Perayaan hari Ibu seringkali diperingati dengan mencuci kaki ibu dan menangis bersama karena mengingat jasa jasa Ibu. namun setelah semua itu selesai, seolah selesai pula bakti kepada Ibu. Tak ada arti, tak membekas. Just it. 22 Desember dipandang sebagai hari sakral bagi kaum Ibu. Bagaimana tidak, semua terhanyut dalam euphoria peringatan hari Ibu. Tapi apakah memang seperti itu seharusnya? apakah berbakti kepada orangtua hanya diperingati 1 hari saja?
Sungguh pelik jika kita lihat permasalahan yang menimpa kaum Ibu saat ini. Dengan alasan kemiskinan Ibu tega membunuh anaknya sendiri. Karena kemiskinan pula Ibu tega membuang anaknya. Lagi-lagi semua karena kemiskinan.Kemiskinan sudah mejadi hal yang menakutkan bagi masyarakat dunia. Setiap tahunnya angka kemiskinan terus bertambah. Bisa-bisa Anda menjadi sasaran berikutnya! Waspadalah!!
Jelas ini tidak bisa dibiarkan. Kita tak bisa tinggal diam melihat semua ini. Kemiskinan sudah menimpa kaum Ibu yang merupakan pencetak generasi unggul nan berkualitas. Kemiskinan membuat Ibu tak lagi menjalankan fungsinya sebagai Ummu Warabbatu bayt. Perlu ada langkah konkret untuk mengatasi semua ini. Tapi seperti apa?
Banyak kalangan yang mengajukan solusi untuk atasi kemiskinan adalah dengan membuat ibu produktif alias bekerja. Walhasil berbagai dana degelontorkan untuk membuat Ibu produktif, dalam rangka untuk menambah pemasukan keluarga tentunya. Semua itu terencana dalam program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan. Tapi apakah itu solusi? Inilah pentingnya kita mencari akar permasalahan terlebih dahulu.
Mendorong Ibu untuk bekerja justru akan menambah permasalahn baru. Banyak fakta menunjukkan bahwa dengan Ibu bekerja justru membuat anak-anaknya kehilangan kasih sayang Ibunya. Anak hanya diberi uang tanpa mendapat kasih sayang dan belaian dari sang Bunda. tak jarang terjadi pertengkaran dengan suami karena Ibu terlalu banyak di lua rumah sehingga melalaikan tugas dan tanggungjawabnya. Jelas program ini justru menambah masalah baru. apakah kita ingin fakta broken home semakin meningkat? tentu TIDAK. Oleh karena itu program ini bukanlah solusi.
Permasalahn kemiskinan adalah masalah manusia yang harus segera dituntaskan. Solusi untuk mengatasi kemiskinan bukanlah dnegan memberdayakan perempuan karena hal itu hanya menambah masalah baru. Solusi yang tepat untuk atasi itu semua adalah dengan kembali kepada aturan Allah. Kemiskinan yang saat ini terjadi tidak lain disebabkan oleh penerapan Kapitalisme. Inilah buah busuk Kapitalisme. Kemiskinan semakin merajalela, kaum Ibu menjadi korban. Sementara jika kita kembali kepada aturan Islam maka Islam sudah sangat jelas mengatur masalah perekonomian. Walhasil kekayaan alam akan dikelola oleh negara dan tidak akan diserahkan kepada asing. Dengan optimalisasi pengelolaan itulah Negara bisa menghidupi warga negaranya. Dengan demikian kaum Ibu bisa tetap menjalankan fungsinya sebagai Ibu dan pengatur urusan rumah tangga. seorang Ibu tidak diwajibkan bekerja. Ayahlah sebagai kepala keluarga yang diwajibkan bekerja. Inilah Islam yang sudah sesdemikian detail mengatur fungsi dan kewajiban setiap individu.
Tidakkah kita merindukan Islam yang menjamin fitrah Ibu? tidakkah kita mendambakan seorang pemimpin yang selalu berupaya menjamin kesejahteraan rakyatnya termasuk kaum Ibu? wahai saudaraku kembalilah pada Islam. Saatnya kita satukan langkah untuk perjuangkan Islam dengan penegakkan Khilafah Islamiyyah!! Allohu Akbar!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar