Dari Abdullah bin Amr radhiallahu'anhu mengatakan, “Bahwa Rasulullah ` bersabda, Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.’”. [H.R. Muslim].
Selasa, 17 Juli 2012
Inginbeninghati: MELIHAT SABIT MENJELANG RAMADHAN (RU'YATUL HILAL)
Inginbeninghati: MELIHAT SABIT MENJELANG RAMADHAN (RU'YATUL HILAL): Antara Hisab, Rukyat, Rukyat Lokal dan Rukyat Global (Tulisan daur ulang) Pendahuluan Sebagaimana biasa, dari tahun ke tahun kedatang...
Senin, 25 Juni 2012
Berantas Narkoba dengan Sistem Islam
Tidak semua orang tahu hari ini, 26 Juni adalah Hari Anti Narkoba Sedunia, tidak sefamiliar Hari AIDS sedunia 1 Desember, atau bahkan 14 Februari sebagai hari Valentine. Namun tulisan ini dibuat bukan maksud untuk mengangkat momen Hari Anti Narkoba agar menjadi hari yang familiar juga. Akan tetapi, tulisan ini dibuat sebagai sebuah renungan bagi kita sebagai muslim, mengingat semakin banyaknya narkoba yang beredar di Indonesia. Bahkan mirisnya lagi, Indonesia menjadi pasar penjualan narkoba terlaris yang sangat menggiurkan. Ada apa dibalik semua ini? Penulis tertarik untuk menguraikannya dalam bentuk untaian kata dan tentu tidak hanya sebatas itu, tapi yang kita harapkan adalah ada solusi tuntas yang segera bisa kita ejawantahkan untuk membabat habis kasus narkoba.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Badan Narkotika Nasional (Kabag Humas BNN) Sumirat Dwiyanto menjelaskan bahwa saat ini Indonesia tidak berada pada peringkat terbesar negara yang penduduknya sebagi pengguna Narkoba. Akan tetapi, Indonesia menjadi salah satu negara incaran untuk operasi sindikat narkoba internasional. Menurutnya, modus yang digunakan para pelaku sangatlah beragam. Mulai dari memasukannya ke bungkus sabun hingga ke dalam kitab suci seperti Al Quran dan Alkitab. (Jawaban.com 08/06/12). Pemasok narkoba tidak lagi dilakukan oleh orang-orang dari negara di kawasan Afrika Barat, tetapi sudah mulai dilakukan oleh orang-orang Asia, seperti Vietnam, Malaysia, China atau bahkan orang Indonesia asli. Malasyia menjadi negara peringkat pertama pemasok narkoba terbesar ke Indonesia. Masya Allah. Hal yang semakin menyedihkan adalah Jawa Barat menduduki peringkat 2 se-Indonesia setelah DKI Jakarta dalam permasalahan narkoba ini. Kurang lebih sebanyak 850.000 penduduk Jabar mengkonsumsi narkoba, tak terkecuali remaja bahkan anak SD. Na’udzubillah.
Narkoba menjadi salah satu alat untuk merusak generasi kita. Siapapun yang mengkonsumsinya akan lepas kendali dan hilang kesadaran. Sehingga narkoba sangat erat dengan dunia freesex, HIV AIDS dan kriminalitas. Pelakunya sudah tidak ada rasa takut dan bisa nekat berbuat apapun. Jika ii terus dibiarkan, maka kita akan mengalami lost generation dan negeri ini akan semakin rusak. Padahal sejatinya perubahan negeri ini ada di tangan generasi muda. Oleh karena itu perlu ada upaya sistemik untuk membabat habis narkoba sampai ke akar-akarnya.
Persoalan narkoba bukan merupakan persoalan indovidual semata, tapi merupakan bagian dari sistem yang diterapkan saat ini. Jika kita terlisik lebih dalam, para pengguna narkoba ada berawal dari kondisi keluarga yang broken home, mencari kebahagiaan di luar keluarga. Keluarga yang penuh konflik dan berujung pada perceraian menjadi pemicu generasi kita mencari pelarian/”ketenangan” dengan mengkonsumsi narkoba. Ini menunjukkan institusi keluarga saat ini sudah mulai rapuh, tak bisa mewujudkan kondisi yang tenang untuk anggotanya. Berbagai persoalan keluarga muncul dari berbaga faktor seperti adanya wanita/pria idaman lain, tak mencukupinya kebutuhan ekonomi keluarga, fungsi ayah dan ibu yang terwujud dengan baik, semua itu tentunya berawal dari penerapan aturan Kapitalisme Liberal. Sistem ini pulalah yang mengizinkan dan menghalalkan segala jenis barang untuk diperjualbelikan asalkan menguntungkan. Sekalipun barang haram tapi jika bisa mendatangkan keuntungan, maka peredarannya akan dibiarkan dan jika dituntaskan sampai habis maka akan merugikan pihak-pihak tertentu. Selam sistem Kapitalisme ini diterapkan, sekalipun Indonesia mayoritas muslim terbesar di dunia, narkoba akan sulit diberantas tuntas. Ditambah lagi dengan penerapan hukum yang lemah pada pengedar dan pengguna narkoba. Kita tentunya heran saat beberapa waktu lalu pemerintah memutuskan pengurangan grasi Corby, pengedar narkoba asal Australia. Ini menunjukkan bahwa hukum yang ada saat ini memang lemah dan bahkan tidak bisa menuntaskan masalah narkoba. Walhasil pengedar dan pengguna narkoba terus bertambah dan tidak takut dengan hukum yang tidak bisa membuat efek jera dan mencegah orang lain untuk melakukannya.
Oleh karena itu untuk menuntaskan masalah narkoba ini memang perlu dilakukan upaya sistemik dan kerjasama dari seluruh elemen masyarakat. Langkah pertama yang dilakukan untuk memberantas narkoba ini adalah dengan menanamkan akidah Islamiyah yang kuat kepada seluruh masyarakat. Masyarakat harus ditanamkan rasa takut kepada Allah sehingga tidak berani menyentuh barang haram itu. Narkoba, apapun jenisnya baik ganja, opium, morfin, mariyuana, kokain, ectasy merupakan barang haram, dalinya adalah sanad shahih dari Ummu Salamah ra bahwa Rasulullah SAW telah melarag segala sesuatu yang memabukkan (muskir) dan melemahkan (mufattir). (HR Ahmad, Abu Dawud no 3686) Yang dimaksud mufattir adalah zat yang menimbulkan rasa tenang/rileks dan malas pada tubuh manusia. Selain itu haramnya narkoba juga berdasar kaidah fiqih: Al Ashlu fi al madhaar at tahrim (Hukum asal benda yang berbahaya adalah haram). Kaidah ini berarti bahwa segala sesuatu benda yang berbahaya hukumnya haram, sebab Syariah Islam mengharamkan terjadinya bahaya. Jika ini betul-betul dipahami oleh masyarakat dan generasi muda, maka tentunya akan menjauhi narkoba sepelik apapun permasalahan hidupnya. Aqidah Islam yang kokoh akan menjadikan kita bersandar pada Allah saat menghadapi setiap permasalahan dan tetap menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Langkah kedua yang dilakukan untuk memberantas narkoba adalah dengan penerapan sistem islam secara kaffah dalam bentuk Khilafah islamiyah. Jika masyarakat sudah menyadari pentingnya dan wajibnya menerapkan Islam, maka masyarakat akan bersama-sama memperjuangkan tegaknya sistem Islam. Sehingga Khilafah Islmiyah inilah satu-satunya institusi yang bisa memberatas tuntas masalah narkoba. Islam mengharamkan siapapun yang mengedarkan dan memproduksi narkoba, sehingga pelakunya tidak dibiarkan begitu saja. Oleh karena itu Khilafah, sebagai pelaksana Syariat Islam, akan menerapkan sanksi yang tegas dan membuat efek jera serta bisa mencegah siapapun untuk melakukannya. Dalam pandangan Islam, memproduksi dan mengedarkan narkoba merupakan dosa besar dan termasuk jarimah (kriminal). Pelakunya akan dikenai sanksi berupa ta’zir yaitu sanksi yang jenis dan kadarnya ditentukan Qadhi (hakim) misalnya penjara, cambuk, hukuman mati dan sebagainya. Sanksi ta’zir ini bisa berbeda sesuai tingkat kesalahannya. Sanksi ini jelas tegas dan tentunya akan diterapkan kepada siapapun yang memproduksi, mengedarkan dan mengkonsumsi narkoba. Ini jelas berbeda dengan sistem saat ini yang sangat lemah menangani kasus narkoba, sehingga tidak bisa memberi efek jera pada pelakunya. Khilafah akan menjaga setiap warga negara agar tetap bisa berkarya dengan memfungsikan akalnya. Jika ada benda atau hal-hal yang bisa merusak akal seperti narkoba, maka Khilafah akan bertidak tegas. Pun Khilafah akan benar-benar memfungsikan pengontrolannya agar tidak ada penyelundupan narkoba ke wilayah bagian Khilafah. Negara-negara luar (yang tidak termasuk bagian Khilafah) tidak bisa memasok atau menjual barang haram itu ke daerah Khilafah. Khalifah akan menginstruksikan struktur negara terkait untuk melakukan pengawasan. Semua itu dilakukan tidak lain adalah agar terwujud kehidupan yang berkah dan selalu ada dalam ridho Allah SWT.
Jelas sudah bagaimana sistem Islam dengan Khilafahnya bisa memberantas tuntas narkoba. Oleh karena marilah kita sama-sama memperjuangkannya agar bisa segera terwujud di bumi ini. Khilafah sudah menjadi janji Allah, tinggal bagaimana kita mengambil peran dalam menegakannya. Allahu Akbar!!
Minggu, 24 Juni 2012
Kondomisasi, Legalkan Seks Bebas
Kebijakan Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi sungguh mengejutkan. Bagaimana tidak? MenKes baru ini mewacanakan membagikan kondom untuk remaja berusia 15-24 tahun dalam rangka menekan angka kehamilan tak diinginkan atau menekan angka aborsi yang terus meningkat.
Menkes mendorong penggunaan kondom untuk kelompok seks berisiko, tak terkecuali remaja yang terlibat perilaku seks berisiko. (detik.com 24/06/12). Parahnya, kebijakan ini sangat didukung oleh MPR. Jelas kebijakan ini menuai pro kontra di tengah masyarakat. Alih-alih menekan angka aborsi dan kehamilan tak diinginkan, kebijakan ini justru semakin menguatkan pergaulan bebas di kalangan remaja. Pembagian kondom secara gratis menunjukkan pelegalan sex bebas oleh negara. Data BKKBN tahun 2010 menunjukkan bahwa 51 persen remaja Jabodetabek sudah tidak perawan lagi, 47 persen remaja Bandung pun mengalami hal yang sama. Pembagian kondom ini seolah-oleh menyiratkan bahwa tidak masalah hubungan seks asalkan menggunakan kondom yang bisa mencegah kehamilan.
Fenomena sex bebas di kalangan remaja ibarat gunung es, fakta yang nampak belum seberapa jika dibandingkan dengan fakta yg sebenarnya. Sebenarnya banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk menuntaskan masalah sex bebas ini, tapi justru kebijakannya malah kontraproduktif. Angka freesex semakin meningkat dan tidak pernah bisa tuntas sampai ke akar-akarnya. Program KRR yang digulirkan ke sekolah-sekolah sejatinya malah menginspirasi para remaja untuk melakukannya. Mereka merasa penasaran dengan organ reproduksi dan sebagainya sehingga mencoba untuk mempraktikannya dengan dalih cinta dan kebebasan. Terlebih saat MenKes mempropagandakan hal itu, pastinya angka freesex akan bertambah lagi. Bisa dibayangkan saat remaja menerima kondom itu, kemudian terdorong untuk menggunakannya dengan dalih pemanfaatan, dan itu dilakukannya pada teman atau pacarnya yang belum halal baginya. Ini sungguh menyedihkan dan mengerikan. Berapa banyak lagi remaja yang akan terinspirasi melakukan sex bebas? Na’udzubillah.
Sejatinya kita semua tak menginginkan fakta freesex terus melonjak setiap harinya. Bagaimana jadinya negeri ini, jika generasi muda sibuk melampiaskan nafsu dan kebebasannya dengan sex bebas? Oleh karena itu kita harus segera menuntaskan permasalahan seks bebas ini sampai tuntas ke akar-akarnya. Untuk menyelesaiakan suatu permasalahan, sejatinya kita memang harus melihat akar permasalahannya terlebih dahulu. Hendaknya solusi yang kita ambil benar-benar solutif, bisa menyelesaikan masalah sampai tuntas, tidak menimbulkan masalah baru dan bisa kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak.
Sungguh, akar permasalahan freesex terus meningkat adalah karena diterapkannya sistem Kapitalisme Liberal, yang membebaskan siapapun untuk melakukan perbuatan. Seks bebas merupakan bagian dari kebebasan berekspresi yang selalu didengungkan. Saat anak sudah mencapai remaja, maka dibebaskan untuk pacaran dan berbuat apapun dengan pacarnya selama tidak merugikan orang lain. Inilah yang selalu dipropagandakan sistem Kapitalisme Liberal dan menjadi suguhan remaja kita sehari-hari di berbagai media, baik televisi maupun internet. Semua tayangan dikondisikan untuk melanggenggkan nilai kebebasan di tengah generasi muda. Dunia malam dan narkoba tak luput menjadi pelengkap saat melakukan freesex. Lengkap sudahlah kerusakan dan kehancuran generasi muda. Na’udzubillah.
