Kamis, 30 Juni 2011

Duka 1924

1924.....
Belum semua orang tahu tahun ini. Saat saya menamakan blog dan email saya mentari1924, banyak teman saya yang bertanya, “tahun apa itu?” lucunya ada yang berkomentar dan bertanya,”itu tahun lahirmu yah?” waah setua itukah saya? Hehe... tapi satu sisi, nama blog ini bisa menjadi washilah dakwah juga, semoga... Hhhmmm.... saya tidak akan membahas panjang lebar tentang sejarah blog ini, tapi mau mencoba sedkit bercerita tentang angka 1924.
Sebetulnya jika ingin bercerita ada apa dibalik 1924, tentunya memerlukan waktu dan space yang panjang juga. Tapi saya akan batasi saja. Saat itu wilayah Islam terhampar sangat luas. Membuat musuh-musuh Islam tergiur untuk mencicipi bagian demi bagiannya. Belum lagi wilayah Islam sangat kaya akan sumber daya alam, khususnya minyak. Inggris dijuluki Negara yang Tidak Pernah Tenggelam, memiliki keinginan kuat untuk membuat Khilafah Islamiyah berkeping-keping dan bahkan lenyap selamanya.
Mustafa Kemal Attaurk dipilih Inggris untuk menjalankan misinya. Muastafa adalah sosok yang penuh dengan kemampuan agitasi terhadap musuhnya. Inggris sangat membenci khilafah dan umat Islam saat itu. Kebencian Inggris ini berhasil ditularkan kepada agennya yaitu Mustafa Kemal. Inggris mengirim mustafa agar melakukan revolusi di daulah Utsmani saat itu. Aktifitas Mustafa diawali dengan mengadakan muktamar kebangsaan di Swiss dan berhasil menghasilkan berbagai keputusan. Keputusan yang tepenting adalah tentang kemerdekaan Turki dan Mustafa diangkat menjadi ketua komite saat itu. Walhasil mustafa membentuk parlemen tandingan dan memboyong para anggotanya ke Ankara. Turki saat itu dirongrong oleh musuh-musuh Islam yang haus dengan kekalahan Islam. Inggris dan Perancis merongrong dari dalam dan mendorong Turki agar merdeka dari Khilafah Islam. Sementara di dalam negeri pun mulai timbul pergerakan untuk menentang Sultan. Ankara menjadi pusat revolusi. Melihat hal ini, Sultan tak bisa diam, beliau mengerahkan pasukannya dan sebagian rakyat yang masih tsiqoh bersatu di bawah bendera Sultan. Namun Mustafa tak kalah semangatnya untuk terus mengobarkan nasionalisme. Sehingga nasionalisme mulai tersebar. Opini umum pun digiring untuk mendukung nasionalis. Di sini kita lihat bagaimana agitatifnya Mustafa demi hancurnya Khilafah Islam.
Kondisi menjadi berpihak ke mustafa. Mustafa mengeluarkan selebaan yang mengajak umat Islam untuk memilih Komite Kebangsaan di Ankara, sementara pemerintahan yang sah ada di Istanbul. Mustafa benar-benar licik, dia mengetahui bahwa jika dia langsung menghapus khilafah maka itu bisa menimbulkan amarah yang sangat besar di kalangan rakyat saat itu. Walaupun sebagian besar rakyat sudah terpengaruh dan mulai membenci Sultan, tapi umat Islam secara syuur masih menginginkan Khilafah. Mustafa berupaya smooth menjalankan misinya, yaitu dengan mengagas pemisahan kekuasaan politik dan khilafah. Untuk menguatkan idenya, Mustafa mengambil 80 anggota dewan dari pendukungnya.
Saat rapat Komite berlangsung, Mustafa dan 80 anggota dewannya mengikuti jalannya sidang dengan cermat dan jeli. Ternyata opini umum yang beredar di Komite, bahwa mereka menentang pendapat dan usulan Mustafa untuk memisahkan kekuasaan politik dari Khilafah. Hal ini dikarenakan dalam Islam kekuasaan dan Khilafah adalah satu. Untuk apa ada Khilafah kalau tidak ada wewenang untuk memutuskan hukm atau menjalankan syariat Islam? Karena kesal dan emosi melihat semua opini umum itu, akhirnya Mustafa melangkah ke depan dan dengan marah mengatakan kepada semua anggota Komite kalau Khilafah telah merampas kekuatan rakyat Turki, mengekang kebebasan rakyat Turki dan sebagainya. Saat dilakukan vooting apakah setuju dengan pendapat Mustafa atau tidak. Ternyata yang mengangkat tangan menyatakan setuju dengan Mustafa hanya sedikit saja, tapi anehnya hasil akhir sidang memutuskan bahwa Kesultanan dihapus saat itu.
Mustafa tidak berhenti sampai di sana, tapi dia terus melakukan makar untuk menyempurnakan misinya menghancurkan Khilafah secara total. Setiap anggota dewan yang membela Sultan (Khalifah) maka tidak bisa aman dari Mustafa. Mustafa membunuhnya sepulang dari rapat Komite. Masyarakat dihantui ketakutan karena ancaman dari Mustafa. Begiitu seterusnya, sampai semua upaya dilakukan untuk membungkam umat Islam yang masih tsiqoh mempertahankan Khilafah. Mustafa terus membuat isu yang mampu membangkitkan perlawanan kepada Khilafah. Sehingga pada tanggal 3 Maret 1924 dengan lantangnya Mustafa mengumumkan bahwa resmi Khilafah dihapuskan. Khalifah diusir dan harus meninggalkan Turki segera. Khalifah Abdul Majid hanya membawa satu koper berisi beberapa lembar pakaian dan sedikit uang.
Inilah duka 1924, sejak saat itu umat Islam resmi tidak memiliki ibu. Tak ada lagi perisai ummat. Tak ada lagi yang menaungi umat. Justru sebaliknya, taring-taring musuh Islam selalu mncabik-cabik tubuh umat. Sedikit demi sedikit pun umat terkoyak dan terlelap dalam tidurnya yang panjang, menahan tangis dan sakit karena koyakan taring itu. 1924 menjadi momen yang harus selalu diingat oleh umat Islam. Karena pada tahun itu kehormatan Khilafah dihancurkan, Khalifah dihinakan.
Saat umat mulai tergeliat dari tidurnya yang panjang, maka musuh-musuh Islam itu selalu meniupkan ke telinga umat Islam, “tidurlah kembali, teruskan mimpimu yang indah...waktumu masih panjang..”
Wahai umat Islam, seruan demi seruan pengemban dakwah telah memenuhi seantero dunia, jadi bangunlah segera! Jangan terbuai di kasurmu yang empuk. Bangkitlah! Ingatlah kembali masa-masa yang menyakitkan di tahun 1924! Duhai umat Muhammad, tak layak terus berdiam diri dan menutup mata terhadap semua kedzaliman musuh-musuh Islam kepada kita! Ayo kita satukan kekuatan untuk kembali mewujudkan Khilafah! Gaung Khilafah telah membahana, kuatkan langkah kita, mantapkan niat kita, berjuang menegakkan Khilafah Islamiyyah!!
Allohu Akbar!!

Belajar dari Buah Strwaberry

Strawberry...
Hampir semua orang tahu buah ini. Bukan begitu sobat?
Jangan terbayang kalau tulisan ini bermaksud mendeskripsikan buah strawbery..  saya menulis ini hanya ingin berbagi dengan sahabat-sahabat sedkit pengalaman saya tentang buah ini.

Saat itu cuaca cukup terik, salah seorang teman saya membeli jus starwberry mix dengan buah mangga. Hhmm... jujur saya baru tahu kalau beli jus bisa di mix (hehe katrok ya...) Saya pun beli jus mix strawberry mangga itu. Rasanya segar dan bisa menghilangkan dahaga di kala cuaca terik. Subhanalloh, saat jus itu mengaliri dan membasahi kerongkongan, rasa penat yang sedari tadi dirasakan bisa hilang seketika (hehe lebay mode on).. Tapi yang jelas dari jus mix itu, strawberry terasa dominan dibandingkan mangga.

Sepulangnya saya berniat membeli jus mix lagi dengan rasa yang berbeda. Saya coba membeli jus mix stawberry dan belimbing. Saya melihat prosesnya, perbandingannya 1 buah belimbing yang besar dan 3 buah strawberry yang kecil dan merah. Ternyata oh ternyata strawberry kembali mendominasi rasa jus itu. Hhhmm... masih penasaran juga, akhirnya di lain waktu, saya membeli jus mix 3 rasa, strawberry, mangga dan jeruk. Saya pikir jeruk yang mendominasi karena memang perbandingannya jeruk yang lebih banyak. Tapi, ternyata oh tenyata strawberry kembali mendominasi.

Subhanalloh,,, dari tiga kali pengalaman saya membeli jus mix, ternyata saya bisa belajar banyak dari buah strawberry. Tulisan ini bukan bermaksud untuk promosi jus hehe. Tulisan saya di atas hanya menjadi pengantar saja kalau kita sejatinya bisa seperti buah strawberry. Bingung? 

Strawberry buahnya kecil berwarna merah dan bisa dominan dalam rasa saat dicampur dengan buah lain. Saya sangat suka warna merah, merah menandakan keberanian. Tahukah kita, kalau dulu Rasul pun menggunakan warna merah untuk menggentarkan musuh Alloh. Tahukah kita, pada saat perang Mu’tah kemah-kemah sahabat berwarna merah dan ini mampu mengusik psikologi tentara musuh saat itu. Selain itu ukuran strawbery yang kecil tidak membuat dirinya tak diperhitungkan. Justru sebaliknya. Ukuran yang kecil dan rasanya yang tajam mampu mendominasi saat di-mix dengan buah lainnya.

Begitulah sejatinya kita. Hidup di tengah masyarakat yang serba bebas dan hedon ini sejatinya jangan sampai membuat kita tergilas oleh arus liberalisasi. Jadilah seperti strawberry yang selalu mendominasi pemikiran masyarakat. Yang selalu mewarnai pemikiran masyarakat dengan Islam. Yang selalu vokal untuk memperjuangkan syariah dan Khilafah. Tak gentar untuk menghadapi tantangan dakwah, apapun resikonya, seperti warna strawberry yang merah manyala lagi menggiurkan. Suguhkanlah masyarakat dengan ide-ide Islam yang cemerlang, sehingga msyarakat bisa terketuk pintu hatinya dan mau turut serta memperjuangkan Khilafah. Jangan terbawa oleh hedonisme yang selalu berharap memiliki uang banyak dan materi menjadi tolak ukur kebahagiaan, ingatlah sobat, uang tak mampu menjadi teman kita di akhirat. Hanya amal-lah yang menemani kita kelak. Jadi terus, teruslah beramal dan berjuang menegakkan Khilafah, mendominasi masyarakat dengan ide-ide Islam kita. Jangan tebawa arus dan teruslah kokoh. Apapun yang terjadi. Jadilah seperti buah strawberry.

Tulisan ini hanya apresiasi saya, jadi terlepas ada yang sepakat atau tidak, tak masalah. Yang terpenting kita bisa sama-sama terus melanjutkan estafet dakwah ini ke tengah masyarakat. SEMANGAT!!!!

Muhasabah “Pemuda” Islam

Ikhwah fillaah rohimakumulloh… Satu hal yang seharusnya membuat kita mantap melangkah dalam bahtera da’wah ini, yaitu pertolongan Alloh dimana musuh-musuh kita tidak memilikinya; banyak sekali ayat yang menjelaskan hal itu, diantaranya, “Sesungguhnya Alloh pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Alloh benar-benar Maha Kuat Lagi Maha Perkasa. (QS. Al-Hajj: 40).
Sesungguhnya pertolongan Alloh itu mahal dan tidak diberikan kepada sembarang orang Muslim. Ia hanya diberikan kepada kelompok tertentu yang memiliki sifat-sifat khusus. Itulah Ath-Thaa’ifah al-Manshuuroh (kelompok yang diberi kemenangan). Jika jama’ah da’wah yang lurus ini ingin menang dalam menghadapi musuh-musuhnya, maka ia harus mempersiapkan sebab-sebab kemenangan, sebagaimana dulu dilakukan oleh generasi Salafush-Sholih. Didalam banyak siroh, telah diriwayatkan bahwa musuh mana pun tidak sanggup bertahan lama menghadapi para Sahabat Rosululloh, bahkan Heraklius sekalipun.
Ketika berada di Antakiah dan pasukan Romawi pulang dalam keadaan kalah, Heraklius berkata kepada mereka, “Celaka kalian. Jelaskan kepadaku tentang orang-orang yang berperang melawan kalian! Bukankah mereka manusia seperti kalian juga?!
Pasukan Romawi menjawab, “Benar, tentu saja”
Heraklius berkata, “Siapa yang lebih banyak pasukannya, kalian atau mereka?”
Pasukan Romawi menjawab, “Kami lebih banyak pasukannya beberapa kali lipat disemua tempat”
Heraklius berkata, “Kalau begitu, mengapa kalian bisa dikalahkan?”

