Renungan Untuk Saudariku Tercinta....
Saudariku....
Sungguh, berkumpulnya kita disini adalah salah satu kenikmatan dari sekian banyak kenikmatan yg diberikan Alloh kepada kita.
Saudariku...
Sadarkah kita bahwa jalan yg kita tempuh ini penuh dengan tantangan terjal yg harus kita daki setapak demi setapak.
Tapi di sanalah letak kenikmatan itu. Salah seorang sahabat yg mulia, Haram bin Milhan ra, saat ditusuk dengan tombak, kemudian tombak itu dicabut dari tubuhnya, darah pun mengucur dari tubuhnya, tapi ia malah berkata:
“Demi Alloh aku beruntung.”
Demikian pula dengan shahabat yg mulia, Abdullah bin Jahsy ra, yg berdoa sebelum Perang Uhud:
“ Ya Alloh, pertemukanlah aku dengan lawan yg sangat kuat dan cepat marah. Aku akan memerangi dia di Jalan-Mu dan dia pun memerangiku. Lalu dia menangkapku, dan memotong hidung dan telingaku. Jika aku bertemu dengan –Mu Ya Alloh, maka Engkau bertanya, “Hai Abdullah, mengapa hidung dan telingamu terpotong?” Lalu aku menjawab “Hidung dan telingaku terpotong di Jalan-Mu.” Apa yg diinginkan Abdullah bin Jahsy terwujud, Beliau gugur dalam Perang Uhud dengan telinga dan hidung terpotong. Subhanalloh, betapa manisnya doa dan cita-cita Abdulloh bin Jahsy, betapa dahsyatnya Haram bin Milhan menikmati setiap kucuran darah dalam tubuhnya.
Saudariku....
Inilah jalan kebenaran dan manisnya berjuang di jalan Alloh. Sungguh, Islam akan berdiri kokoh bersama syabab yg benar-benar menikmati pengorbanan dan perjuangan ini. Islam yg mulia ini akan memancarkan sinarnya bersama orang-orang yg besar, yg bisa menanggung amanah yg besar, yg tidak dapat dipikul oleh langit dan bumi. Syabab yg bertekad baja, tekad yg mendidih di dalam kalbu laksana air mendidih dalam periuk. Sungguh, inilah yg harus selalu ada pada diri pengemban dakwah. Tidakkah kita ingat, Rasululloh selalu bermunajat “Ya Alloh, aku sungguh-sungguh memohon kepadamu ketegaran dalam urusan agama ini dan tekad kuat berada di atas petunjuk-Mu.”
Saudariku...
Dengan atau tanpa kita, sungguh Islam akan berdiri kokoh kelak..
Dengan atau tanpa kita, sungguh Khilafah Islamiyyah akan memancarkan sinar-Nya..
Dengan atau tanpa kita, sungguh Alloh akan memenuhi janji-Nya memenangkan din ini...
Sungguh, dengan atau tanpa kita, Umat Rasululloh akan kembali menjadi Khoiru Ummah...
Namun, apakah kita hanya akan menunggu itu semua atau menjemput janji Alloh dengan tekad baja dan sempurna, menjadi harisan ‘aminan lil Islam hingga nyawa tercabut dari raga kita...
Saudariku...
Sungguh, Khilafah Islamiyyah pasti akan segera kembali meskipun tantangan demi tantangan selalu menempa kita.
Sesungguhnya pertolongan Alloh akan segera datang. (bacakan Quran surat An Nur 55) dan hadits Nu’man bin Basyir
Sesungguhnya, kita ingin merasakan kebahagiaan, melihat Khilafah Islamiyyah, melihat benderanya berkibar dari timur ke barat, wilayahnya kembali membentang ke seantero alam, dunia pun kembali rimbun dalam naungan Islam..
Subhanalloh, Ya Rabb izinkanlah kami merasakan itu semua...
Tapi jikalau ajal kami sudah datang menjemput, izinkanlah kami menjadi syahidah di Jalan-Mu, yg lewat tangan-tangan kami dan lisan kami, umat bisa terpahamkan untuk bersama-sama menjemput seruan-Mu..
Sungguh itulah masa-masa yg kami rindukan...
Jangan sampai anak-anak kami, suami kami, keluarga tercinta kami, harta kami menjadi penghalang kami untuk menjemput kerinduan itu.. Sungguh, mereka adalah titipan-Mu ya Alloh, menjadi ujian kami sejauh mana kami terus mengokohkan derap langkah kami di Jalan-Mu...
Sebagaimana Muhammad Al Fatih yang selalu merindukan menaklukkan Konstantinopel..
Kerinduan untuk menjemput seruan Rasul-Mu: “Konstantinopel pasti akan ditaklukan. Komandan perang yg paling baik adalah komandan perang penakluk Konstantinopel dan pasukan terbaik adalah adalah Pasukan Penakluk Konstantinopel.”
Kita adalah cucu-cucu Al Fatih yg harus selalu menyambut setiap proyek besar untuk kebangkitan Islam..
Kita adalah penerima tongkat estafet perjuangan Al Fatih yg harus selalu mempersiapkan diri demi menjemput nashrulloh..
Saudariku...
Sesungguhnya, ketentuan Alloh tidak dikhususkan kepada sembarang orang. Kemenangan ada sebab-sebabnya.
Siapa saja yg dikehendaki Alloh memiliki sebab kemenangan, Alloh pasti akan menolongnya..
Inilah yg harus kita hujamkan dalam jiwa kita...
Suri tauladan kita Rasululloh saw adalah manusia mulia yg selalu yakin dengan kemenangan Alloh.
Namun keyakinan itu tak membuat beliau berpangku tangan.
Ingatkah kita, saat Rasul kita tercinta mendatangi Bani Tsaqif di Tha’if untuk meminta nushroh, beliau menyampaikan maksud kedatangan beliau dan menyampaikan Risalah Islam, namun apa yg terjadi?
Rasul kita tercinta justru mendapati penolakan keras, bahkan beliau dilempari batu sampai tumitnya berdarah.
Namun beliau tidak menyerah, Rasul kita tercinta terus menyeru dan menyeru, memanfaatkan musim haji untuk menjemput kemenangan itu.
Rasul kita tercinta mengutus Sahabat yg mulia, Mushab bin Umair untuk melakukan amaliyyah shohriyyah, meraih simpul-simpul umat Madinah. Dengan lantangnya Mushab menyeru mereka dan berkata: “Jika kalian suka maka ambillah, jika tidak maka tinggalkanlah..” Subhanalloh, keihklasan, kejujuran, dan keyakinan kuat Mushab mampu melembutkan hati para simpul umat. Hingga akhirnya mereka siap membela dan rela mati di jalan Islam.
Alloh menampakkan janjiNya... kemenangan datang, Pesona Islam pun semakin nampak di bumi Alloh...
Saudariku...
Inilah perjuangan Rasul kita yg mulia, yg bertekad baja yang pantang menyerah dan selalu optimis menyambut semua seraun-Nya..
Inilah perjuangan Rasul yg akhirnya berbuah kemenangan manis..
Alloh telah memenuhi janji-Nya untuk memenangkan din ini..
Saudariku...
Kereta dakwah ini akan terus melaju dengan kencang..
Cahaya kemenangan sudah mulai tampak..
Apakah semua itu membuat kita semakin bergairah untuk berdakwah? Atau justru putus asa yg selalu menghinggapi kita?
Pertanyaan demi pertanyaan kita lontarkan, kapan Khilafah tegak? Tanpa melebur ke tengah-tengah umat? Atau bahkan, semangat kita pun melemah, cahaya gerak kita meredup, dan bahkan menganggap bahwa aktifitas melebur ke tengah umat tak ada gunanya?
Apakah kita lupa, bahwa Rasululloh saw tidak pernah behenti berdakwah sekalipun tantangan yg beliau hadapi semakin berat?
Apakah kita lupa bahwa mengemban pemikiran ini dan menjadikannya pemikiran yg dominan di tengah umat itu akan memperkuat nushroh?
Apakah kita lupa dengan semua kenikmatan yg diberikan Alloh, hingga secara perlahan, kita semakin menjauh dari aktiftas dakwah?
Apakah kita lupa bahwa kitalah yg diingat oleh Rasululloh saat ajal menjemputnya?
Ummati... Ummati.. Ummati... beliau ungkapkan saat Malaikat Maut menjemput jiwanya yg mulia..
Namun, dengan mudahnya kita menyepelekan aktifitas yg dulu selalu beliau contohkan..
Yaa Rabb, ampuni kami..
Duhai Rasul.. betapa sedihnya engkau saat kau dapati umatmu seperti ini...
Saudariku...
Perjuangan ini bukanlah perjuangan sesaat...
Perjuangan yg kita lakukan saat keadaan lapang tapi kita tinggalkan dalam kondisi sempit....
Saudariku,..
Banyak saudara kita berguguran ketika tak kuat menjalani tempaan hidup...
Meninggalkan dakwah dengan dalih menyelesaikan masalah hidup..
Tapi apakah kita sadar, bahwa tempaan hidup itu adalah kasih sayang Alloh kepada kita?
Anak-anak manis kita adalah buah hati terindah yg diberikan Alloh kepada kita..
Keluarga yg kita cintai adalah berkah terindah yg diberikan Alloh kepada kita..
Harta yg kita miliki adalah titipan dan ujian dari Alloh sejauh mana kita menginfakkannya di Jalan Alloh...
Saudariku...
Hidup di dunia ini hanyalah sementara..
Kita ibarat musafir yg akan menuju suatu tempat..
Hidup bagaikan pengembaraan..
Tapi kenapa saudariku, kita seringkali menahan semua titipan Alloh yg diberikan kepada kita?
Langkah kita begitu berat saat akan berdakwah karena teringat anak dan suami kita...
Tangan ini pun terasa berat saat akan bederma di jalan Alloh karena khawatir rezki kita berkurang..
Saudariku...
Ingatkah kita pada firman Alloh,
” Alloh-lah yg menciptakan kamu, kemudian memberikan rizki.” (QS Ar Rum:40)
“ Tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Alloh yang memberi rizkinya.” (QS Hud:6)
Saudariku...
Sungguh Alloh selalu memenuhi janji-Nya..
Jadi apa yg kita takutkan? Apa yg kita ragukan? Apakah saat kita hidup dizaman Kapitalisme ini maka kita terbawa menjadi pribadi-pribadi pencinta dunia? Yg terlena dengan suguhan dunia yg semu? Yg terbuai dengan harta yg kita milki? Naudzubillah...
Sungguh saudariku, bangunlah.. harta yg kita miliki hanyalah titipan...
Duhai Saudariku...
Rasul saw pernah bersabda:
“Wahai Manusia, sesungguhnya Alloh telah memilihkan untuk kalian Islam sebagai agama kalian, maka dari itu dekatilah Islam dengan betingkah laku dermawan dan berperilaku mulia. Ketahuilah bahwa perilaku dermawan itu merupakan pohon syurga, yg cabang-cabangnya berada di dunia. Barangsiapa dari kalian berbuat dermawan berarti kalian tengah berpegangan dengan cabang-cabang dari pohon syurga itu sampai Alloh memasukannya ke dalam syurga. Ketahuilah, bahwa sifat kikir meupakan pohon neraka yg cabang-cabangnya berada di dunia. Barangsiapa dari kalian berbuat kikir berarti kalian tengah berpegangan dengan cabang-cabang dari pohon neraka itu sampai Alloh memasukkannya ke dalam neraka.”