Inilah buah dari penerapan Kapitalisme Liberal yang menjadikan akal manusia sebagai rujukan, sudah jelas nampak kerusakannya. Oleh karena itu sungguh tak layak bagi kita mempertahankan aturan yang bisa merusak generasi ini. sejatinya, kita semua harus kembali kepada aturan Allah. Aturan Yang Maha Sempurna, Yang Maha Mengetahui mana yang terbaik untuk manusia dan tentunya aturan yang membawa manusia pada kesejahteraan dunia dan keselamatan akhirat. Itulah aturan Islam, dengan penegakkan Khilafah Islamiyah. Khilafah merupakan institusi yang menjaga generasi dan menjadikannya aset untuk kemajuan umat dan Islam. Khilafah Islamiyah akan menerapkan Syariah Islam secara kaffah dan mampu melibas tuntas sex bebas sampai ke akarnya. Hal ini dikarenakan, Pertama, Aqidah Islam menjadi dasar negara. Artinya warga negara dalam Khilafah akan dipastikan menjadikan Aqidah Islam sebagai ladasan melakukan perbuatan. Setiap muslim akan selalu merasa diawasi oleh Allah, sehingga dia akan takut jika melakukan maksiyat terlebih zina yang merupakan dosa besar. Allah berfirman: Sesungguhnya ALLAH mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi. Dan Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. “ (QS. Al-Hujurat: 18). Banyak ayat dalam Al Quran yang menjelaskan hal ini, sehingga negara akan mengkondisikan bahwa warga negaranya takut kepada Allah didasari keimanan yang kuat.
Kedua, Negara menerapkan sanksi yang tegas pada pelaku seks bebas. Bagi yang belum menikah maka akan dikenakan cambuk 100 kali sebagaimana firman Allah dalam QS An Nur ayat 2; “Perempuan yang berzina dengan laki-laki yang berzina, hendaklah kamu dera tiap-tiap satu dari keduanya itu dengan seratus kali deraan.Dan janganlah kamu dipengaruhi oleh perasaan kasihan kepada keduanya di dalam menjalankan (ketentuan) agama Allah yaitu jika kamu sebenarnya beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan hendaklah hukuman keduanya itu disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” Sementara itu bagi yang sudah menikah maka akan dikenai sanksi rajam sebagaimana kisah Ghamidiyah di zaman Rasul yang sangat terkenal itu. Sanksi yang tegas ini akan mencegah siapapun untuk melakukan seks bebas. Sekaligus menjadi penebus dosanya di akhirat kelak. Berbeda dengan sistem Kapitalisme, pelaku seks bebas dibiarkan berkeliaran dan tidak dikenai sanksi jika dilakukan atas dasar suka sama suka.
Ketiga, Keluarga menerapkan pendidikan berdasar aqidah Islam dan akhlaqul karimah. Keluarga merupakan benteng untuk menjaga pondasi keimanan generasi agar tetap kokoh. Anak-anak yang terlahir akan dididik berdasar aqidah Islam dan senantiasa dikondisikan dengan nilai-nilai Islam. Keempat, Masyarakat menjalankan fungsinya untuk amar maruf nahi munkar. Khilafah akan mendorong setiap anggota masyarakat untuk peka terhadap kondisi sekitarnya dan menjalankan amar maruf nahi munkar. Setiap ada gejala pelaku seks bebas seperti berdua-duan, atau pacaran, maka masyarakat akan mengingatkannya karena kasih sayang pada saudaranya karena masing-masing memahami bahwa kaum mukmin bersaudara sehingga takkan rela saudaranya tercebur pada lembah maksiyat. Inilah gambaran Khilafah menuntaskan permasalahan seks bebas. Sudah sangat jelas bahwa satu-satunya solusi untuk mengurangi kehamilan tak diinginkan dan aborsi adalah dengan menerapkan Islam kaffah dalam wadah Khilafah Islamiyah bukan dengan kondomisasi. Saatnya kita cerdas sikapi setiap fakta yang terjadi di sekitar kita dan turut andil dalam perubahan. Tentunya perubahan ke arah yang lebih baik yaitu dengan turut memperjuangakn tegaknya Khilafah Islamiyah. Allahu Akbar!
Selasa, 12 Juni 2012
LIBURAN BERMAKNA ALA REMAJA SMART WITH ISLAM
Liburan oh liburan.. siapa yang ga seneng denger kata liburan? Liburan serasa surga duniawi setelah melewati masa sekolah dan Ujian Nasional atau Ulangan Kenaikan Kelas. Liburan panjang hadir bagaikan oase di tengah Padang pasir bagi sebagian besar pelajar setelah kurang lebih satu tahun berjibaku dengan teori-teori, rumus-rumus, hapalan-hapalan plus yang ngga ketinggalan tugas rumah alias PR yang terkadang tidak manusiawi karena banyak dan sulitnya. Jangankan liburan, sekedar pulang sekolah lebih awal aja girangnya luar biasa.
Liburan Kapitalis : (ada uang ada senang)
Remaja #smartwithISLAM, pernah ga iseng ngitung atau tahu dalam satu tahun ada berapa hari libur atau berapa kali kita libur? Ternyata lumayan banyak lho, dari mulai libur mengawali tahun baru Masehi ataupun Hijriah, hari kemerdekaan, hari perayaan agama, belum lagi libur panjang semesteran atau kenaikan kelas dan libur-libur lainnya. Wuihh.. banyak ya? Hmm… Mungkin ini juga yang menjadikan para pangajar (guru) terpaksa harus tega memberikan bobot pelajaran yang lumayan berat karna waktu belajar yang kurang namun disisi lain materi-materi pelajaran juga tetep harus tersampaikan. Bagai buah simalakama. Kondisi pembelajaran ini merupakan buah penerapan system pendidikan kapitalis yang berorientasi pada pengumpulan teori yang tidak berkontribusi bagi pembentukan karakter.
Makanya, kondisi yang ga seimbang ini menjadikan para pelajar atau bahkan para gurunya begitu menanti hari libur untuk menghilangkan kepenatan karena tenaga dan pikiran yang telah diporsir ibarat mesin, yang pelajar karna jadwal sekolah yang fullday dengan bobot pembelajaran yang terlalu berat dan banyak belum lagi di tambah jadwal les sepulang sekolah, sedangkan gurunya pun harus mengajar dengan jadwal yang padat belum lagi kalo ada yang mengajar di lebih dari satu sekolah. Jadi, mereka menganggap wajar banget kalo liburan dianggap sebagai moment untuk bersantai dan menikmati kesenangan tanpa beban tanggung jawab yang harus ditunaikan bahkan ngga jarang hari libur dijadikan alasan agar solat juga libur. masyaAllah...
Nah.. disinilah para kapital (pemodal) sigap melihat peluang bisnis dari begitu banyak orang yang butuh hiburan atau sekedar refreshing melepas kepenatan sejenak. Apalagi, budaya hedonis terlanjur jadi life style di negeri yang sekuler (memisahkan agama dalam kehidupan) ini, jadi berapa pun rupiah yang harus di bayarkan mereka rela aja tuh asalkan mereka bisa mendapatkan kesenangan yang mereka inginkan. Banyak alternatif liburan yang bisa di pilih dari mulai liburan di dalam negeri sampai ke luar negeri. Bagi yang akan menghabiskan liburan di dalam negeri tidak perlu khawatir karna tersedia tempat-tempat hiburan dari mulai dari sekedar rumah makan yang bernuansa alam sampai tempat-tempat wisata yang menawarkan berbagai macam permainan. Inilah produk kapitalisme yang mengagungkan uang sebagai standar kebahagiaan. Intinya kita harus membeli kebahagiaan kita sendiri!!. Padahal, setelah menghambur-hamburkan uang untuk liburan dan bebas bersenang-senang, mereka pun mau ngga mau tetap harus kembali “berdamai” dengan rutinitas keseharian, sekolah (belajar) atau bekerja sampai bertemu lagi masa liburan selanjutnya.
Liburan dalam pandangan Islam
“(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.” QS. Ar-Rum:30. Islam adalah agama fitrah dan seimbang. Islam menganjurkan pemeluknya untuk bekerja juga berlibur. Liburan diperlukan untuk rehat sebentar untuk bisa kembali beraktivitas yang lebih berkualitas namun tetap dalam standar ketaatan kepada Allah swt, bukan untuk berleha-leha atau melakukan kegiatan yang sia-sia apalagi yang mengarah ke kemaksiatan. Na’udzubillah.
Remaja #smatwithISLAM, sebenernya kita ga perlu liburan sampai berminggu-minggu, menghabiskan seluruh waktu hanya untuk having fun. Kenapa? Karna hal itu hanya akan melemahkan aktivitas berfikir dan terbuai dengan kemalasan, belum lagi fisik yang jadi capek sepulang liburan panjang walhasil bukannya semangat buat kembali ke sekolah yang ada buat bangun pagi aja susahnya minta ampun. Betul, kan? Islam, agama sempurna yang kita cintai ini mengatur sedemikian rupa agar manusia tetap bisa hidup dalam kefitrahannya antara hablumminallah (bagaimana hubungan manusia dengan Allah), hablumminannas (hubungan manusia dengan manusia lainnya) dan hablu binafsi (hubungan manusia dengan dirinya sendiri), Rasulullah saw. sebagai panutan umat manusia memberi contoh bagaimana memanfaatkan waktu untuk rehat dan berlibur ditengah aktifitas dakwahnya.
Tentu remaja #smartwithISLAM tahu bahwa hakikat kita diciptakan adalah berIBADAH kepada ALLAH swt. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu” QS. Adzariyat : 56. Oleh karenanya apapun yang kita lakukan harus ditujukan dan bernilai ibadah di hadapan Allah termasuk liburan jangan sampai liburan hanya sekedar melepaskan kepenatan dan kejenuhan belajar dengan menghambur-hamburkan uang atau bersenang-senang yang mengumbar hawa nafsu, apalagi liburan yang melalaikan melaksanakan ibadah, liburan yang diiringi minuman keras dan narkoba, dan liburan yang menyebabkan syirik kepada Allah SWT. Kalo kaya gini sih, berarti membawa sengsara dunia akhirat, sobat.
Liburan bermakna ala Remaja #smartwithISLAM
Kalau remaja #smartwithISLAM ngga bakalan deh pilih hal-hal yang “NOTHING” untuk mengisi waktu libur, karena mereka tahu saat berlibur atau beraktifitas keseharian semuanya akan bermakna jika berada dalam koridor ketaatan kepada Allah swt dan menggapai kebahagiaan atas ridhoNya. So, ayo kita bikin liburan saat ini dan seterusnya menjadi bermakna :
1. Liburan, waktu berbagi dengan keluarga :
Pernahkah kita berfikir sejenak, mungkin ayah dan bunda sangat merindukan perhatian kita ketika kita disibukkan dengan berbagai macam aktivitas sekolah dan lainnya. Jadi gak ada salahnya, luangkan waktu dan perhatian kita untuk orang tua, kakak atau adik, memperbaiki komunikasi harmonis dengan mereka, membantu pekerjaan rumah yang biasa dilakukan orang tua kita, kegiatan bersih-bersih rumah bisa jadi seru loh kalau dilakukan dengan senang hati dan bersama keluarga.
2. Jalin ukhuwah dan silaturahmi dengan saudara dan kerabat :
Kalau mungkin liburan ini belum bisa pulang kampung, bukan berarti peluang pahala lenyap begitu saja. Ayo sejenak kita luangkan waktu untuk mengunjungi saudara, kerabat, dan teman-teman kita. Menjalin kembali hubungan silaturahmi dengan sesama umat muslim itu sangat mulia di hadapan Allah.
3. Liburan, momen tingkatkan kualitas diri
Remaja #smartwithISLAM, jangan sia-siakan liburan panjangmu hanya sekedar untuk bersenang-senang yang berujung pada maksiat. Momen ini pas banget untuk memperdalam ilmu dan pemahaman tentang berbagai hal termasuk tsaqofah Islam. Dengan cara apa? Mengkaji islam for sure.
4. Liburan, bertafakur alam
Alam raya yang Allah SWT ciptakan sangat indah. Kita bisa mendapatkan banyak hal saat kita memandang alam ini dengan tarikan nafas keimanan, bagaimana dari langit yang ditinggikan, dari gunung-gunung kokoh yang ditegakkan dan dari bumi yang dihamparkan bisa menghilangkan segala kepenatan seketika, di jamin juga bisa merefresh tenaga dan pikiran. Tapi ada nilai yang bisa kita dapat dari tafakur alam ini yaitu bertaqqorub ilalloh (mendekat kepada Allah). “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berakal” QS. Al Imran : 190
5. Liburan, charge ruhiyah
Mungkin saat kita masih sibuk dengan aktivitas atau ritunitas keseharian, kurang bisa optimal dalam beribadah. Nah.. momen saat libur inilah kita bisa lebih khusyuk meningkatkan ibadah mahdhoh (wajib) maupun sunnah. Termasuk membayar hutang shaum Ramadhan yang sering dilalaikan.
Liburan dalam khilafah Islamiyah:
Remaja #smartwithISLAM, pada masa Khilafah Islamiyyah, dimaksudkan untuk merefresh dan mengupgrade keadaan diri. Rasulullah memberi penjelasan bahwa kegiatan yang bisa kita lakukan dengan mengasah fisik seperti olahraga berenang, naik kuda dan bela diri (yang ini tentu sesuai dengan syari’at ya sob!). Rasulullah saw. sebagai panutan umat manusia memberi contoh bagaimana memanfaatkan waktu untuk rehat dan berlibur. Aisyah ra. meriwayatkan bahwa ayahnya, Abu Bakar bertandang ke rumah Aisyah, ketika itu dua budak Aisyah sedang bermain perang-perangan, pada hari-hari Mina. Sedangkan Nabi mengintip perbuatan keduanya di balik bajunya. Abu Bakar melarang keduanya melakukan hal tersebut. Maka Nabi membuka bajunya seraya bersabda: “Biarkan keduanya wahai Abu Bakar, Karena ini adalah hari-hari raya. Itulah hari-hari Mina.”
Selain itu remaja #smartwithISLAM juga bisa mengasah kecerdasan disaat liburan, seperti dicontohkan ulama muda yang pasti juga meluangkan waktunya ketika liburan dengan kegiatan produktif seperti membuat kitab-kitab yang tenar hingga sekarang. Antara lain, Abu Ali Al-Husein Ibnu Sina atau dikenal dengan nama Avicenna, yang hidup antara tahun 986-1037 M. Seorang ilmuwan muslim besar pada waktu itu. Keistimewaannya antara lain pada masa umur 10 tahun sudah hafal Al-Qur`an, kemudian pada usia 18 tahun sudah mampu menguasai semua ilmu yang ada pada waktu itu, bidang keahliannya adalah ilmu Kedokteran, ilmu Fisika, Geologi, Mineralogi. Juga dibidang Medicine, Philosophy, Mathematics, Astronomy. Buat kamu yang menuju atau berada disekitar usia remaja, ayo kita tingkatkan diri kita agar bisa seperti Ibnu Sina.
Penutup
Yuk kita mulai menata diri dimulai dengan belajar mengisi liburan dengan seabrek kebaikan. Gunakan waktu dengan sebaik-baiknya agar setiap nafas kita senantiasa menjadi kebaikan dan penolong untuk kita di hari akhir nanti. Selamat berlibur! Selamat Memperdalam Islam! Selamat menjalin ukhwah! Dan tetap #smartwithISLAM.
Sabtu, 26 Mei 2012
Rabu, 23 Mei 2012
Konferensi Tokoh Umat 1433
Mengundang para tokoh se-Jawa Barat untuk menyatukan langkah menegakkan model negara terbaik, yaitu KHILAFAH ISLAMIYAH!!!
Minggu, 13 Mei 2012
Alhamdulillah Seminar Guru Muslimah telah diselenggarakan hari ini. Sebanyak 50 guru se-Bandung Raya dan sekitarnya antusias mengikuti acara dari awal sampai akhir. Menghadirkan pemateri DR. H. Fahmy Lukman, M.Hum, beliau adalah Ketua Konsentrasi General Linguistic Program Doktor dan Magister Pascasarjana, Fakultas Ilmu Budaya Unpad.
Beliau menyoroti kualitas proses belajar yang kurang baik. Guru seringkali mengajar (teaching) dengan mengajarkan hafalan pada siswa tanpa diajak berpikir sehingga siswa hanya akan menghapalnya saja (memorizing and remembering). Setelah ujian atau tes berlangsung maka siswa segera melupakannya (forgeting) sehingga tidak akan mendapatkan apa-apa (Nothing).
Inilah gambaran proses belajar dan kualitas pendidikan saat ini. Semua itu tidak lain disebabkan penerapan sistem Kapitalisme Sekulerisme. Oleh karena itu beliau mengajak para guru agar segera melakukan perubahan yaitu dengan menerapkan Syariat Islam secara kaffah termasuk dalam bidang pendidikan. Pendidikan dalam sistem Islam bertujuan untuk menanamkan aqidah Islam sebagai aqidah aqliyah dan siyasiyah, menjadikan Aqidah Islam sebagai world view dan point of view dalam bertindak dan penguasaan tsaqofah Islamiyah dan sains-teknologi (teori dan terapan) sebagai sarana peningkatan ibadah. Dengan pendidikan yang berkualitas inilah maka akan terwujud generasi-generasi cemerlang.Semoga semakin menguatkan langkah kita semua dalam perjuangan penerapan syariat Islam menuju negeri yg berkah dan diridhoi-Nya. Aamiin
Jumat, 04 Mei 2012
JADI REMAJA MUSLIM BERPRESTASI? MAU DONG….
Ujian Nasional (UN) telah berakhir. Semua terasa sangat lepas karena selama ini mereka telah belajar setengah mati maupun setengah hidup. Pelajar lain yang tidak mengikuti UN juga tengah berjuang agar mereka bisa naik kelas. Di sisi lain, juga ada remaja yang berusaha meraih prestasi non-akademik dengan mengikuti lomba-lomba mulai tingkat sekolah hingga internasional. Banyak alasan kenapa akhirnya para pelajar berusaha setengah mati maupun hidup untuk meraih nilai UN terbaik atau ingin naik kelas atau meraih prestasi non akademis lainnya. Mulai dari ingin meraih sekolah terbaik di jenjang berikutnya, ingin membahagiakan orangtua, ingin lebih baik dari teman-temannya bahkan ingin meraih pujian dari orang-orang disekelilingnya. Berbagai alasan yang ada, tidak jarang akhirnya membuat pelajar rela melakukan hal-hal curang. Sebagai contoh, isu kebocoran kunci jawaban UN kian santer seiring berakhirnya pelaksanaan UN.
Menjadi muslim berprestasi adalah hal yang sangat dianjurkan oleh Allah SWT. Bukankah Allah SWT berfirman “... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadilah :11)”. Ayat ini seharusnya bisa menjadi motivasi bagi para pelajar untuk dapat meraih tempat terbaik di sisi Allah SWT.
Prestasi karena Allah SWT
Prestasi bukanlah sekedar mendapatkan penghargaan dan pujian, Prestasi bukan hanya pada nilai mata pelajaran yang tinggi/kelulusan, kekayaan, tampilan fisik, ataupun memenangkan berbagai kejuaraan. Prestasi yang hakiki adalah meraih prestasi di dalam seluruh aspek kehidupan dengan standar Islam yaitu di ridhoi Allah SWT dan orangtua. Meraih kesuksesan, kemenangan, keberhasilan karena sesuai dengan aturan Allah SWT (bukan melakukan kemaksiatan) dan dilaksanakan dengan ikhlas (bukan untuk mendapatkan imbalan manusia).
Dari penjelasan diatas, kita bisa mulai menilai diri apakah selama ini nilai yang kita raih dengan cara kejujurankah? Apakah kebanggaan atau pengakuan dari manusia saja yang ingin kita dapatkan? Atau mungkin meraih prestasi pada lomba-lomba yang tidak diperkenankan dalam Islam? Karena tentu saja Allah SWT tidak akan Ridho dan dengan apa yang telah kita dapatkan dan hanya akan berujung pada kesia-siaan.
Karakter remaja prestatif
Well, jadi bagaimana seharusnya karakter remaja prestatif itu? Pertama, tentu saja berkepribadian Islam yaitu remaja yang menjadikan aqidah Islam sebagai dasar untuk berpikir dan bertingkahlaku. Jadi, sebagai contoh, remaja muslim prestatif bisa mengetahui, bahwa dengan mengikuti kontes kecantikan yang menampilkan aurat mereka dan berlenggak lenggok pada pria yang bukan mahromnya adalah hal yang tidak diridhoi oleh Allah SWT.
Kedua, remaja muslim prestatif adalah seorang yang cerdas. Sebuah hadits mengatakan bahwa orang yang cerdas adalah orang yang dengan baik menyiapkan akhiratnya. Nah, untuk menyiapkan dengan baik akhirat kita berarti kita harus punya bekal yang cukup. Kita diminta Allah SWT untuk memaksimalkan potensi akal yang ada pada diri kita. “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam banyak dari jin dan manusia. Mereka mempunyai akal tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah)..”(TQS Al-A’raaf : 179). Pastinya remaja muslim ingin dong masuk ke surga Allah SWT yang tiada tara bandingannya. Oleh karena itu, kita gunakan akal kita untuk hal yang benar, dengan memahami hakikat hidup kita serta menjalankan aktiitas didunia ini dengan standar yang sangat mudah yaitu Ridho atau tidaknya Allah SWT pada keputusan yang kita ambil dari proses berpikir kita itu. Remaja cerdas bukanlah mereka yang males “mikir” atau mereka yang berkata “ah berat mikirin begituan”. Remaja cerdas itu senantiasa melakukan aktifitas berpikir yang direalisasikan dalam perbuatan untuk mencapai tujuan dan target dengan cepat cermat dan tepat.
Ternyata kita bisa loh mengasah kecerdasan kita. Kita belajar peka terhadap kejadian lingkungan, mencari tahu apa yang menyebabkan kondisi yang terjadi, berani memberikan penilaian dan mengambil sikap berdasarkan standar Islam tentunya. Agar kita tahu bagaimana Islam memberikan penilaian, ya tentu saja mau tidak mau kita harus mencari tahu sebanyak-banyaknya. Sampai kapan dan seberapa banyak? Ya sampai kita menuju liang lahat tentunya....
Ketiga, mereka adalah remaja yang berani membela yang benar; menyampaikan kebenaran sekalipun pahit, berani mengambil keputusan dan berani mengakui kesalahan untuk diperbaiki. Selain itu mereka siap menanggung resiko, dikoreksi dan menjalankan amanah secara serius dan sungguh-sungguh juga yang tidak kalah penting mereka siap dipimpin oleh siapapun dan siap memimpin bila diminta kapanpun.
Mereka yang prestatif ketika Remaja
‘Aisyah r.a. Beliau cantik lahirnya, sopan tutur katanya, dan lembut perilakunya, cerdas, menguasai berbagai bidang ilmu seperti fikih, hadis, tafsir, ilmu syariat, sastra, syair, kisah-kisah, ilmu genetika, dan kedokteran. Beliau cekatan mendukung perjuangan Rasulullah SAW bahkan juga ikut memperjuangkan Islam bersama Rasul.
Contoh lain dalam sebuah kisah, “Suatu malam, al-Faruq radhiallahu ‘anhu memeriksa kondisi rakyat. Tiba-tiba, ia mendengar suara seorang wanita berkata kepada putrinya, “Campurlah susu itu dengan air.” Gadis itu menjawabnya, “Wahai ibuku! Tidakkah engkau mengetahui apa yang ditekankan Amirul Mukminin?” Wanita itu berkata, “Apa yang ditekankan olehnya, wahai putriku?” Dia berkata, “Dia memerintahkan penyerunya untuk berseru, ‘Jangan (mencampur) susu dengan air’.” Wanita itu berkata, “Campurlah susu itu dengan air, lalu campurlah ia dengan air, sesungguhnya kamu berada di sebuah tempat yang kamu tidak akan dilihat oleh Umar, dan tidak pula penyeru Umar.” Dengan tangkas gadis itu menyanggah, “Wahai ibuku! Jika Umar tidak tahu, maka sungguh, Rabb Umar mengetahui. Demi Allah! Aku tidak akan menaatiNya di depan umum lalu mendurhakaiNya di kala sendiri.” Umar yang mendengar kemudian menangis. Betapa mulianya hati anak gadis itu.
Remaja Muslim Berprestasi Butuh Dukungan
Remaja Muslim yang berprestasi tidak lahir begitu saja, membutuhkan dukungan dari banyak pihak, diantaranya
1. Dukungan Keluarga yang Sakinah
Remaja muslim berada dalam asuhan keluarga yang menjadikan Islam sebagai penentu benar-salah dan baik-buruk seluruh aspek kehidpan. Memiliki ibu yang menjalankan fungsi utamanya sebagai Ibu dan Pengatur rumah tangga yang mendidik dan merawatnya dengan cinta – lemah lembut – komunikasi efektif. Memiliki ayah yang menjalankan kepemimpinan dalam rumahtangga secara ma’ruf, bertanggung jawab dan adil . Remaja muslim bersama orangtua nya akan bersama-sama terlibat aktiv melakukan amar ma’ruf nahi munkar kepada individu – masyarakat dan negara (aktivitas dakwah dan politik)
2. Sekolah yang berkualitas dari system pendidikan yang murah dan berkualitas
Sekolah melaksanakan kurikulum yang membentuk karakter output: kepribadian Islam, memiliki tsaqofah Islam dan sains- ilmu untuk menjalani kehidupan dan mempersiapkan diri sebagai pemimpin peradaban. Sekolah memiliki guru yang profesional saat mengajar dan menjadi teladan bagi seluruh anak didik. Sekolah memiliki segala saran-prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar-mengajar baik di dalam kelas maupun luar kelas
• Sistem yang Cemerlang yaitu Khilafah Islamiyah
Sistem yang mampu memberi jaminan bagi remaja untuk bisa berprestasi dalam berbagai hal hanyalah Sistem Khilafah Islam, yaitu system yang berasal dari Allah SWT yang dibawa oleh Rasulullah SAW dan di laksanakan oleh para sahabat dan kaum muslimin selama 14 abad. Khilafah Islam memposisikan setiap remaja sebagai warganegara berhak mendapatkan pemenuhan layanan publik seperti: pendidikan, kesehatan dan jaminan keamanan. Negara/Khilafah Islam sebagai penanggung jawab utama dalam pemenuhahan kebutuhan layanan public. Negara memberikan pelayanan publik secara murah dan berkualitas. Negara memberikan jaminan pemeliharaan aqidah dan penjagaan moral. Negara mengharuskan setiap warganegaranya menempuh pendidikan dasar sampai menengah secara cuma-cuma dan berkualitas. Bagi yang memiliki kemampuan, berhak untuk melanjutkan kuliah dengan berbagai jurusan (Akademi dan PT) secara cuma-cuma dan berkualitas. Berhak mendapatkan layanan kesehatan (termasuk seluruh anggota keluarganya) secara cuma-cuma dan berkualitas. Adanya jaminan mendapatkan pekerjaan bagi setiap laki-laki dewasa (ayah atau wali)yang memadai untuk memenuhi kebutuhan nafkah anggota keluarganya. Mendapatkan jaminan keamanan (dari tindakan kriminal, gangguan orang usil, dll) secara cuma-cuma. Memiliki kesempatan untuk terlibat dalam aktivitas politik: melakukan amar ma’ruf bagi penguasa dan memilih penguasa. Berkarya dalam berbagai bidang dengan disediakannnya berbagai fasilitas dan sarana yang dibutuhkan (saintis – ilmuwan, faqihfiddin, profesionalitas, dll
Pentup
Saat ini, negara kita yang kian terseok-seok semakin menunjukkan kelemahannya melindungi warganya termasuk remaja. Oleh karena itu, tidak ada pilihan bagi para remaja untuk turut serta peduli terhadap kondisi masyarakat dengan ikut serta memperjuangkan Islam yang akan segera tegak dalam waktu dekat. Janji Allah SWT sangatlah nyata. Islam akan bangkit kembali dengan atau tanpa kontribusi kita. Apakah kita mau menyia-nyiakan kesempatan ladang pahala itu? Mari menjadi remaja yang SMART with Islam, bukan yang lain.
Allahu a’lam. @smartwithISLAM
“Khilafah, Melahirkan Generasi Cemerlang dengan Pendidikan Berkualitas”
Kapitalisme Melahirkan Generasi yang Rusak
Menyedihkan! Saat ini mata kita selalu disajikan berbagai menu kerusakan generasi. Lihatlah di berbagai media. Penyalahgunaan narkoba, tawuran, konser-konser musik yang menghambur-hamburkan uang dan kerapkali diiringi kebrutalan, minum-minuman keras, kehidupan campur baur, eksploitasi wanita, menjajakan aurat bak hewan hingga perilaku seks bebas, semua tak pernah absen dari pemberitaan media. Bahkan di tengah-tengah pengumuman kelulusan tingkat SMA dan sederajat, sebagian para pelajar meluapkannya dengan tindakan tak terpuji. Aksi corat-coret baju seragam sekolah, kebut-kebutan motor, bahkan sebagian siswi peserta konvoi ada yang beraksi dengan menyobek rok dan baju seragamnya dengan memperlihatkan auratnya dengan penuh kebanggaan. Rusaknya moral kalangan remaja semakin memiriskan hati, saat data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada 2010, menunjukkan 51 persen remaja di Jabodetabek telah melakukan seks pra nikah. Kehidupan malam yang dilakukan sebagian remaja ditengarai sebagai penyubur aktivitas seks bebas ini.
Potret buram generasi seperti di atas merupakan buah dari penerapan sistem Kapitalisme yang yang telah mendominasi dunia secara global termasuk pada negeri-negeri muslim. Kapitalisme menancapkan hegemoni dalam seluruh nadi kehidupan termasuk dalam sistem pendidikan. Pendidikan dalam sistem kapitalisme telah menjadikan Sekulerisme (pemisahan agama dalam kehidupan) sebagai azas bangunan sistem pendidikan. Azas ini telah memposisikan agama sebatas perkara ritual dan moral belaka yang cukup diajarkan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan durasi 2 jam dalam seminggu. Sehingga wajar bila keimanan dan ketaqwaan yang diharapkan semakin jauh bahkan menghilang.
Sistem pendidikan ini mengusung HAM yaitu pemahaman kebebasan mutlak bagi manusia dalam memilih agama/keyakinan yang dianut atau tidak memiliki keyakinan sama sekali, mengeluarkan pendapat dengan standar benar-salah/baik-buruk dengan akal manusia, berperilaku secara bebas mengumbar hawa nafsu atas nama ekspresi dan kebebasan memiliki segala sesuatu yang diinginkan dengan menghalalkan segala cara termasuk menzhalimi yang lemah. Semuanya ditanamkan pada seluruh level pendidikan. Kapitalisme juga telah memposisikan pendidikan sebatas menghasilkan produk tenaga kerja dengan nama daya saing untuk mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Wajar bila pendidikan dalam bingkai kapitalisme akan melahirkan produk-produk SDM yang mengagungkan kebebasan tanpa batas, individualistis tanpa empati, hedonis tanpa tanggung jawab, berorientasi kepada eksistensi dan kebahagiaan materi semata yang akhirnya akan melahirkan potret buram generasi yang tidak akan pernah berhenti sampai peradaban itu akan hancur dengan sendirinya.
Khilafah Islam Melahirkan Generasi Cemerlang
Potret yang kontras kita temukan pada sistem Khilafah Islamiyyah. Dalam suasana “krisis” paceklik, Khalifah Umar bin Khaththab (satu di antara empat sahabat utama Rasulullah Saw) justru mengutamakan kemunculan sumber daya manusia yang cemerlang. Beliau menyebutkan Mu’adz bin Jabal, Salim Maula Abu Hudzifah dan Abu Ubaidah. Rasulullah Saw menggambarkan kualitas Muadz bin Jabal dalam sabdanya: “Ummatku yang paling tahu tentang halal dan haram adalah Muadz bin Jabal”. Adapun Salim Maula Abu Hudzaifah, Khalifah Umar pernah memuji: “Kalau Salim masih hidup, maka dialah yang layak menjadi penggantiku”. Sedangkan Abu Ubaidah, beliau adalah ahli strategi perang yang teruji dalam peristiwa-peristiwa bersejarah, yang dikenal sebagai amirul umara atau panglima besar. Rasulullah pernah memujinya: “Setiap umat mempunyai seorang “amin”(kepercayaan), Abu Ubaidah bin al-Jarah adalah “amin” umat Islam”.
Suatu hal yang menarik, Khalifah Umar (sebagai kepala negara pada saat itu) senantiasa berharap adanya SDM yang berkualitas di negaranya, karena keberadaan mereka pasti akan memberi kontribusi positif dalam terselenggaranya pengaturan urusan umat oleh suatu negara. Figur Mu'adz bin Jabal adalah salah satu contoh keberhasilan Khilafah Islam dalam menghasilkan generasi cemerlang. Yaitu menghasilkan individu yang berkapabilitas tinggi dan layak dinobatkan menjadi Hakim Agung Negara padahal usianya masih relatif muda,yaitu 18 tahun. Karakter beliau sangat gamblang diceritakan dalam beberapa hadits, diantaranya: beliau memiliki otak yang terlatih baik dan logika yang menawan serta memuaskan lawan, yang mengalir dengan tenang dan cermat. Dan dimana saja, kita jumpai namanya di celah-celah riwayat dan sejarah, kita dapati ia sebagai yang selalu menjadi pusat lingkaran. Dimana ia duduk selalu dilingkungi oleh manusia. Ia seorang pendiam, tak hendak berbicara kecuali atas permintaan hadirin. Dan jika mereka berbeda pendapat dalam suatu hal, mereka pulangkan kepada Mu'adz bin Jabal untuk memutuskannya.(Khalid Muh Khalid, Karakteristik Kehidupan 60 Sahabat Rasululullah).