Salah seorang tokoh Romawi berkata, “karena mereka biasa melakukan sholat malam, berpuasa pada siang hari, menepati janji, melakukan amar ma’ruf nahi mungkar dan berlaku adil kepada sesama mereka. Sebaliknya, kita biasa minum minuman keras, berzina, melakukan keharaman, ingkar janji, merampok, menzhalimi orang, memerintahkan hal-hal haram, melarang hal-hal yang diridhoi Alloh serta membuat kerusakan dimuka bumi.”
Heraklius berkata, “Anda berkata benar kepadaku.”
Kisah lain yang dikeluarkan oleh Thobari dari Urwah yang berkata: Ketika dalam Perang Yarmuk kedua pasukan sudah saling berdekatan, Qabqalar mengutus seorang lelaki Arab (untuk mengetahui apa rahasia dibalik kemenangan pasukan Islam). Ia bertanya kepada lelaki itu, “Apa yang engkau dapatkan (mengenai rahasia itu)?” Lelaki itu menjawab, “Dimalam hari mereka seperti rahib, sedangkan disiang hari bagaikan pahlawan”. Terdapat juga penuturan dari Hindun binti ‘Utbah, yang dikeluarkan oeh Ibnu Manduh dalam bab: Bai’atnya Kaum Wanita. Hindun berkata: “Aku ingin membai’at Muhammad”. Abu Sufyan bereaksi: ”itu berarti engkau keluar dari agamamu. Hindun berkata: “Ya, demi Alloh, aku tidak pernah menyaksikan ummat yang menyembah Alloh sebagaimana mereka, yang beribadah dimasjid pada malam hari. Demi Alloh, mereka itu tidak tidur, yang dilakukan mereka adalah sholat; ada yang berdiri, ruku, ada juga yang sujud.
Kisah lain dari seorang Alib Arselan –Singa Pemberani- (kekhilafahan Abbasiyah) yang sangat antusias melakukan futuhat, menebarkan Islam dan memancangkan panji-panji Islam berkibar di wilayah-wilayah Byzantium. Futuhat yang dilakukan Alib Arselan telah membuat marah Kaisar Romawi Romanus Diogenes, Pasukan Kaisar berkali-kali terlibat peperangan dengan kaum Muslim, diantara peperangan yang paling penting adalah Perang Maladzkird yang terjadi pada Agustus 1070 M. Ibnu Katsir berkata, “Pada tahun itulah kaisar Romawi Rumanus berangkat dalam satu pasukan yang besar laksana gunung yang terdiri dari Pasukan Romawi, Georgia Perancis. Jumlah dan persenjataannya demikian kuat. Dalam pasukan itu, ikut serta 35.000 Bitriq (komandan pasukan Romawi). Dibawah seorang Bitriq ada 100.000 penunggang kuda. Pasukan yang datang dari Perancis berjumlah 35.000, sedangkan pasukan yang bermarkas di Konstantinopel berjumlah 15.000 personil. Ikut bersamanya 100.000 tukang seruling dan penggali lubang, 1.000 kuda kerja, 400 gerobak pengangkut sandal dan paku, 1.000 gerobak lainnya yang mengangkut senjata, lampu, alat perang pelempar batu manjaniq dalam jumlah ribuan dan 200 orang. Apa yang menjadi ambisi mereka adalah untuk menghancurkan Islam.” Melihat tentara yang demikian banyak, Alib Arselan merasa ketakutan, namun dengan semangat keimanan dan keyakinan akan pertolongan Alloh, Alib arselan bersama pasukannya terus maju ke medan jihad, dipilihlah hari Jum’at setelah matahari tergelincir sebagai waktu menghadapi musuh. Sebelum berperang, Alib Arselan menjadi imam sholat kaum Muslim. Alib Arselan pun menangis dan seluruh hadirin ikut menangis. Dia berdo’a yang diamini oleh semua pasukannya. Lalu diapun berkata, “barangsiapa yang ingin meninggalkan tempat, maka tinggalkanlah, sebab disini tidak ada seorang sulthan yang menyuruh dan melarang!” Saat kedua pasukan berhadapan, maka Alib Arselan turun dari kudanya dan bersujud kepada Alloh dengan melekatkan wajahnya ke tanah kemudian berdo’a kepada Alloh agar memberikan kemenangan. Lalu dia mengambil busur dan anak panah serta pedang, kemudian memasang pelana kudanya dengan tangannya sendiri. Sedang pasukannya melakukan hal yang sama. Alib Arselan memakai pakaian putih-putih dan bersumpah untuk berjuang hingga titik darah penghabisan dengan berkata, “Jika saya terbunuh, maka inilah kafanku!” Allohu Akbar!! Maka Alloh pun memberikan kemenangan kepada kaum Muslim dan memberikan karunia-Nya yang besar. Terhadap orang-orang yang demikian inilah pertolongan Alloh akan senantiasa turun.
Saudaraku, demikianlah pertolongan Alloh menghampiri generasi terbaik ummat ini, tidak hanya strategi yang mereka matangkan, merekapun mengoptimalkannya dengan “action real” serta amalan-amalan taqorrub & nafilah semata-mata untuk menghambakan diri kepada Sang Maha Penolong melalui ketundukan & pelaksanaan mereka secara kaaffah terhadap hukum syaraa, menjauhi maksiat, serta menyempurnakannya dengan sholat malam mereka, shoum sunnah mereka, dzikir, do’a serta keikhlasan dalam totalitas perjuangan. Terkait keikhlasan dalam berjuang, Abu Dawud dan Nasa’i berkata: “Bagaimana menurut pendapatmu jika ada seseorang yang berperang ingin mencari pahala sekaligus mencari popularitas. Bagaimana orang itu”? Rosululloh saw menjawab: “Orang itu tidak mendapatkan apa-apa.” Si lelaki tadi kembali bertanya kepada Rosululloh saw sampai tiga kali, tetapi Rosululloh tetap saja menjawab “Orang itu tidak mendapatkan apa-apa” kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya Alloh tidak menerima amal perbuatan kecuali disertai niat ikhlas semata-mata karena Alloh”.
Saudaraku seperjuangan, tak ada kata henti dalam hidup kita untuk senantiasa mempersembahkan karya terbaik dalam perjuangan ini. Seharusnya memang tak pernah ada pula keluh kesah dalam perjuangan da’wah ini. Semestinya pun tak keluar dari mulut kita kata putus asa karena begitu banyak perjuangan da’wah yang menyedot perhatian kita. Yakinlah, Alloh tak pernah dan tak akan pernah salah dalam mengkalkulasi amal kebaikan kita. Mungkin kita lupa sudah berapa amal baik yang kita kerjakan, tapi Alloh tak akan pernah lalai mencatat dan menghitungnya untuk bekal kita di negeri abadi kelak. Begitupun pasti kita lupa berapa banyak amalan buruk yang pernah kita lakukan, pasti Alloh tak akan pernah lupa dan akan dengan mudah mencatatnya. Kita memohon kepadanya, agar tetap diberi kekuatan untuk melakukan amalan baik selama hidup kita. Sebanyak mungkin.
Wahai “Pemuda” Islam, alangkah indahnya perkataan Zughanusyi Pasha, Komandan Perang dalam penaklukkan Konstantinopel, “… Kita telah mulai satu perkara, maka wajib bagi kita untuk menyelesaikannya”. Sungguh sebuah kata motivasi yang harus kita renungkan bahwa kita telah memulai perjalanan da’wah ini, maka tak ada pilihan lain bagi kita kecuali menyelesaikannya dan optimis bahwa kita mampu menyelesaikannya, apalagi perjalanan ini bukanlah tanpa tujuan wahai saudaraku, tujuan itu jelas sekali dalam benak kita, yaitu sebuah tatanan kehidupan mulia yang Alloh pun telah menjanjikan kemenangan bagi kita para pejuangnya melalui sabda Rosul-Nya, “tsumma takuunu khilaafah ‘alaa minhaajin nubuwwah…”. Hanya dengan khilafah kita akan dapat menyelesaikan perkara kita yaitu melaksanakan apa-apa yang terdapat dalam waroq al-mu’allaq (kertas-kertas yang tergantung –Al Qur’an dan As Sunnah-) dan siapa saja yang melaksanakan apa-apa yang terdapat dalam waroq al-mu’allaq diberikan predikat terbaik keimanannnya (HR. Muslim). Tidakkah kita ingin meraih predikat itu?
Keyakinan akan tegaknya Khilafah selayaknya menjadi kekuatan bagi kita untuk terus mengoptimalkan diri dalam perjuangan ini, sungguh, keyakinan akan tegaknya institusi penegak syari’ah dan pemersatu ummat serta lahirnya kesatuan dunia Islam ini pun terdapat pada jiwa-jiwa generasi sholih ummat ini, salah satunya dalam jiwa Sultan Abdul Hamid II, beliau mengatakan: “Kita wajib menguatkan ikatan kita dengan kaum muslimin di belahan bumi yang lain. Kita wajib saling mendekat dan merapat dalam intensitas yang sangat kuat. Sebab tidak ada lagi harapan di masa depan kecuali dengan kesatuan ini (Khilafah Islam). Memang waktunya belum datang, namun dia akan datang. Akan datang suatu hari dimana kaum muslimin akan bersatu dan mereka bangkit bersama-sama dalam satu kebangkitan yang serentak. Akan ada seseorang yang memimpin umat ini dan mereka akan menghancurkan kekuatan orang-orang kafir. “(Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah hal. 556- 557).