Rasul berkata dua kali: Berdemalah kalian di jalan Alloh, Berdemalah kalian di jalan Alloh.
Saudariku...
Marilah kita menyegarkan diri kita dengan kisah-kisah sahabat..
Aisyah ra sedang berada dalam rumahnya, ia mendengar suara gaduh dari Madinah, sehingga bertanya, “Ada apa ini?” kemudian orang-orang menjelaskan, “Unta-unta Abdurrahman bin Auf baru datang dari wilayah Syam dan membawa barang hasil dagangan.” Aisyah berkata, aku pernah mendengar Rasululloh prnah bersabda “Aku melihat Abdurrahman bin Auf masuk syurga dengan merangkak.” Perkataan itu sampai kepada Abdurrahman seraya berkata “Seandainya memungkinkan aku ingin masuk syurga dengan berjalan.” Setelah itu beliau menginfakkan seluruh untanya yg berjumlah 700 unta degan hasil perdagangan beliau.
Dalam riwayat lain, Abdurrahman bin Auf pernah menginfakkan separuh hartanya, setelah tiu menginfakkan 4000 dirham, kemudian menginfakkan kembali 40.000 dirham, lalu 40.000 dirham lagi, kemudian menyerahkan 500 ekor kuda perang di jalan Alloh, setelah itu mnyediakan 500 hewan tunggangan dijalan Alloh.
Subhanalloh.. Bagaimana dengan kita saudariku? Abdurrahman adalah salah satu dari Assabiquna awwalun yg sudah dijamin masuk Syurga, namun beliau begitu mendambakan masuk syurga dengan berjalan
Benarlah firman Alloh yg begitu terhujam pada diri Abdurrahman bin Auf (bacakan At Taubah 111)
Saudariku, renungkanlah bagaimana saat Rasul saw besabda “Siapa yg bersedia membelikan untuk kita sumur Raumah, maka itu menjadi sedekahnya bagi kaum muslim dan Alloh akan memberikannya air minum pada hari Kiamat kelak tatkala dilanda dahaga.” Utsman bin Affan membelinya dan menjadikannya sedekah bagi kaum muslim. Dalam riwayat lain. Utsman menyerahkan 950 unta dan 50 ekor kuda untuk keperluan Perang Tabuk.
Adalah Aisyah ra yg menyerahkan roti untuk pembantu wanitanya. Hingga Aisyah tidak mendapatkan apa-apa ketika berbuka. Dalam riwayat lain dikisahkan, bahwa ada seorang miskin meminta makanan kepada Aisyah ra sementara dihadapan Aisyah ada setangkai anggur. Aisyah berkata: Ambil satu biji. Akan tetapi si peminta-minta memperhatikan anggur itu dengan takjub, kemudian Aisyah berkata “Apakah engkau takjub? Berapa buahpun anggur yg engkau lihat, ambil saja.”
Adalah Sa’id bin Amir, salah seorang struktur khilafah pada masa Umar bin Khathab. Jika Sa’id mendapatkan bagian dar Baitul Mal, maka ia belanjakan bahan makanan untuk keluarganya, dan sisanya disedekahkan. Sampai-sampai istrinya bertanya, kemudian Sa’id menjawab “Telah aku pinjamkan”. Orang-orang yg mendatangi Sa’id kemudian berkata” Sesungguhnya keluargamu itu mempunyai hak, begitu pula kerabatmu itu mempunyai hak.” Sa’id berkata: Aku tidak pernah menuntut dan mencari kerelaan seseorang di dunia melainkan untuk mendapatkan bidadari yg tidak pernah tersentuh mata manusia, yang jika ia turun ke bumi, maka sinarnya akan membakar bumi dan matahari. Tapi aku juga tidak mau meninggalkan keluargaku.”
Karena itu saudariku, marilah kita menjadi seperti mereka. Mereka menjadikan perjuangan di jalan Alloh melebihi segalanya. Mendermakan harta kita hanya diniatkan untuk-Nya bukan yg lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar