja Sumayyah, syahidah pertama dalam perjuangan da’wah ini di bunuh dengan tangan kotor Abu Jahal dengan cara yang sangat kejam, ditusuk dengan tombak panas dari kemaluannya sampai tombak itu menembus kepalanya, namun beliau begitu teguh memegang bara api tauhid ini. Tidakkah kita melihat seorang Sahabat mulia, Haram bin Milhan, saat ditusuk dengan tombak, lalu tombak itu dicabut dari tubuhnya, dan ia melihat darah mengucur dari tubuhnya, ia malah berkata, Demi Alloh, aku beruntung.”
Demikian pula dengan Sahabat yang mulia Utsman bin Madz’un. Matanya dicukil dijalan Alloh setelah ia menolak berada dalam perlindungan orang musyrik dan lebih senang berada dalam perlindungan Alloh. Walid bin Mughiroh berkata kepada Utsman, “Demi Alloh wahai keponakanku, dulu matamu sehat tidak seperti ini, sebab engkau dalam perlindungan yang kuat.” Utsman bin Madz’un menjawab, “Demi Alloh, mataku yang sehat perlu merasakan apa yang dirasakan mata-mata yang lain di jalan Alloh. Sesungguhnya aku berada dalam perlindungan pihak yang lebih kuat darimu.” (HR. Abu Nu’aim).
Bahkan Sholahuddin al-Ayyubi begitu cintanya pada jihad serta merasakan kematian dan kelelahan di jalan Alloh tidak menyukai kehidupan model istana dan bermewah-mewahan. Ia lebih menyukai hidup di kemah dan padang pasir . Para sejarahwan bahkan sampai berkomentar tentang Sholahuddin al-Ayyubi, “Setiap pembicaraan Sholahuddin al-Ayyubi pasti berkisar tentang jihad dan para mujahid. Pandangannya selalu tertuju pada senjatanya dan ia merasa senang hidup dikemah dan di padang pasir.
Adapula Sahabat Rosul yang bernama Umair bin al-Hammam. Saat mendengar Rosululloh bersabda dalam Perang Badar bahwa Alloh bakal memasukkan orang yang mati syahid di jalan-Nya ke dalam surga, Umair bin al-Hammam berdiri seraya berkata, “Wahai Rosululloh, demi Alloh, itu karena aku sangat berharap bisa mennjadi penghuni surga.” Rosululloh bersabda, “Sesungguhnya engkau penghuni surga”. Setelah itu Umair bin al-hammam mengeluarkan beberapa kurma dari wadahnya, lalu memakan sebagiannya. Selanjutnya ia berkata, “Jika aku hidup sekedar untuk memakan kurma ini maka hidup ini terlalu lama bagiku.” Setelah itu, ia segera membuang sisa kurma yang masih ada ditangannya, kemudian ia bertempur melawan musuh hingga ia terbunuh. (HR. Bukhori, Muslim, an-Nasa’i dan Malik).
Umair bin al-Hammam menikmati sekaligus merasakan manisnya jalan kebenaran. Karena itu, ia menganggap lama waktu untuk makan beberapa kurma. Ia menganggap lama saat-saat makan kurma karena berarti menundanya untuk segera masuk surga dan itu seperti setahun. Ada pula Khubaib bin Adi rodhiyallohu ‘anhu, ia pernah bertutur saat hendak dibunuh:
Aku tak peduli dibunuh sebagai seorang Muslim dan mati seperti apapun
Karena kematianku ada di jalan Alloh dan Dzat-Nya
Jika Alloh berkehendak, Dia memberkahi persendian yang terkoyak
(Diriwayatkan oleh al-Bukhori, Ahmad, al-Baihaqi, Ibn Saad dan al-Hakim)
Ada lagi yang lain, yakni Umair bin Abi Waqqash rodhiyallohu ‘anhu. Ia adalah adik Saad bin Abi Waqqash rodhiyallohu ‘anhu. Ia baru berusia enam belas tahun saat Perang Badar. Ia pergi ke medan perang dan bersembunyi dari penglihatan Rosululloh karena khawatir dipulangkan. Ketika Rosululloh mengetahui keinginan dan semangatnya untuk berperang, Beliau mengizinkannya perang. Umair bin Abi Waqqash pun bertempur hingga terbunuh sebagai syaahid. (HR. al-Hakim dan Ibnu Saad).
Wahai ikhwatii fillaah, semoga hari-hari esok, kita sambut dengan ketundukan hati dan penuh keyakinan dalam diri, bahwa kita adalah cucu Abdulloh bin Jahsy yang berdo’a ketika hendak perang Uhud dengan do’a, “Ya Alloh, pertemukanlah aku dengan lawan yang kuat dan cepat marah. Aku akan memerangi dia di jalan-Mu dan diapun memerangi diriku. Lalu dia menangkapku kemudian memotong hidung dan telingaku. Jika aku bertemu dengan-Mu kelak, Engkau bertanya “Hai Abdulloh mengapa, mengapa hidung dan telingamu terpotong?” Lalu aku menjawab “Hidung dan telingaku terpotong di jalan-Mu dan Rosul-Mu. Engkaupun berfirman, “Engkau berkata benar”.
Kita adalah duta yang diutus Alloh dimuka bumi ini untuk melanjutkan perjuangan Mush’ab bin Umair yang telah lebih dulu menghadap-Nya sebagai syuhadaa’ mulia, mengorbankan jiwanya demi mepertahankan panji bertuliskan laa ilaaha illalloh muhammadurrosululloh dengan tebasan pedang musuh Alloh yang memotong tangan kanannya, lalu tangan kirinya hingga syahid dengan hunusan tombak didadanya… salaam untukmu wahai kekasih Alloh, salaam untukmu wahai Mush’ab, salaam untukmu wahai syuhadaa’… semoga kelak Alloh mempertemukan kita dalam moment terbaik dan ditempat yang penuh dengan kebaikan… aamiin…
Wahai saudaraku, sesungguhnya kalian juga adalah cucu Rosululloh, teladan terbaik, yang berjihad disaat shoum dan berbuka, yang dalam hidupnya telah merasakan berbagai macam cobaan dalam da’wah (cacian, makian, dilempari kotoran, dilempari batu) demi mebela urusan da’wah ini. Sekali lagi ingatlah, kalian adalah cucu beliau, yang di akhir hidupnya senantiasa memikirkan kalian, ummatnya, sampai beliau berkata “ummatii, ummatii, ummatii…” apakah disisa kehidupan kita, kita akan tetap memikirkan urusan ummat ini sampai maut menjemput kita?
Ikhwatii fillaah, sungguh kalian adalah generasi terpilih yang melanjutkan estafet perjuangan para pendahulu diin ini, selama 13 abad lebih mereka mempertahankan kemuliaan Islam dan kaum Muslim dengan pikiran, harta bahkan jiwa mereka. Entah berapa jumlah jiwa yang syahid dalam perjuangan ini, maka janganlah menyerah dan bersedih atas segala cobaan yang menerpa, sesungguhnya sabar hanyalah sebentar. Jika kelelahan memuncak, cobaan demi cobaan atas diri ini semakin meningkat, sementara hawa nafsu selalu cenderung “memilih dunia” –padahal umur dunia hanyalah sesaat-, maka katakan kepada jiwa: “Jiwaku, engkau sudah menghabiskan sebagian besar langkah dan sudah sedemikian jauh menempuh perjalanan menuju Alloh. Karena itu, perjalanan tidak akan lama lagi berakhir dan yang tersisa tinggallah kemudahan. Jadi, bersabarlah engkau! Jiwaku, janganlah engkau sia-siakan amal-amal sholihmu selama ini , begadangnya engkau sepanjang malam dan selama berhari-hari, rasa lelahmu selama bertahun-tahun; janganlah engkau sia-siakan hanya dalam tempo sesaat. Bersabarlah karena sesungguhnya sabar itu sebentar. Karena itu, bersabarlah. Sebab, cobaan itu laksana tamu. Biasanya tamu tidak akan berlama-lama berada di rumah yang dikunjunginya. Betapa indah pujian dan sanjungannya kepada tuan rumah yang dermawan. Wahai kaki yang bersabar, teruslah beramal. Tidak lama lagi pekerjaan akan selesai.
Ikhwah fillaah, yang semoga Alloh mencintai kalian sehingga seluruh makhluk pun atas kehendak-Nya mencintai kalian… sungguh prinsip hidup yang menakjubkan dari seorang khoir amiir, Muhammad al-Fatih yang patut kita renungkan:
“Wa Hamasyii (dan smangatku); adalah mengeluarkan semua upaya untuk mengabdi pada agamaku, agama Alloh.
Wa ‘Azmii (dan tekadku); aku akan tekuklututkan orang-orang kafir dengan bala tentaraku, berkat kelembutan Alloh.
Wa Tafkirii (dan pusat pikiranku); terpusat pada kemenangan yang datang dari kasih sayang Alloh.
Wa Jihadii (dan jihadku); adalah dengan jiwa raga dan harta benda. Lalu apa makna dunia setelah ketaatan kepada perintah Alloh.
Wa Asywaqii (dan kerinduanku); perang ratusan ribu kali untuk mendapatkan ridho Alloh.
Wa Roja’ii (dan harapanku); adalah pertolongan Alloh, dan kemenangan Negara ini atas musuh-musuh Alloh.”
Ketika Muhammad al-Fatih ingin menaklukkan kota Trabzon dan banyak sekali menghadapi kesulitan serta penghalang, saat itu ada Ummu Hasan Uzun, berkata kepada Muhammad al-Fatih, “Kenapa kau harus bersusah payah melakukan ini wahai anakku. Apakah Trabzon berhak untuk kau perjuangkan sampai seperti ini?”
Sultan Muhammad al-Fatih menjawab, “Wahai ibu, sesungguhnya Alloh telah meletakkan pedang ditanganku untuk berjihad di jalan-Nya. Maka jika aku tidak mampu untuk bersabar dalam menghadapi kesulitan-kesulitan ini dan tidak aku lakukan kewajibanku dengan pedang ini,maka sangat tidak pantas bagiku untuk mendapat gelar Al-Ghazi yang aku sandang saat ini. Lalu bagaimana aku menemui Alloh pada hari kiamat nanti?”
Ikhwah fillaah, jikalau ibu kita yang menghampiri kita dan berkata, “Kenapa kau harus bersusah payah melakukan ini wahai anakku, apakah da’wah berhak untuk kau perjuangkan sampai seperti ini?” apakah kita mampu menjawab dengan mantap dan penuh keyakinan, “Wahai ibu, sesungguhnya Alloh telah meletakkan amanah ditanganku untuk berjuang di jalan-Nya. Maka jika aku tidak mampu untuk bersabar dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dalam perjuangan ini, dan tidak aku lakukan kewajibanku ini, maka sangat tidak pantas bagiku untuk mendapat gelar Haamilud Da’wah apalagi Haarisan Aaminan lil Islaam yang aku sandang saat ini. Lalu bagaimana aku menemui Alloh pada hari kiamat nanti?”
Ikhwah fillaah, mari kita memohon dengan sungguh-sungguh kepada Alloh dan ber’azam untuk terus berupaya mewujudkan perjuangan ini, yaitu hadirnya kembali kehidupan Islam dalam naungan Daulah Khilaafah Islaamiyyah yang telah lama kita rindukan, sehingga kaum Muslim merasakan apa yang digambarkan Alloh dalam firman-Nya:
Pada hari (kemenangan) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Alloh. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (QS. Ar-Ruum [30]: 4-5)
Dan senantiasa marilah kita tancapkan dalam hati Innaa sholaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi robbil ‘aalamiin (Sesungguhnya sholatku, ibadahku dan matiku hanya untuk Robb semesta alam). Wallohu a’lamu bi ash-showwaab []
Sesungguhnya kita berjuang dalam membela agama yang Alloh janjikan untuk menolongnya dan akan Alloh menangkan atas semua diin. Saya berharap, Alloh telah menuliskan kemenangan ini atas nama kita, insyaa Alloh… Aamiin…
KHILAFAH MENJAMIN KESEHATAN MASYARAKAT
Penerapan Islam secara kaffah oleh Khilafah Islamiyyah selama 13 abad telah mewarnai sejarah umat Islam dengan tinta emas. Bagaimana tidak, kesejahteraan masyarakat bisa terjamin saat hidup dalam naungan Khilafah Islamiyyah. Tidak terkecuali masalah kesehatan. Kesehatan meupakan kebutuhan primer setiap warga negara. Hal ini pun telah diatur dalam Islam yang ditunjukkan oleh berbagai nash. Rasul saw pernah bersabda:
“Siapa saja di antara kalian yang berada di pagi hari sehat badannya, aman jiwa, jalan dan rumahnya dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan ia telah diberi dunia dan seisinya.”
(HR Bukhari)
Aturan Islam tentang kesehatan ini tidak diarahkan untuk individu semata. Melainkan seluruh masyarakat bisa menegakkan aturan tentang kesehatan ini. Oleh karena itu pelaksanaan aturan Islam tentang kesehatan dilandasi oleh sikap takwa dan kepribadian Islam. Dalam hal ni negara yang paling berperan dalam membentuk kepribadian setiap warga negaranya. Dalam aturan Islam, sistem kesehatan terdiri atas 3 unsur yaitu yang pertama, peraturan dalam hal ini berupa syariah Islam dan kebijakan Khilafah. Kedua, terkait dengan sarana prasarana dan fasilitas seperti rumah sakit, alat medis dan sebagainya. Ketiga, sumber daya manusia yang terkait dengan dokter, perawat, tenaga medis. Tentunya semua unsur itu sangat berkaitan dan pengaturannya tergantung kepada sebuah negara yaitu Khilafah Islamiyyah.
Rasul saw pernah bersabda,” Jauhilah tiga hal yang dilaknat yaitu buang air dan kotoran di saluran air, di pinggir atau tengah jalan dan di tempat berteduh.” (HR Abu Dawud)
Pun Rasul pernah bersabda,” Janganlah salah seorang dari kalian buang air di air yang tergenang.” (HR Thabrani)
Sejumlah hadits itu merupakan perintah yang sangat jelas bagi kita untuk memperhatikan kondisi lingkungan. Ini semua dapat dijalankan dengan baik oleh setiap masyarakat jika masyarakat benar-benar memahami makna hadits tadi. Hadits tadi bukan hanya seruan untuk individu semata, melainkan seluruh masyarakat. Jika hanya sebagian individu saja yang melaksanakan aturan itu, maka lingkungan yang sehat tak akan terwujud. Di sinilah pentingnya peran negara dalam menegakkan aturan ini.
Hal ini sudah dicontohkan oleh Rasululloh dan para khalifah sesudahnya bagaimana Khilafah Islamiyyah begitu memperhatikan masalah kesehatan. Saat Rasul saw diberi hadiah oleh Raja Mesir, Muqauqis berupa seorang tabib atau dokter,maka Rasul menjadikan dokter itu untuk melayani kaum muslim secara gratis. Umar bin Khathab menetapkan pembiayaan bagi para penderita lepra di Syam dari Baitul Mal. Ini adalah bukti bahwa pemimpin bertanggungjawab dalam masalah kesehatan warga negaranya. Warga negara yang sakit mendapat perlakuan khusus dan berupaya disembuhkan dengan pengobatan yang diberikan negara kepadanya.
Hal yang serupa dilakukan oleh Khalifah Al Walid bin Abdul Malik dari Bani Umayyah yang membangun rumah sakit bagi para penderita lepra. Bahkan sejarah mencatat bahwa konsep rumah sakit dipelopori oleh Islam. Islam telah memberikan kontribusi kepada dunia dengan pembangunan rumah sakit yang megah dan dilengkapi peralatan modern.
Will Durant dalam The Story of Civilization menyatakan,”Islam telah menjamin seluruh dunia dalam menyiapkan berbagai rumah sakit yang layak sekaligus memenuhi keperluannya.”
Bagaimana dengan kita saat ini? Layanan yang cepat dan rumah sakit mewah hanya bisa dinikmati oleh beberapa kalangan tertentu saja. Bahkan slogan “orang miskin dilarang sekolah” telah menjadi wacana yang tak asing saat ini. Inilah buah dari penerapan aturan Kapitalisme yang selalu mengukur segala sesuatu dari materi. Sangat jauh berbeda dengan aturan Islam yang benar-benar menjamin kesehatan dan kesejahteraan bagi warga negaranya. Jadi ayo kita jadikan itu semua sebagai motifasi untuk menerapkan Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah Islamiyyah.
“Siapa saja di antara kalian yang berada di pagi hari sehat badannya, aman jiwa, jalan dan rumahnya dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan ia telah diberi dunia dan seisinya.”
(HR Bukhari)
Aturan Islam tentang kesehatan ini tidak diarahkan untuk individu semata. Melainkan seluruh masyarakat bisa menegakkan aturan tentang kesehatan ini. Oleh karena itu pelaksanaan aturan Islam tentang kesehatan dilandasi oleh sikap takwa dan kepribadian Islam. Dalam hal ni negara yang paling berperan dalam membentuk kepribadian setiap warga negaranya. Dalam aturan Islam, sistem kesehatan terdiri atas 3 unsur yaitu yang pertama, peraturan dalam hal ini berupa syariah Islam dan kebijakan Khilafah. Kedua, terkait dengan sarana prasarana dan fasilitas seperti rumah sakit, alat medis dan sebagainya. Ketiga, sumber daya manusia yang terkait dengan dokter, perawat, tenaga medis. Tentunya semua unsur itu sangat berkaitan dan pengaturannya tergantung kepada sebuah negara yaitu Khilafah Islamiyyah.
Rasul saw pernah bersabda,” Jauhilah tiga hal yang dilaknat yaitu buang air dan kotoran di saluran air, di pinggir atau tengah jalan dan di tempat berteduh.” (HR Abu Dawud)
Pun Rasul pernah bersabda,” Janganlah salah seorang dari kalian buang air di air yang tergenang.” (HR Thabrani)
Sejumlah hadits itu merupakan perintah yang sangat jelas bagi kita untuk memperhatikan kondisi lingkungan. Ini semua dapat dijalankan dengan baik oleh setiap masyarakat jika masyarakat benar-benar memahami makna hadits tadi. Hadits tadi bukan hanya seruan untuk individu semata, melainkan seluruh masyarakat. Jika hanya sebagian individu saja yang melaksanakan aturan itu, maka lingkungan yang sehat tak akan terwujud. Di sinilah pentingnya peran negara dalam menegakkan aturan ini.
Hal ini sudah dicontohkan oleh Rasululloh dan para khalifah sesudahnya bagaimana Khilafah Islamiyyah begitu memperhatikan masalah kesehatan. Saat Rasul saw diberi hadiah oleh Raja Mesir, Muqauqis berupa seorang tabib atau dokter,maka Rasul menjadikan dokter itu untuk melayani kaum muslim secara gratis. Umar bin Khathab menetapkan pembiayaan bagi para penderita lepra di Syam dari Baitul Mal. Ini adalah bukti bahwa pemimpin bertanggungjawab dalam masalah kesehatan warga negaranya. Warga negara yang sakit mendapat perlakuan khusus dan berupaya disembuhkan dengan pengobatan yang diberikan negara kepadanya.
Hal yang serupa dilakukan oleh Khalifah Al Walid bin Abdul Malik dari Bani Umayyah yang membangun rumah sakit bagi para penderita lepra. Bahkan sejarah mencatat bahwa konsep rumah sakit dipelopori oleh Islam. Islam telah memberikan kontribusi kepada dunia dengan pembangunan rumah sakit yang megah dan dilengkapi peralatan modern.
Will Durant dalam The Story of Civilization menyatakan,”Islam telah menjamin seluruh dunia dalam menyiapkan berbagai rumah sakit yang layak sekaligus memenuhi keperluannya.”
Bagaimana dengan kita saat ini? Layanan yang cepat dan rumah sakit mewah hanya bisa dinikmati oleh beberapa kalangan tertentu saja. Bahkan slogan “orang miskin dilarang sekolah” telah menjadi wacana yang tak asing saat ini. Inilah buah dari penerapan aturan Kapitalisme yang selalu mengukur segala sesuatu dari materi. Sangat jauh berbeda dengan aturan Islam yang benar-benar menjamin kesehatan dan kesejahteraan bagi warga negaranya. Jadi ayo kita jadikan itu semua sebagai motifasi untuk menerapkan Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah Islamiyyah.
Renungan Untuk Saudariku
Renungan Untuk Saudariku Tercinta....
Saudariku....
Sungguh, berkumpulnya kita disini adalah salah satu kenikmatan dari sekian banyak kenikmatan yg diberikan Alloh kepada kita.
Saudariku...
Sadarkah kita bahwa jalan yg kita tempuh ini penuh dengan tantangan terjal yg harus kita daki setapak demi setapak.
Tapi di sanalah letak kenikmatan itu. Salah seorang sahabat yg mulia, Haram bin Milhan ra, saat ditusuk dengan tombak, kemudian tombak itu dicabut dari tubuhnya, darah pun mengucur dari tubuhnya, tapi ia malah berkata:
“Demi Alloh aku beruntung.”
Demikian pula dengan shahabat yg mulia, Abdullah bin Jahsy ra, yg berdoa sebelum Perang Uhud:
“ Ya Alloh, pertemukanlah aku dengan lawan yg sangat kuat dan cepat marah. Aku akan memerangi dia di Jalan-Mu dan dia pun memerangiku. Lalu dia menangkapku, dan memotong hidung dan telingaku. Jika aku bertemu dengan –Mu Ya Alloh, maka Engkau bertanya, “Hai Abdullah, mengapa hidung dan telingamu terpotong?” Lalu aku menjawab “Hidung dan telingaku terpotong di Jalan-Mu.” Apa yg diinginkan Abdullah bin Jahsy terwujud, Beliau gugur dalam Perang Uhud dengan telinga dan hidung terpotong. Subhanalloh, betapa manisnya doa dan cita-cita Abdulloh bin Jahsy, betapa dahsyatnya Haram bin Milhan menikmati setiap kucuran darah dalam tubuhnya.
Saudariku....
Inilah jalan kebenaran dan manisnya berjuang di jalan Alloh. Sungguh, Islam akan berdiri kokoh bersama syabab yg benar-benar menikmati pengorbanan dan perjuangan ini. Islam yg mulia ini akan memancarkan sinarnya bersama orang-orang yg besar, yg bisa menanggung amanah yg besar, yg tidak dapat dipikul oleh langit dan bumi. Syabab yg bertekad baja, tekad yg mendidih di dalam kalbu laksana air mendidih dalam periuk. Sungguh, inilah yg harus selalu ada pada diri pengemban dakwah. Tidakkah kita ingat, Rasululloh selalu bermunajat “Ya Alloh, aku sungguh-sungguh memohon kepadamu ketegaran dalam urusan agama ini dan tekad kuat berada di atas petunjuk-Mu.”
Saudariku...
Dengan atau tanpa kita, sungguh Islam akan berdiri kokoh kelak..
Dengan atau tanpa kita, sungguh Khilafah Islamiyyah akan memancarkan sinar-Nya..
Dengan atau tanpa kita, sungguh Alloh akan memenuhi janji-Nya memenangkan din ini...
Sungguh, dengan atau tanpa kita, Umat Rasululloh akan kembali menjadi Khoiru Ummah...
Namun, apakah kita hanya akan menunggu itu semua atau menjemput janji Alloh dengan tekad baja dan sempurna, menjadi harisan ‘aminan lil Islam hingga nyawa tercabut dari raga kita...
Saudariku...
Sungguh, Khilafah Islamiyyah pasti akan segera kembali meskipun tantangan demi tantangan selalu menempa kita.
Sesungguhnya pertolongan Alloh akan segera datang. (bacakan Quran surat An Nur 55) dan hadits Nu’man bin Basyir
Sesungguhnya, kita ingin merasakan kebahagiaan, melihat Khilafah Islamiyyah, melihat benderanya berkibar dari timur ke barat, wilayahnya kembali membentang ke seantero alam, dunia pun kembali rimbun dalam naungan Islam..
Subhanalloh, Ya Rabb izinkanlah kami merasakan itu semua...
Tapi jikalau ajal kami sudah datang menjemput, izinkanlah kami menjadi syahidah di Jalan-Mu, yg lewat tangan-tangan kami dan lisan kami, umat bisa terpahamkan untuk bersama-sama menjemput seruan-Mu..
Sungguh itulah masa-masa yg kami rindukan...
Jangan sampai anak-anak kami, suami kami, keluarga tercinta kami, harta kami menjadi penghalang kami untuk menjemput kerinduan itu.. Sungguh, mereka adalah titipan-Mu ya Alloh, menjadi ujian kami sejauh mana kami terus mengokohkan derap langkah kami di Jalan-Mu...
Sebagaimana Muhammad Al Fatih yang selalu merindukan menaklukkan Konstantinopel..
Kerinduan untuk menjemput seruan Rasul-Mu: “Konstantinopel pasti akan ditaklukan. Komandan perang yg paling baik adalah komandan perang penakluk Konstantinopel dan pasukan terbaik adalah adalah Pasukan Penakluk Konstantinopel.”
Kita adalah cucu-cucu Al Fatih yg harus selalu menyambut setiap proyek besar untuk kebangkitan Islam..
Kita adalah penerima tongkat estafet perjuangan Al Fatih yg harus selalu mempersiapkan diri demi menjemput nashrulloh..
Saudariku...
Sesungguhnya, ketentuan Alloh tidak dikhususkan kepada sembarang orang. Kemenangan ada sebab-sebabnya.
Siapa saja yg dikehendaki Alloh memiliki sebab kemenangan, Alloh pasti akan menolongnya..
Inilah yg harus kita hujamkan dalam jiwa kita...
Suri tauladan kita Rasululloh saw adalah manusia mulia yg selalu yakin dengan kemenangan Alloh.
Namun keyakinan itu tak membuat beliau berpangku tangan.
Ingatkah kita, saat Rasul kita tercinta mendatangi Bani Tsaqif di Tha’if untuk meminta nushroh, beliau menyampaikan maksud kedatangan beliau dan menyampaikan Risalah Islam, namun apa yg terjadi?
Rasul kita tercinta justru mendapati penolakan keras, bahkan beliau dilempari batu sampai tumitnya berdarah.
Namun beliau tidak menyerah, Rasul kita tercinta terus menyeru dan menyeru, memanfaatkan musim haji untuk menjemput kemenangan itu.
Rasul kita tercinta mengutus Sahabat yg mulia, Mushab bin Umair untuk melakukan amaliyyah shohriyyah, meraih simpul-simpul umat Madinah. Dengan lantangnya Mushab menyeru mereka dan berkata: “Jika kalian suka maka ambillah, jika tidak maka tinggalkanlah..” Subhanalloh, keihklasan, kejujuran, dan keyakinan kuat Mushab mampu melembutkan hati para simpul umat. Hingga akhirnya mereka siap membela dan rela mati di jalan Islam.
Alloh menampakkan janjiNya... kemenangan datang, Pesona Islam pun semakin nampak di bumi Alloh...
Saudariku...
Inilah perjuangan Rasul kita yg mulia, yg bertekad baja yang pantang menyerah dan selalu optimis menyambut semua seraun-Nya..
Inilah perjuangan Rasul yg akhirnya berbuah kemenangan manis..
Alloh telah memenuhi janji-Nya untuk memenangkan din ini..
Saudariku...
Kereta dakwah ini akan terus melaju dengan kencang..
Cahaya kemenangan sudah mulai tampak..
Apakah semua itu membuat kita semakin bergairah untuk berdakwah? Atau justru putus asa yg selalu menghinggapi kita?
Pertanyaan demi pertanyaan kita lontarkan, kapan Khilafah tegak? Tanpa melebur ke tengah-tengah umat? Atau bahkan, semangat kita pun melemah, cahaya gerak kita meredup, dan bahkan menganggap bahwa aktifitas melebur ke tengah umat tak ada gunanya?
Apakah kita lupa, bahwa Rasululloh saw tidak pernah behenti berdakwah sekalipun tantangan yg beliau hadapi semakin berat?
Apakah kita lupa bahwa mengemban pemikiran ini dan menjadikannya pemikiran yg dominan di tengah umat itu akan memperkuat nushroh?
Apakah kita lupa dengan semua kenikmatan yg diberikan Alloh, hingga secara perlahan, kita semakin menjauh dari aktiftas dakwah?
Apakah kita lupa bahwa kitalah yg diingat oleh Rasululloh saat ajal menjemputnya?
Ummati... Ummati.. Ummati... beliau ungkapkan saat Malaikat Maut menjemput jiwanya yg mulia..
Namun, dengan mudahnya kita menyepelekan aktifitas yg dulu selalu beliau contohkan..
Yaa Rabb, ampuni kami..
Duhai Rasul.. betapa sedihnya engkau saat kau dapati umatmu seperti ini...
Saudariku...
Perjuangan ini bukanlah perjuangan sesaat...
Perjuangan yg kita lakukan saat keadaan lapang tapi kita tinggalkan dalam kondisi sempit....
Saudariku,..
Banyak saudara kita berguguran ketika tak kuat menjalani tempaan hidup...
Meninggalkan dakwah dengan dalih menyelesaikan masalah hidup..
Tapi apakah kita sadar, bahwa tempaan hidup itu adalah kasih sayang Alloh kepada kita?
Anak-anak manis kita adalah buah hati terindah yg diberikan Alloh kepada kita..
Keluarga yg kita cintai adalah berkah terindah yg diberikan Alloh kepada kita..
Harta yg kita miliki adalah titipan dan ujian dari Alloh sejauh mana kita menginfakkannya di Jalan Alloh...
Saudariku...
Hidup di dunia ini hanyalah sementara..
Kita ibarat musafir yg akan menuju suatu tempat..
Hidup bagaikan pengembaraan..
Tapi kenapa saudariku, kita seringkali menahan semua titipan Alloh yg diberikan kepada kita?
Langkah kita begitu berat saat akan berdakwah karena teringat anak dan suami kita...
Tangan ini pun terasa berat saat akan bederma di jalan Alloh karena khawatir rezki kita berkurang..
Saudariku...
Ingatkah kita pada firman Alloh,
” Alloh-lah yg menciptakan kamu, kemudian memberikan rizki.” (QS Ar Rum:40)
“ Tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Alloh yang memberi rizkinya.” (QS Hud:6)
Saudariku...
Sungguh Alloh selalu memenuhi janji-Nya..
Jadi apa yg kita takutkan? Apa yg kita ragukan? Apakah saat kita hidup dizaman Kapitalisme ini maka kita terbawa menjadi pribadi-pribadi pencinta dunia? Yg terlena dengan suguhan dunia yg semu? Yg terbuai dengan harta yg kita milki? Naudzubillah...
Sungguh saudariku, bangunlah.. harta yg kita miliki hanyalah titipan...
Duhai Saudariku...
Rasul saw pernah bersabda:
“Wahai Manusia, sesungguhnya Alloh telah memilihkan untuk kalian Islam sebagai agama kalian, maka dari itu dekatilah Islam dengan betingkah laku dermawan dan berperilaku mulia. Ketahuilah bahwa perilaku dermawan itu merupakan pohon syurga, yg cabang-cabangnya berada di dunia. Barangsiapa dari kalian berbuat dermawan berarti kalian tengah berpegangan dengan cabang-cabang dari pohon syurga itu sampai Alloh memasukannya ke dalam syurga. Ketahuilah, bahwa sifat kikir meupakan pohon neraka yg cabang-cabangnya berada di dunia. Barangsiapa dari kalian berbuat kikir berarti kalian tengah berpegangan dengan cabang-cabang dari pohon neraka itu sampai Alloh memasukkannya ke dalam neraka.”
Rasul berkata dua kali: Berdemalah kalian di jalan Alloh, Berdemalah kalian di jalan Alloh.
Saudariku...
Marilah kita menyegarkan diri kita dengan kisah-kisah sahabat..
Aisyah ra sedang berada dalam rumahnya, ia mendengar suara gaduh dari Madinah, sehingga bertanya, “Ada apa ini?” kemudian orang-orang menjelaskan, “Unta-unta Abdurrahman bin Auf baru datang dari wilayah Syam dan membawa barang hasil dagangan.” Aisyah berkata, aku pernah mendengar Rasululloh prnah bersabda “Aku melihat Abdurrahman bin Auf masuk syurga dengan merangkak.” Perkataan itu sampai kepada Abdurrahman seraya berkata “Seandainya memungkinkan aku ingin masuk syurga dengan berjalan.” Setelah itu beliau menginfakkan seluruh untanya yg berjumlah 700 unta degan hasil perdagangan beliau.
Dalam riwayat lain, Abdurrahman bin Auf pernah menginfakkan separuh hartanya, setelah tiu menginfakkan 4000 dirham, kemudian menginfakkan kembali 40.000 dirham, lalu 40.000 dirham lagi, kemudian menyerahkan 500 ekor kuda perang di jalan Alloh, setelah itu mnyediakan 500 hewan tunggangan dijalan Alloh.
Subhanalloh.. Bagaimana dengan kita saudariku? Abdurrahman adalah salah satu dari Assabiquna awwalun yg sudah dijamin masuk Syurga, namun beliau begitu mendambakan masuk syurga dengan berjalan
Benarlah firman Alloh yg begitu terhujam pada diri Abdurrahman bin Auf (bacakan At Taubah 111)
Saudariku, renungkanlah bagaimana saat Rasul saw besabda “Siapa yg bersedia membelikan untuk kita sumur Raumah, maka itu menjadi sedekahnya bagi kaum muslim dan Alloh akan memberikannya air minum pada hari Kiamat kelak tatkala dilanda dahaga.” Utsman bin Affan membelinya dan menjadikannya sedekah bagi kaum muslim. Dalam riwayat lain. Utsman menyerahkan 950 unta dan 50 ekor kuda untuk keperluan Perang Tabuk.
Adalah Aisyah ra yg menyerahkan roti untuk pembantu wanitanya. Hingga Aisyah tidak mendapatkan apa-apa ketika berbuka. Dalam riwayat lain dikisahkan, bahwa ada seorang miskin meminta makanan kepada Aisyah ra sementara dihadapan Aisyah ada setangkai anggur. Aisyah berkata: Ambil satu biji. Akan tetapi si peminta-minta memperhatikan anggur itu dengan takjub, kemudian Aisyah berkata “Apakah engkau takjub? Berapa buahpun anggur yg engkau lihat, ambil saja.”
Adalah Sa’id bin Amir, salah seorang struktur khilafah pada masa Umar bin Khathab. Jika Sa’id mendapatkan bagian dar Baitul Mal, maka ia belanjakan bahan makanan untuk keluarganya, dan sisanya disedekahkan. Sampai-sampai istrinya bertanya, kemudian Sa’id menjawab “Telah aku pinjamkan”. Orang-orang yg mendatangi Sa’id kemudian berkata” Sesungguhnya keluargamu itu mempunyai hak, begitu pula kerabatmu itu mempunyai hak.” Sa’id berkata: Aku tidak pernah menuntut dan mencari kerelaan seseorang di dunia melainkan untuk mendapatkan bidadari yg tidak pernah tersentuh mata manusia, yang jika ia turun ke bumi, maka sinarnya akan membakar bumi dan matahari. Tapi aku juga tidak mau meninggalkan keluargaku.”
Karena itu saudariku, marilah kita menjadi seperti mereka. Mereka menjadikan perjuangan di jalan Alloh melebihi segalanya. Mendermakan harta kita hanya diniatkan untuk-Nya bukan yg lain.
Saudariku....
Sungguh, berkumpulnya kita disini adalah salah satu kenikmatan dari sekian banyak kenikmatan yg diberikan Alloh kepada kita.
Saudariku...
Sadarkah kita bahwa jalan yg kita tempuh ini penuh dengan tantangan terjal yg harus kita daki setapak demi setapak.
Tapi di sanalah letak kenikmatan itu. Salah seorang sahabat yg mulia, Haram bin Milhan ra, saat ditusuk dengan tombak, kemudian tombak itu dicabut dari tubuhnya, darah pun mengucur dari tubuhnya, tapi ia malah berkata:
“Demi Alloh aku beruntung.”
Demikian pula dengan shahabat yg mulia, Abdullah bin Jahsy ra, yg berdoa sebelum Perang Uhud:
“ Ya Alloh, pertemukanlah aku dengan lawan yg sangat kuat dan cepat marah. Aku akan memerangi dia di Jalan-Mu dan dia pun memerangiku. Lalu dia menangkapku, dan memotong hidung dan telingaku. Jika aku bertemu dengan –Mu Ya Alloh, maka Engkau bertanya, “Hai Abdullah, mengapa hidung dan telingamu terpotong?” Lalu aku menjawab “Hidung dan telingaku terpotong di Jalan-Mu.” Apa yg diinginkan Abdullah bin Jahsy terwujud, Beliau gugur dalam Perang Uhud dengan telinga dan hidung terpotong. Subhanalloh, betapa manisnya doa dan cita-cita Abdulloh bin Jahsy, betapa dahsyatnya Haram bin Milhan menikmati setiap kucuran darah dalam tubuhnya.
Saudariku....
Inilah jalan kebenaran dan manisnya berjuang di jalan Alloh. Sungguh, Islam akan berdiri kokoh bersama syabab yg benar-benar menikmati pengorbanan dan perjuangan ini. Islam yg mulia ini akan memancarkan sinarnya bersama orang-orang yg besar, yg bisa menanggung amanah yg besar, yg tidak dapat dipikul oleh langit dan bumi. Syabab yg bertekad baja, tekad yg mendidih di dalam kalbu laksana air mendidih dalam periuk. Sungguh, inilah yg harus selalu ada pada diri pengemban dakwah. Tidakkah kita ingat, Rasululloh selalu bermunajat “Ya Alloh, aku sungguh-sungguh memohon kepadamu ketegaran dalam urusan agama ini dan tekad kuat berada di atas petunjuk-Mu.”
Saudariku...
Dengan atau tanpa kita, sungguh Islam akan berdiri kokoh kelak..
Dengan atau tanpa kita, sungguh Khilafah Islamiyyah akan memancarkan sinar-Nya..
Dengan atau tanpa kita, sungguh Alloh akan memenuhi janji-Nya memenangkan din ini...
Sungguh, dengan atau tanpa kita, Umat Rasululloh akan kembali menjadi Khoiru Ummah...
Namun, apakah kita hanya akan menunggu itu semua atau menjemput janji Alloh dengan tekad baja dan sempurna, menjadi harisan ‘aminan lil Islam hingga nyawa tercabut dari raga kita...
Saudariku...
Sungguh, Khilafah Islamiyyah pasti akan segera kembali meskipun tantangan demi tantangan selalu menempa kita.
Sesungguhnya pertolongan Alloh akan segera datang. (bacakan Quran surat An Nur 55) dan hadits Nu’man bin Basyir
Sesungguhnya, kita ingin merasakan kebahagiaan, melihat Khilafah Islamiyyah, melihat benderanya berkibar dari timur ke barat, wilayahnya kembali membentang ke seantero alam, dunia pun kembali rimbun dalam naungan Islam..
Subhanalloh, Ya Rabb izinkanlah kami merasakan itu semua...
Tapi jikalau ajal kami sudah datang menjemput, izinkanlah kami menjadi syahidah di Jalan-Mu, yg lewat tangan-tangan kami dan lisan kami, umat bisa terpahamkan untuk bersama-sama menjemput seruan-Mu..
Sungguh itulah masa-masa yg kami rindukan...
Jangan sampai anak-anak kami, suami kami, keluarga tercinta kami, harta kami menjadi penghalang kami untuk menjemput kerinduan itu.. Sungguh, mereka adalah titipan-Mu ya Alloh, menjadi ujian kami sejauh mana kami terus mengokohkan derap langkah kami di Jalan-Mu...
Sebagaimana Muhammad Al Fatih yang selalu merindukan menaklukkan Konstantinopel..
Kerinduan untuk menjemput seruan Rasul-Mu: “Konstantinopel pasti akan ditaklukan. Komandan perang yg paling baik adalah komandan perang penakluk Konstantinopel dan pasukan terbaik adalah adalah Pasukan Penakluk Konstantinopel.”
Kita adalah cucu-cucu Al Fatih yg harus selalu menyambut setiap proyek besar untuk kebangkitan Islam..
Kita adalah penerima tongkat estafet perjuangan Al Fatih yg harus selalu mempersiapkan diri demi menjemput nashrulloh..
Saudariku...
Sesungguhnya, ketentuan Alloh tidak dikhususkan kepada sembarang orang. Kemenangan ada sebab-sebabnya.
Siapa saja yg dikehendaki Alloh memiliki sebab kemenangan, Alloh pasti akan menolongnya..
Inilah yg harus kita hujamkan dalam jiwa kita...
Suri tauladan kita Rasululloh saw adalah manusia mulia yg selalu yakin dengan kemenangan Alloh.
Namun keyakinan itu tak membuat beliau berpangku tangan.
Ingatkah kita, saat Rasul kita tercinta mendatangi Bani Tsaqif di Tha’if untuk meminta nushroh, beliau menyampaikan maksud kedatangan beliau dan menyampaikan Risalah Islam, namun apa yg terjadi?
Rasul kita tercinta justru mendapati penolakan keras, bahkan beliau dilempari batu sampai tumitnya berdarah.
Namun beliau tidak menyerah, Rasul kita tercinta terus menyeru dan menyeru, memanfaatkan musim haji untuk menjemput kemenangan itu.
Rasul kita tercinta mengutus Sahabat yg mulia, Mushab bin Umair untuk melakukan amaliyyah shohriyyah, meraih simpul-simpul umat Madinah. Dengan lantangnya Mushab menyeru mereka dan berkata: “Jika kalian suka maka ambillah, jika tidak maka tinggalkanlah..” Subhanalloh, keihklasan, kejujuran, dan keyakinan kuat Mushab mampu melembutkan hati para simpul umat. Hingga akhirnya mereka siap membela dan rela mati di jalan Islam.
Alloh menampakkan janjiNya... kemenangan datang, Pesona Islam pun semakin nampak di bumi Alloh...
Saudariku...
Inilah perjuangan Rasul kita yg mulia, yg bertekad baja yang pantang menyerah dan selalu optimis menyambut semua seraun-Nya..
Inilah perjuangan Rasul yg akhirnya berbuah kemenangan manis..
Alloh telah memenuhi janji-Nya untuk memenangkan din ini..
Saudariku...
Kereta dakwah ini akan terus melaju dengan kencang..
Cahaya kemenangan sudah mulai tampak..
Apakah semua itu membuat kita semakin bergairah untuk berdakwah? Atau justru putus asa yg selalu menghinggapi kita?
Pertanyaan demi pertanyaan kita lontarkan, kapan Khilafah tegak? Tanpa melebur ke tengah-tengah umat? Atau bahkan, semangat kita pun melemah, cahaya gerak kita meredup, dan bahkan menganggap bahwa aktifitas melebur ke tengah umat tak ada gunanya?
Apakah kita lupa, bahwa Rasululloh saw tidak pernah behenti berdakwah sekalipun tantangan yg beliau hadapi semakin berat?
Apakah kita lupa bahwa mengemban pemikiran ini dan menjadikannya pemikiran yg dominan di tengah umat itu akan memperkuat nushroh?
Apakah kita lupa dengan semua kenikmatan yg diberikan Alloh, hingga secara perlahan, kita semakin menjauh dari aktiftas dakwah?
Apakah kita lupa bahwa kitalah yg diingat oleh Rasululloh saat ajal menjemputnya?
Ummati... Ummati.. Ummati... beliau ungkapkan saat Malaikat Maut menjemput jiwanya yg mulia..
Namun, dengan mudahnya kita menyepelekan aktifitas yg dulu selalu beliau contohkan..
Yaa Rabb, ampuni kami..
Duhai Rasul.. betapa sedihnya engkau saat kau dapati umatmu seperti ini...
Saudariku...
Perjuangan ini bukanlah perjuangan sesaat...
Perjuangan yg kita lakukan saat keadaan lapang tapi kita tinggalkan dalam kondisi sempit....
Saudariku,..
Banyak saudara kita berguguran ketika tak kuat menjalani tempaan hidup...
Meninggalkan dakwah dengan dalih menyelesaikan masalah hidup..
Tapi apakah kita sadar, bahwa tempaan hidup itu adalah kasih sayang Alloh kepada kita?
Anak-anak manis kita adalah buah hati terindah yg diberikan Alloh kepada kita..
Keluarga yg kita cintai adalah berkah terindah yg diberikan Alloh kepada kita..
Harta yg kita miliki adalah titipan dan ujian dari Alloh sejauh mana kita menginfakkannya di Jalan Alloh...
Saudariku...
Hidup di dunia ini hanyalah sementara..
Kita ibarat musafir yg akan menuju suatu tempat..
Hidup bagaikan pengembaraan..
Tapi kenapa saudariku, kita seringkali menahan semua titipan Alloh yg diberikan kepada kita?
Langkah kita begitu berat saat akan berdakwah karena teringat anak dan suami kita...
Tangan ini pun terasa berat saat akan bederma di jalan Alloh karena khawatir rezki kita berkurang..
Saudariku...
Ingatkah kita pada firman Alloh,
” Alloh-lah yg menciptakan kamu, kemudian memberikan rizki.” (QS Ar Rum:40)
“ Tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Alloh yang memberi rizkinya.” (QS Hud:6)
Saudariku...
Sungguh Alloh selalu memenuhi janji-Nya..
Jadi apa yg kita takutkan? Apa yg kita ragukan? Apakah saat kita hidup dizaman Kapitalisme ini maka kita terbawa menjadi pribadi-pribadi pencinta dunia? Yg terlena dengan suguhan dunia yg semu? Yg terbuai dengan harta yg kita milki? Naudzubillah...
Sungguh saudariku, bangunlah.. harta yg kita miliki hanyalah titipan...
Duhai Saudariku...
Rasul saw pernah bersabda:
“Wahai Manusia, sesungguhnya Alloh telah memilihkan untuk kalian Islam sebagai agama kalian, maka dari itu dekatilah Islam dengan betingkah laku dermawan dan berperilaku mulia. Ketahuilah bahwa perilaku dermawan itu merupakan pohon syurga, yg cabang-cabangnya berada di dunia. Barangsiapa dari kalian berbuat dermawan berarti kalian tengah berpegangan dengan cabang-cabang dari pohon syurga itu sampai Alloh memasukannya ke dalam syurga. Ketahuilah, bahwa sifat kikir meupakan pohon neraka yg cabang-cabangnya berada di dunia. Barangsiapa dari kalian berbuat kikir berarti kalian tengah berpegangan dengan cabang-cabang dari pohon neraka itu sampai Alloh memasukkannya ke dalam neraka.”
Rasul berkata dua kali: Berdemalah kalian di jalan Alloh, Berdemalah kalian di jalan Alloh.
Saudariku...
Marilah kita menyegarkan diri kita dengan kisah-kisah sahabat..
Aisyah ra sedang berada dalam rumahnya, ia mendengar suara gaduh dari Madinah, sehingga bertanya, “Ada apa ini?” kemudian orang-orang menjelaskan, “Unta-unta Abdurrahman bin Auf baru datang dari wilayah Syam dan membawa barang hasil dagangan.” Aisyah berkata, aku pernah mendengar Rasululloh prnah bersabda “Aku melihat Abdurrahman bin Auf masuk syurga dengan merangkak.” Perkataan itu sampai kepada Abdurrahman seraya berkata “Seandainya memungkinkan aku ingin masuk syurga dengan berjalan.” Setelah itu beliau menginfakkan seluruh untanya yg berjumlah 700 unta degan hasil perdagangan beliau.
Dalam riwayat lain, Abdurrahman bin Auf pernah menginfakkan separuh hartanya, setelah tiu menginfakkan 4000 dirham, kemudian menginfakkan kembali 40.000 dirham, lalu 40.000 dirham lagi, kemudian menyerahkan 500 ekor kuda perang di jalan Alloh, setelah itu mnyediakan 500 hewan tunggangan dijalan Alloh.
Subhanalloh.. Bagaimana dengan kita saudariku? Abdurrahman adalah salah satu dari Assabiquna awwalun yg sudah dijamin masuk Syurga, namun beliau begitu mendambakan masuk syurga dengan berjalan
Benarlah firman Alloh yg begitu terhujam pada diri Abdurrahman bin Auf (bacakan At Taubah 111)
Saudariku, renungkanlah bagaimana saat Rasul saw besabda “Siapa yg bersedia membelikan untuk kita sumur Raumah, maka itu menjadi sedekahnya bagi kaum muslim dan Alloh akan memberikannya air minum pada hari Kiamat kelak tatkala dilanda dahaga.” Utsman bin Affan membelinya dan menjadikannya sedekah bagi kaum muslim. Dalam riwayat lain. Utsman menyerahkan 950 unta dan 50 ekor kuda untuk keperluan Perang Tabuk.
Adalah Aisyah ra yg menyerahkan roti untuk pembantu wanitanya. Hingga Aisyah tidak mendapatkan apa-apa ketika berbuka. Dalam riwayat lain dikisahkan, bahwa ada seorang miskin meminta makanan kepada Aisyah ra sementara dihadapan Aisyah ada setangkai anggur. Aisyah berkata: Ambil satu biji. Akan tetapi si peminta-minta memperhatikan anggur itu dengan takjub, kemudian Aisyah berkata “Apakah engkau takjub? Berapa buahpun anggur yg engkau lihat, ambil saja.”
Adalah Sa’id bin Amir, salah seorang struktur khilafah pada masa Umar bin Khathab. Jika Sa’id mendapatkan bagian dar Baitul Mal, maka ia belanjakan bahan makanan untuk keluarganya, dan sisanya disedekahkan. Sampai-sampai istrinya bertanya, kemudian Sa’id menjawab “Telah aku pinjamkan”. Orang-orang yg mendatangi Sa’id kemudian berkata” Sesungguhnya keluargamu itu mempunyai hak, begitu pula kerabatmu itu mempunyai hak.” Sa’id berkata: Aku tidak pernah menuntut dan mencari kerelaan seseorang di dunia melainkan untuk mendapatkan bidadari yg tidak pernah tersentuh mata manusia, yang jika ia turun ke bumi, maka sinarnya akan membakar bumi dan matahari. Tapi aku juga tidak mau meninggalkan keluargaku.”
Karena itu saudariku, marilah kita menjadi seperti mereka. Mereka menjadikan perjuangan di jalan Alloh melebihi segalanya. Mendermakan harta kita hanya diniatkan untuk-Nya bukan yg lain.
Langganan:
Postingan (Atom)