Saudaraku yang telah memberikan perhatian dan tenaganya untuk da’wah Islam, ketika kita ber’azam untuk menyelesaikan perkara da’wah ini dan berusaha fokus menjalaninya, tak aneh jika berdatangan berbagai cobaan yang mungkin dapat mengalihkan perhatian dan melalaikan ‘azam kita, kenikmatan dan urusan dunia kadang kala menjadi penghambat bagi kita untuk fokus dalam perkara da’wah ini. Kita bukan tak ingin menikmati dunia dan isinya yang begitu gemerlap. Kita bukan tak suka dengan segala keindahannya yang menggoda hati. Tapi, perjuangan da’wah ini kadang harus sedikit membatasi perhatian kita untuk menikmati indah dan gemerlapnya dunia, lalu bersenang-senang didalamnya sendirian atau bersama dengan orang-orang terdekat kita. Meski tentu saja, bukan berarti ketika fokus berda’wah, kita sama sekali menganggap dunia tak perlu untuk kita nikmati. Tidak. yang perlu kita lakukan adalah mengaturnya, kapan saatnya kita menikmati kenikmatan dunia yang juga Alloh berikan untuk semua makhluk-Nya, dan ada waktu dimana kita harus berhenti sejenak untuk melupakannya dengan perhatian kita kepada perjuangan da’wah.
Mungkin kita merasa iri dengan keberhasilan kawan-kawan kita dalam meraih dunia. Itu wajar. Tidak salah. Kita juga bisa mengupayakannya. Namun rasa-rasanya amat berlebihan jika kita hanya fokus meraih dunia hingga melupakan kewajiban kita yang paling mulia. Sekali lagi, silahkan mengejar urusan dunia ini, tapi perjuangan da’wah inipun tak elok kelihatannya jika harus dikesampingkan. Bahkan da’wah ini bukan hanya mengumpulkan pahala dikehidupan akhirat kelak saja, tapi insyaa Alloh hasilnya pun akan berpengaruh bagi kehidupan ummat manusia didunia ini.
Ikhwah fillah yang Alloh memanggil kalian dengan khoiru ummah, yang insyaa Alloh tak kenal lelah dalam berjuang, sungguh menyelesaikan perkara da’wah ini sudah sunnatulloh diiringi berbagai cobaan dan rintangan, bahkan khoiru ummah terdahulu pun sebagaimana yang kita ketahui bersama, jauh lebih dahsyat mengalami cobaan-cobaan itu, sebut saja Sumayyah, syahidah pertama dalam perjuangan da’wah ini di bunuh dengan tangan kotor Abu Jahal dengan cara yang sangat kejam, ditusuk dengan tombak panas dari kemaluannya sampai tombak itu menembus kepalanya, namun beliau begitu teguh memegang bara api tauhid ini. Tidakkah kita melihat seorang Sahabat mulia, Haram bin Milhan, saat ditusuk dengan tombak, lalu tombak itu dicabut dari tubuhnya, dan ia melihat darah mengucur dari tubuhnya, ia malah berkata, Demi Alloh, aku beruntung.”
Demikian pula dengan Sahabat yang mulia Utsman bin Madz’un. Matanya dicukil dijalan Alloh setelah ia menolak berada dalam perlindungan orang musyrik dan lebih senang berada dalam perlindungan Alloh. Walid bin Mughiroh berkata kepada Utsman, “Demi Alloh wahai keponakanku, dulu matamu sehat tidak seperti ini, sebab engkau dalam perlindungan yang kuat.” Utsman bin Madz’un menjawab, “Demi Alloh, mataku yang sehat perlu merasakan apa yang dirasakan mata-mata yang lain di jalan Alloh. Sesungguhnya aku berada dalam perlindungan pihak yang lebih kuat darimu.” (HR. Abu Nu’aim).
Bahkan Sholahuddin al-Ayyubi begitu cintanya pada jihad serta merasakan kematian dan kelelahan di jalan Alloh tidak menyukai kehidupan model istana dan bermewah-mewahan. Ia lebih menyukai hidup di kemah dan padang pasir . Para sejarahwan bahkan sampai berkomentar tentang Sholahuddin al-Ayyubi, “Setiap pembicaraan Sholahuddin al-Ayyubi pasti berkisar tentang jihad dan para mujahid. Pandangannya selalu tertuju pada senjatanya dan ia merasa senang hidup dikemah dan di padang pasir.
Adapula Sahabat Rosul yang bernama Umair bin al-Hammam. Saat mendengar Rosululloh bersabda dalam Perang Badar bahwa Alloh bakal memasukkan orang yang mati syahid di jalan-Nya ke dalam surga, Umair bin al-Hammam berdiri seraya berkata, “Wahai Rosululloh, demi Alloh, itu karena aku sangat berharap bisa mennjadi penghuni surga.” Rosululloh bersabda, “Sesungguhnya engkau penghuni surga”. Setelah itu Umair bin al-hammam mengeluarkan beberapa kurma dari wadahnya, lalu memakan sebagiannya. Selanjutnya ia berkata, “Jika aku hidup sekedar untuk memakan kurma ini maka hidup ini terlalu lama bagiku.” Setelah itu, ia segera membuang sisa kurma yang masih ada ditangannya, kemudian ia bertempur melawan musuh hingga ia terbunuh. (HR. Bukhori, Muslim, an-Nasa’i dan Malik).
Umair bin al-Hammam menikmati sekaligus merasakan manisnya jalan kebenaran. Karena itu, ia menganggap lama waktu untuk makan beberapa kurma. Ia menganggap lama saat-saat makan kurma karena berarti menundanya untuk segera masuk surga dan itu seperti setahun. Ada pula Khubaib bin Adi rodhiyallohu ‘anhu, ia pernah bertutur saat hendak dibunuh:
Aku tak peduli dibunuh sebagai seorang Muslim dan mati seperti apapun
Karena kematianku ada di jalan Alloh dan Dzat-Nya
Jika Alloh berkehendak, Dia memberkahi persendian yang terkoyak
(Diriwayatkan oleh al-Bukhori, Ahmad, al-Baihaqi, Ibn Saad dan al-Hakim)

Ada lagi yang lain, yakni Umair bin Abi Waqqash rodhiyallohu ‘anhu. Ia adalah adik Saad bin Abi Waqqash rodhiyallohu ‘anhu. Ia baru berusia enam belas tahun saat Perang Badar. Ia pergi ke medan perang dan bersembunyi dari penglihatan Rosululloh karena khawatir dipulangkan. Ketika Rosululloh mengetahui keinginan dan semangatnya untuk berperang, Beliau mengizinkannya perang. Umair bin Abi Waqqash pun bertempur hingga terbunuh sebagai syaahid. (HR. al-Hakim dan Ibnu Saad).
Wahai ikhwatii fillaah, semoga hari-hari esok, kita sambut dengan ketundukan hati dan penuh keyakinan dalam diri, bahwa kita adalah cucu Abdulloh bin Jahsy yang berdo’a ketika hendak perang Uhud dengan do’a, “Ya Alloh, pertemukanlah aku dengan lawan yang kuat dan cepat marah. Aku akan memerangi dia di jalan-Mu dan diapun memerangi diriku. Lalu dia menangkapku kemudian memotong hidung dan telingaku. Jika aku bertemu dengan-Mu kelak, Engkau bertanya “Hai Abdulloh mengapa, mengapa hidung dan telingamu terpotong?” Lalu aku menjawab “Hidung dan telingaku terpotong di jalan-Mu dan Rosul-Mu. Engkaupun berfirman, “Engkau berkata benar”.
Kita adalah duta yang diutus Alloh dimuka bumi ini untuk melanjutkan perjuangan Mush’ab bin Umair yang telah lebih dulu menghadap-Nya sebagai syuhadaa’ mulia, mengorbankan jiwanya demi mepertahankan panji bertuliskan laa ilaaha illalloh muhammadurrosululloh dengan tebasan pedang musuh Alloh yang memotong tangan kanannya, lalu tangan kirinya hingga syahid dengan hunusan tombak didadanya… salaam untukmu wahai kekasih Alloh, salaam untukmu wahai Mush’ab, salaam untukmu wahai syuhadaa’… semoga kelak Alloh mempertemukan kita dalam moment terbaik dan ditempat yang penuh dengan kebaikan… aamiin…
Wahai saudaraku, sesungguhnya kalian juga adalah cucu Rosululloh, teladan terbaik, yang berjihad disaat shoum dan berbuka, yang dalam hidupnya telah merasakan berbagai macam cobaan dalam da’wah (cacian, makian, dilempari kotoran, dilempari batu) demi mebela urusan da’wah ini. Sekali lagi ingatlah, kalian adalah cucu beliau, yang di akhir hidupnya senantiasa memikirkan kalian, ummatnya, sampai beliau berkata “ummatii, ummatii, ummatii…” apakah disisa kehidupan kita, kita akan tetap memikirkan urusan ummat ini sampai maut menjemput kita?
Ikhwatii fillaah, sungguh kalian adalah generasi terpilih yang melanjutkan estafet perjuangan para pendahulu diin ini, selama 13 abad lebih mereka mempertahankan kemuliaan Islam dan kaum Muslim dengan pikiran, harta bahkan jiwa mereka. Entah berapa jumlah jiwa yang syahid dalam perjuangan ini, maka janganlah menyerah dan bersedih atas segala cobaan yang menerpa, sesungguhnya sabar hanyalah sebentar. Jika kelelahan memuncak, cobaan demi cobaan atas diri ini semakin meningkat, sementara hawa nafsu selalu cenderung “memilih dunia” –padahal umur dunia hanyalah sesaat-, maka katakan kepada jiwa: “Jiwaku, engkau sudah menghabiskan sebagian besar langkah dan sudah sedemikian jauh menempuh perjalanan menuju Alloh. Karena itu, perjalanan tidak akan lama lagi berakhir dan yang tersisa tinggallah kemudahan. Jadi, bersabarlah engkau! Jiwaku, janganlah engkau sia-siakan amal-amal sholihmu selama ini , begadangnya engkau sepanjang malam dan selama berhari-hari, rasa lelahmu selama bertahun-tahun; janganlah engkau sia-siakan hanya dalam tempo sesaat. Bersabarlah karena sesungguhnya sabar itu sebentar. Karena itu, bersabarlah. Sebab, cobaan itu laksana tamu. Biasanya tamu tidak akan berlama-lama berada di rumah yang dikunjunginya. Betapa indah pujian dan sanjungannya kepada tuan rumah yang dermawan. Wahai kaki yang bersabar, teruslah beramal. Tidak lama lagi pekerjaan akan selesai.
Ikhwah fillaah, yang semoga Alloh mencintai kalian sehingga seluruh makhluk pun atas kehendak-Nya mencintai kalian… sungguh prinsip hidup yang menakjubkan dari seorang khoir amiir, Muhammad al-Fatih yang patut kita renungkan:
“Wa Hamasyii (dan smangatku); adalah mengeluarkan semua upaya untuk mengabdi pada agamaku, agama Alloh.
Wa ‘Azmii (dan tekadku); aku akan tekuklututkan orang-orang kafir dengan bala tentaraku, berkat kelembutan Alloh.
Wa Tafkirii (dan pusat pikiranku); terpusat pada kemenangan yang datang dari kasih sayang Alloh.
Wa Jihadii (dan jihadku); adalah dengan jiwa raga dan harta benda. Lalu apa makna dunia setelah ketaatan kepada perintah Alloh.
Wa Asywaqii (dan kerinduanku); perang ratusan ribu kali untuk mendapatkan ridho Alloh.
Wa Roja’ii (dan harapanku); adalah pertolongan Alloh, dan kemenangan Negara ini atas musuh-musuh Alloh.”

Ketika Muhammad al-Fatih ingin menaklukkan kota Trabzon dan banyak sekali menghadapi kesulitan serta penghalang, saat itu ada Ummu Hasan Uzun, berkata kepada Muhammad al-Fatih, “Kenapa kau harus bersusah payah melakukan ini wahai anakku. Apakah Trabzon berhak untuk kau perjuangkan sampai seperti ini?”
Sultan Muhammad al-Fatih menjawab, “Wahai ibu, sesungguhnya Alloh telah meletakkan pedang ditanganku untuk berjihad di jalan-Nya. Maka jika aku tidak mampu untuk bersabar dalam menghadapi kesulitan-kesulitan ini dan tidak aku lakukan kewajibanku dengan pedang ini,maka sangat tidak pantas bagiku untuk mendapat gelar Al-Ghazi yang aku sandang saat ini. Lalu bagaimana aku menemui Alloh pada hari kiamat nanti?”
Ikhwah fillaah, jikalau ibu kita yang menghampiri kita dan berkata, “Kenapa kau harus bersusah payah melakukan ini wahai anakku, apakah da’wah berhak untuk kau perjuangkan sampai seperti ini?” apakah kita mampu menjawab dengan mantap dan penuh keyakinan, “Wahai ibu, sesungguhnya Alloh telah meletakkan amanah ditanganku untuk berjuang di jalan-Nya. Maka jika aku tidak mampu untuk bersabar dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dalam perjuangan ini, dan tidak aku lakukan kewajibanku ini, maka sangat tidak pantas bagiku untuk mendapat gelar Haamilud Da’wah apalagi Haarisan Aaminan lil Islaam yang aku sandang saat ini. Lalu bagaimana aku menemui Alloh pada hari kiamat nanti?”
Ikhwah fillaah, mari kita memohon dengan sungguh-sungguh kepada Alloh dan ber’azam untuk terus berupaya mewujudkan perjuangan ini, yaitu hadirnya kembali kehidupan Islam dalam naungan Daulah Khilaafah Islaamiyyah yang telah lama kita rindukan, sehingga kaum Muslim merasakan apa yang digambarkan Alloh dalam firman-Nya:
Pada hari (kemenangan) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Alloh. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (QS. Ar-Ruum [30]: 4-5)
Dan senantiasa marilah kita tancapkan dalam hati Innaa sholaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi robbil ‘aalamiin (Sesungguhnya sholatku, ibadahku dan matiku hanya untuk Robb semesta alam). Wallohu a’lamu bi ash-showwaab []
Sesungguhnya kita berjuang dalam membela agama yang Alloh janjikan untuk menolongnya dan akan Alloh menangkan atas semua diin. Saya berharap, Alloh telah menuliskan kemenangan ini atas nama kita, insyaa Alloh… Aamiin…

KHILAFAH MENJAMIN KESEHATAN MASYARAKAT

Penerapan Islam secara kaffah oleh Khilafah Islamiyyah selama 13 abad telah mewarnai sejarah umat Islam dengan tinta emas. Bagaimana tidak, kesejahteraan masyarakat bisa terjamin saat hidup dalam naungan Khilafah Islamiyyah. Tidak terkecuali masalah kesehatan. Kesehatan meupakan kebutuhan primer setiap warga negara. Hal ini pun telah diatur dalam Islam yang ditunjukkan oleh berbagai nash. Rasul saw pernah bersabda:
“Siapa saja di antara kalian yang berada di pagi hari sehat badannya, aman jiwa, jalan dan rumahnya dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan ia telah diberi dunia dan seisinya.”
(HR Bukhari)
Aturan Islam tentang kesehatan ini tidak diarahkan untuk individu semata. Melainkan seluruh masyarakat bisa menegakkan aturan tentang kesehatan ini. Oleh karena itu pelaksanaan aturan Islam tentang kesehatan dilandasi oleh sikap takwa dan kepribadian Islam. Dalam hal ni negara yang paling berperan dalam membentuk kepribadian setiap warga negaranya. Dalam aturan Islam, sistem kesehatan terdiri atas 3 unsur yaitu yang pertama, peraturan dalam hal ini berupa syariah Islam dan kebijakan Khilafah. Kedua, terkait dengan sarana prasarana dan fasilitas seperti rumah sakit, alat medis dan sebagainya. Ketiga, sumber daya manusia yang terkait dengan dokter, perawat, tenaga medis. Tentunya semua unsur itu sangat berkaitan dan pengaturannya tergantung kepada sebuah negara yaitu Khilafah Islamiyyah.
Rasul saw pernah bersabda,” Jauhilah tiga hal yang dilaknat yaitu buang air dan kotoran di saluran air, di pinggir atau tengah jalan dan di tempat berteduh.” (HR Abu Dawud)
Pun Rasul pernah bersabda,” Janganlah salah seorang dari kalian buang air di air yang tergenang.” (HR Thabrani)
Sejumlah hadits itu merupakan perintah yang sangat jelas bagi kita untuk memperhatikan kondisi lingkungan. Ini semua dapat dijalankan dengan baik oleh setiap masyarakat jika masyarakat benar-benar memahami makna hadits tadi. Hadits tadi bukan hanya seruan untuk individu semata, melainkan seluruh masyarakat. Jika hanya sebagian individu saja yang melaksanakan aturan itu, maka lingkungan yang sehat tak akan terwujud. Di sinilah pentingnya peran negara dalam menegakkan aturan ini.
Hal ini sudah dicontohkan oleh Rasululloh dan para khalifah sesudahnya bagaimana Khilafah Islamiyyah begitu memperhatikan masalah kesehatan. Saat Rasul saw diberi hadiah oleh Raja Mesir, Muqauqis berupa seorang tabib atau dokter,maka Rasul menjadikan dokter itu untuk melayani kaum muslim secara gratis. Umar bin Khathab menetapkan pembiayaan bagi para penderita lepra di Syam dari Baitul Mal. Ini adalah bukti bahwa pemimpin bertanggungjawab dalam masalah kesehatan warga negaranya. Warga negara yang sakit mendapat perlakuan khusus dan berupaya disembuhkan dengan pengobatan yang diberikan negara kepadanya.
Hal yang serupa dilakukan oleh Khalifah Al Walid bin Abdul Malik dari Bani Umayyah yang membangun rumah sakit bagi para penderita lepra. Bahkan sejarah mencatat bahwa konsep rumah sakit dipelopori oleh Islam. Islam telah memberikan kontribusi kepada dunia dengan pembangunan rumah sakit yang megah dan dilengkapi peralatan modern.
Will Durant dalam The Story of Civilization menyatakan,”Islam telah menjamin seluruh dunia dalam menyiapkan berbagai rumah sakit yang layak sekaligus memenuhi keperluannya.”
Bagaimana dengan kita saat ini? Layanan yang cepat dan rumah sakit mewah hanya bisa dinikmati oleh beberapa kalangan tertentu saja. Bahkan slogan “orang miskin dilarang sekolah” telah menjadi wacana yang tak asing saat ini. Inilah buah dari penerapan aturan Kapitalisme yang selalu mengukur segala sesuatu dari materi. Sangat jauh berbeda dengan aturan Islam yang benar-benar menjamin kesehatan dan kesejahteraan bagi warga negaranya. Jadi ayo kita jadikan itu semua sebagai motifasi untuk menerapkan Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah Islamiyyah.

Renungan Untuk Saudariku

Renungan Untuk Saudariku Tercinta....

Saudariku....
Sungguh, berkumpulnya kita disini adalah salah satu kenikmatan dari sekian banyak kenikmatan yg diberikan Alloh kepada kita.

Saudariku...
Sadarkah kita bahwa jalan yg kita tempuh ini penuh dengan tantangan terjal yg harus kita daki setapak demi setapak.
Tapi di sanalah letak kenikmatan itu. Salah seorang sahabat yg mulia, Haram bin Milhan ra, saat ditusuk dengan tombak, kemudian tombak itu dicabut dari tubuhnya, darah pun mengucur dari tubuhnya, tapi ia malah berkata:
“Demi Alloh aku beruntung.”

Demikian pula dengan shahabat yg mulia, Abdullah bin Jahsy ra, yg berdoa sebelum Perang Uhud:
“ Ya Alloh, pertemukanlah aku dengan lawan yg sangat kuat dan cepat marah. Aku akan memerangi dia di Jalan-Mu dan dia pun memerangiku. Lalu dia menangkapku, dan memotong hidung dan telingaku. Jika aku bertemu dengan –Mu Ya Alloh, maka Engkau bertanya, “Hai Abdullah, mengapa hidung dan telingamu terpotong?” Lalu aku menjawab “Hidung dan telingaku terpotong di Jalan-Mu.” Apa yg diinginkan Abdullah bin Jahsy terwujud, Beliau gugur dalam Perang Uhud dengan telinga dan hidung terpotong. Subhanalloh, betapa manisnya doa dan cita-cita Abdulloh bin Jahsy, betapa dahsyatnya Haram bin Milhan menikmati setiap kucuran darah dalam tubuhnya.

Saudariku....
Inilah jalan kebenaran dan manisnya berjuang di jalan Alloh. Sungguh, Islam akan berdiri kokoh bersama syabab yg benar-benar menikmati pengorbanan dan perjuangan ini. Islam yg mulia ini akan memancarkan sinarnya bersama orang-orang yg besar, yg bisa menanggung amanah yg besar, yg tidak dapat dipikul oleh langit dan bumi. Syabab yg bertekad baja, tekad yg mendidih di dalam kalbu laksana air mendidih dalam periuk. Sungguh, inilah yg harus selalu ada pada diri pengemban dakwah. Tidakkah kita ingat, Rasululloh selalu bermunajat “Ya Alloh, aku sungguh-sungguh memohon kepadamu ketegaran dalam urusan agama ini dan tekad kuat berada di atas petunjuk-Mu.”

Saudariku...
Dengan atau tanpa kita, sungguh Islam akan berdiri kokoh kelak..
Dengan atau tanpa kita, sungguh Khilafah Islamiyyah akan memancarkan sinar-Nya..
Dengan atau tanpa kita, sungguh Alloh akan memenuhi janji-Nya memenangkan din ini...
Sungguh, dengan atau tanpa kita, Umat Rasululloh akan kembali menjadi Khoiru Ummah...
Namun, apakah kita hanya akan menunggu itu semua atau menjemput janji Alloh dengan tekad baja dan sempurna, menjadi harisan ‘aminan lil Islam hingga nyawa tercabut dari raga kita...

Saudariku...
Sungguh, Khilafah Islamiyyah pasti akan segera kembali meskipun tantangan demi tantangan selalu menempa kita.
Sesungguhnya pertolongan Alloh akan segera datang. (bacakan Quran surat An Nur 55) dan hadits Nu’man bin Basyir

Sesungguhnya, kita ingin merasakan kebahagiaan, melihat Khilafah Islamiyyah, melihat benderanya berkibar dari timur ke barat, wilayahnya kembali membentang ke seantero alam, dunia pun kembali rimbun dalam naungan Islam..
Subhanalloh, Ya Rabb izinkanlah kami merasakan itu semua...
Tapi jikalau ajal kami sudah datang menjemput, izinkanlah kami menjadi syahidah di Jalan-Mu, yg lewat tangan-tangan kami dan lisan kami, umat bisa terpahamkan untuk bersama-sama menjemput seruan-Mu..
Sungguh itulah masa-masa yg kami rindukan...
Jangan sampai anak-anak kami, suami kami, keluarga tercinta kami, harta kami menjadi penghalang kami untuk menjemput kerinduan itu.. Sungguh, mereka adalah titipan-Mu ya Alloh, menjadi ujian kami sejauh mana kami terus mengokohkan derap langkah kami di Jalan-Mu...

Sebagaimana Muhammad Al Fatih yang selalu merindukan menaklukkan Konstantinopel..
Kerinduan untuk menjemput seruan Rasul-Mu: “Konstantinopel pasti akan ditaklukan. Komandan perang yg paling baik adalah komandan perang penakluk Konstantinopel dan pasukan terbaik adalah adalah Pasukan Penakluk Konstantinopel.”

Kita adalah cucu-cucu Al Fatih yg harus selalu menyambut setiap proyek besar untuk kebangkitan Islam..
Kita adalah penerima tongkat estafet perjuangan Al Fatih yg harus selalu mempersiapkan diri demi menjemput nashrulloh..

Saudariku...
Sesungguhnya, ketentuan Alloh tidak dikhususkan kepada sembarang orang. Kemenangan ada sebab-sebabnya.
Siapa saja yg dikehendaki Alloh memiliki sebab kemenangan, Alloh pasti akan menolongnya..
Inilah yg harus kita hujamkan dalam jiwa kita...
Suri tauladan kita Rasululloh saw adalah manusia mulia yg selalu yakin dengan kemenangan Alloh.
Namun keyakinan itu tak membuat beliau berpangku tangan.
Ingatkah kita, saat Rasul kita tercinta mendatangi Bani Tsaqif di Tha’if untuk meminta nushroh, beliau menyampaikan maksud kedatangan beliau dan menyampaikan Risalah Islam, namun apa yg terjadi?
Rasul kita tercinta justru mendapati penolakan keras, bahkan beliau dilempari batu sampai tumitnya berdarah.
Namun beliau tidak menyerah, Rasul kita tercinta terus menyeru dan menyeru, memanfaatkan musim haji untuk menjemput kemenangan itu.

Rasul kita tercinta mengutus Sahabat yg mulia, Mushab bin Umair untuk melakukan amaliyyah shohriyyah, meraih simpul-simpul umat Madinah. Dengan lantangnya Mushab menyeru mereka dan berkata: “Jika kalian suka maka ambillah, jika tidak maka tinggalkanlah..” Subhanalloh, keihklasan, kejujuran, dan keyakinan kuat Mushab mampu melembutkan hati para simpul umat. Hingga akhirnya mereka siap membela dan rela mati di jalan Islam.
Alloh menampakkan janjiNya... kemenangan datang, Pesona Islam pun semakin nampak di bumi Alloh...

Saudariku...
Inilah perjuangan Rasul kita yg mulia, yg bertekad baja yang pantang menyerah dan selalu optimis menyambut semua seraun-Nya..
Inilah perjuangan Rasul yg akhirnya berbuah kemenangan manis..
Alloh telah memenuhi janji-Nya untuk memenangkan din ini..

Saudariku...
Kereta dakwah ini akan terus melaju dengan kencang..
Cahaya kemenangan sudah mulai tampak..
Apakah semua itu membuat kita semakin bergairah untuk berdakwah? Atau justru putus asa yg selalu menghinggapi kita?
Pertanyaan demi pertanyaan kita lontarkan, kapan Khilafah tegak? Tanpa melebur ke tengah-tengah umat? Atau bahkan, semangat kita pun melemah, cahaya gerak kita meredup, dan bahkan menganggap bahwa aktifitas melebur ke tengah umat tak ada gunanya?

Apakah kita lupa, bahwa Rasululloh saw tidak pernah behenti berdakwah sekalipun tantangan yg beliau hadapi semakin berat?
Apakah kita lupa bahwa mengemban pemikiran ini dan menjadikannya pemikiran yg dominan di tengah umat itu akan memperkuat nushroh?
Apakah kita lupa dengan semua kenikmatan yg diberikan Alloh, hingga secara perlahan, kita semakin menjauh dari aktiftas dakwah?
Apakah kita lupa bahwa kitalah yg diingat oleh Rasululloh saat ajal menjemputnya?
Ummati... Ummati.. Ummati... beliau ungkapkan saat Malaikat Maut menjemput jiwanya yg mulia..
Namun, dengan mudahnya kita menyepelekan aktifitas yg dulu selalu beliau contohkan..
Yaa Rabb, ampuni kami..
Duhai Rasul.. betapa sedihnya engkau saat kau dapati umatmu seperti ini...

Saudariku...
Perjuangan ini bukanlah perjuangan sesaat...
Perjuangan yg kita lakukan saat keadaan lapang tapi kita tinggalkan dalam kondisi sempit....

Saudariku,..
Banyak saudara kita berguguran ketika tak kuat menjalani tempaan hidup...
Meninggalkan dakwah dengan dalih menyelesaikan masalah hidup..
Tapi apakah kita sadar, bahwa tempaan hidup itu adalah kasih sayang Alloh kepada kita?
Anak-anak manis kita adalah buah hati terindah yg diberikan Alloh kepada kita..
Keluarga yg kita cintai adalah berkah terindah yg diberikan Alloh kepada kita..
Harta yg kita miliki adalah titipan dan ujian dari Alloh sejauh mana kita menginfakkannya di Jalan Alloh...

Saudariku...
Hidup di dunia ini hanyalah sementara..
Kita ibarat musafir yg akan menuju suatu tempat..
Hidup bagaikan pengembaraan..
Tapi kenapa saudariku, kita seringkali menahan semua titipan Alloh yg diberikan kepada kita?
Langkah kita begitu berat saat akan berdakwah karena teringat anak dan suami kita...
Tangan ini pun terasa berat saat akan bederma di jalan Alloh karena khawatir rezki kita berkurang..

Saudariku...
Ingatkah kita pada firman Alloh,
” Alloh-lah yg menciptakan kamu, kemudian memberikan rizki.” (QS Ar Rum:40)
“ Tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Alloh yang memberi rizkinya.” (QS Hud:6)

Saudariku...
Sungguh Alloh selalu memenuhi janji-Nya..
Jadi apa yg kita takutkan? Apa yg kita ragukan? Apakah saat kita hidup dizaman Kapitalisme ini maka kita terbawa menjadi pribadi-pribadi pencinta dunia? Yg terlena dengan suguhan dunia yg semu? Yg terbuai dengan harta yg kita milki? Naudzubillah...
Sungguh saudariku, bangunlah.. harta yg kita miliki hanyalah titipan...

Duhai Saudariku...
Rasul saw pernah bersabda:
“Wahai Manusia, sesungguhnya Alloh telah memilihkan untuk kalian Islam sebagai agama kalian, maka dari itu dekatilah Islam dengan betingkah laku dermawan dan berperilaku mulia. Ketahuilah bahwa perilaku dermawan itu merupakan pohon syurga, yg cabang-cabangnya berada di dunia. Barangsiapa dari kalian berbuat dermawan berarti kalian tengah berpegangan dengan cabang-cabang dari pohon syurga itu sampai Alloh memasukannya ke dalam syurga. Ketahuilah, bahwa sifat kikir meupakan pohon neraka yg cabang-cabangnya berada di dunia. Barangsiapa dari kalian berbuat kikir berarti kalian tengah berpegangan dengan cabang-cabang dari pohon neraka itu sampai Alloh memasukkannya ke dalam neraka.”
Rasul berkata dua kali: Berdemalah kalian di jalan Alloh, Berdemalah kalian di jalan Alloh.

Saudariku...
Marilah kita menyegarkan diri kita dengan kisah-kisah sahabat..
Aisyah ra sedang berada dalam rumahnya, ia mendengar suara gaduh dari Madinah, sehingga bertanya, “Ada apa ini?” kemudian orang-orang menjelaskan, “Unta-unta Abdurrahman bin Auf baru datang dari wilayah Syam dan membawa barang hasil dagangan.” Aisyah berkata, aku pernah mendengar Rasululloh prnah bersabda “Aku melihat Abdurrahman bin Auf masuk syurga dengan merangkak.” Perkataan itu sampai kepada Abdurrahman seraya berkata “Seandainya memungkinkan aku ingin masuk syurga dengan berjalan.” Setelah itu beliau menginfakkan seluruh untanya yg berjumlah 700 unta degan hasil perdagangan beliau.

Dalam riwayat lain, Abdurrahman bin Auf pernah menginfakkan separuh hartanya, setelah tiu menginfakkan 4000 dirham, kemudian menginfakkan kembali 40.000 dirham, lalu 40.000 dirham lagi, kemudian menyerahkan 500 ekor kuda perang di jalan Alloh, setelah itu mnyediakan 500 hewan tunggangan dijalan Alloh.

Subhanalloh.. Bagaimana dengan kita saudariku? Abdurrahman adalah salah satu dari Assabiquna awwalun yg sudah dijamin masuk Syurga, namun beliau begitu mendambakan masuk syurga dengan berjalan

Benarlah firman Alloh yg begitu terhujam pada diri Abdurrahman bin Auf (bacakan At Taubah 111)

Saudariku, renungkanlah bagaimana saat Rasul saw besabda “Siapa yg bersedia membelikan untuk kita sumur Raumah, maka itu menjadi sedekahnya bagi kaum muslim dan Alloh akan memberikannya air minum pada hari Kiamat kelak tatkala dilanda dahaga.” Utsman bin Affan membelinya dan menjadikannya sedekah bagi kaum muslim. Dalam riwayat lain. Utsman menyerahkan 950 unta dan 50 ekor kuda untuk keperluan Perang Tabuk.

Adalah Aisyah ra yg menyerahkan roti untuk pembantu wanitanya. Hingga Aisyah tidak mendapatkan apa-apa ketika berbuka. Dalam riwayat lain dikisahkan, bahwa ada seorang miskin meminta makanan kepada Aisyah ra sementara dihadapan Aisyah ada setangkai anggur. Aisyah berkata: Ambil satu biji. Akan tetapi si peminta-minta memperhatikan anggur itu dengan takjub, kemudian Aisyah berkata “Apakah engkau takjub? Berapa buahpun anggur yg engkau lihat, ambil saja.”

Adalah Sa’id bin Amir, salah seorang struktur khilafah pada masa Umar bin Khathab. Jika Sa’id mendapatkan bagian dar Baitul Mal, maka ia belanjakan bahan makanan untuk keluarganya, dan sisanya disedekahkan. Sampai-sampai istrinya bertanya, kemudian Sa’id menjawab “Telah aku pinjamkan”. Orang-orang yg mendatangi Sa’id kemudian berkata” Sesungguhnya keluargamu itu mempunyai hak, begitu pula kerabatmu itu mempunyai hak.” Sa’id berkata: Aku tidak pernah menuntut dan mencari kerelaan seseorang di dunia melainkan untuk mendapatkan bidadari yg tidak pernah tersentuh mata manusia, yang jika ia turun ke bumi, maka sinarnya akan membakar bumi dan matahari. Tapi aku juga tidak mau meninggalkan keluargaku.”

Karena itu saudariku, marilah kita menjadi seperti mereka. Mereka menjadikan perjuangan di jalan Alloh melebihi segalanya. Mendermakan harta kita hanya diniatkan untuk-Nya bukan yg lain.