Khilafah Islam tidak hanya mencetak generasi cemerlang dari kalangan laki-laki semata, tidak ketinggalan perempuan juga memiliki kesempatan untuk menjadi generasi cemerlang. Aisyah r.a. muslimah yang satu ini memang luar biasa. Rasulullah saw. menjulukinya "Humaira" (Si Jelita yang kemerah-merahan pipinya). Bahkan, ia tak hanya cantik lahirnya, sopan tutur katanya, dan lembut perilakunya, tetapi juga dikenal sebagai wanita yang smart (cerdas) dan pandai sehingga menjadikannya termasuk al-mukatsirin (orang yang terbanyak meriwayatkan hadis). Disebutkan, muslimah yang wafat pada usia 63 tahun ini telah meriwayatkan sebanyak 2210 hadis: 297 di antaranya tersebut dalam kitab shahihain dan yang mencapai derajat muttafaq `alaih 174 hadis. Selain itu`Aisyah juga menguasai berbagai bidang ilmu: fikih, hadis, tafsir, ilmu syariat, sastra, syair, kisah-kisah, ilmu genetika, dan kedokteran. Bahkan aisyah dengan sigapnya mendukung perjuangan Rasulullah SAW bahkan juga ikut memperjuangkan Islam bersama Rasul yang telah membawa perubahan didunia ini hingga akhirnya Rasul wafat di pangkuan Aisyah.
Khilafah Islamiyah telah terbukti menghasilkan generasi cemerlang yang siap membangun kehidupan masyarakat yang lebih bermartabat. Mereka senantiasa maju ke depan untuk memberikan yang terbaik bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kekhasan yang ada pada mereka (pribadi Islam yang menguasai tsaqofah Islam dan sainstek) memiliki daya tarik yang maha dahsyat bagi umat dibelahan bumi manapun. Ini telah terbukti saat Eropa masih dalam era kegelapan dan ketertinggalam, Khilafah Islam telah menghantarkan kemajuan yang luar biasa pada masanya dan menjadi rujukan manusia dari belahan bumi lainnya. Cukuplah pengakuan dari Robert Briffault dalam Buku “Making of Humanity” sebagai bukti. Ia menyatakan: “Dibawah kekuasaan orang-orang Arab dan Moor( kaum Muslimin) kebangkitan terjadi, dan bukan pada abad ke-15 Renaissance sesungguhnya berlangsung. Spanyol-lah tempat kelahiran Eropa, bukan Italia. Setelah terus menerus mengalami kemunduran, Eropa terperosok ke dalam masa kegelapan, kebodohan dan keterbelakangan. Sedangkan pada saat yang sama,kota-kota Sarasin (kaum Muslimin) seperti Baghdad,Kairo,Cordova dan Toledo menjadi pusat-pusat peradaban dan aktivitas pendidikan. Di sanalah kehidupan baru muncul dan berkembang menuju tahap baru evolusi umat manusia. Sejak saat pengaruh kebudayaan mereka mulai dirasakan, sampai kemudian menggerakkan roda kehidupan. Melalui para penerusnya di Oxford (yaitu penerus kaum Muslim di Spanyol), Roger Bacon belajar bahasa Arab dan ilmu-ilmu Arab. Bukanlah Roger Bacon atau orang-orang yang sesudahnya yang berhak menyandang penghargaan karena telah memperkenalkan metode eksperimental. Roger Bacon tidak lebih hanyalah salah satu orang yang mempelajari ilmu penge tahuan dan metode milik kaum Muslim untuk kepentingan orang Kristen-Eropa; dan dia tidak pernah jemu mengatakan bahwa Bahasa Arab dan Ilmu pengetahuan kaum Muslim merupakan satu-satunya jalan bagi para koleganya untuk mendapatkan pengetahuan yang sejati. Perdebatan mengenai siapa sesungguhnya yang menemukan metode eksperimental… merupakan salah satu wujud ketidakpahaman kolosal dari para pendiri peradaban Eropa. Sejak masa Roger Bacon , metode eksperimental milik kaum Muslim telah tersebar luas dan dimanfaatkan secara antusias di seluruh Eropa” (Robert Briffault,”The Making of Humanity”London.1938).
Khilafah Islamiyah Model Cemerlang Mewujudkan Pendidikan Berkualitas
Sejak awal Islam telah berusaha mengusap predikat yang hina dari pelipis umat yang mulia ini, dengan cara mengharuskan setiap Muslim menuntut ilmu dan belajar. Rasulullah SAW bersabda:
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim”
Dalam hadits lain dikatakan:
“Jadilah kamu sebagai orang yang alim atau orang yang menuntut ilmu, atau sebagai orang yang mendengarkan (ilmu) atau yang cinta (terhadap ilmu), akan tetapi janganlah kalian menjadi orang yang kelima (orang yang bodoh) nanti kalian akan binasa”
Oleh karena itu di dalam Khilafah Islam tidak akan muncul peluang timbulnya kebodohan di kalangan umatnya, sebab Allah SWT mewajibkan kepada setiap Muslim untuk menuntut ilmu dan membekali dirinya dengan berbagai macam ilmu pengetahuan untuk keperluan kehidupannya serta keperluan hidup umatnya.
Negara wajib memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya melalui pengajaran ilmu pengetahuan yang diperlukan oleh setiap individu dalam setiap bidang kehidupan. Maka syara' telah menetapkan bahwa negara yang secara langsung menjamin pengaturan pemenuhan kebutuhan primer ini . Rasulullah SAW bersabda: "Seorang Imam (khalifah/kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya" (HR.Bukhari dan Muslim).
Negara wajib membuka dan membangun sekolah-sekolah dasar, menengah maupun pendidikan tinggi dalam jumlah yang memadai sesuai dengan jumlah rakyat yang akan belajar, baik itu anak-anak maupun orang-orang dewasa yang buta aksara. Kesemuanya bertujuan untuk meningkatkan martabat umat serta mewujudkan kemajuan material dan moral.
Dalam Islam, negaralah yang berkewajiban untuk mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan yang diterapkan, bukan hanya persoalan yang berkaitan dengan kurikulum, akreditasi, gaji guru, metode pengajaran, dan bahan-bahan ajarnya, tetapi juga mengupayakan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah. Negara wajib menyempurnakan sektor pendidikan melalui sistem pendidikan bebas biaya bagi seluruh rakyatnya. Dalil yang menunjukkan bahwa pendidikan bebas biaya menjadi tanggung jawab Khilafah Islam, ialah berdasarkan perbuatan Rasulullah SAW dan ijma sahabat. Rasulullah SAW telah menentukan tebusan tawanan Perang Badar berupa keharusan mengajar sepuluh kaum Muslim dan ijma sahabat telah menetapkan tentang penetapan khalifah dalam memberi gaji kepada para pengajar dari Baitul maal dengan jumlah tertentu.
Negara Khilafah wajib menyelenggarakan pendidikan berdasarkan apa yang dibutuhkan manusia di dalam kancah kehidupan bagi setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan dalam dua jenjang pendidikan; jenjang pendidikan dasar (ibtidaiyah) dan jenjang pendidikan menengah (tsanawiyah). Negara wajib menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh warga negara secara cuma-cuma. Mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melanjutkan pendidikan tinggi secara cuma-cuma. Negara Khilafah menyediakan perpustakaan, laboratorium, dan sarana ilmu pengetahuan lainnya, selain gedung-gedung sekolah, kampus-kampus, untuk memberi kesempatan bagi mereka yang ingin melanjutkan penelitian dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, seperti fiqh, ushul fiqh, hadits dan tafsir, termasuk di bidang pemikiran, kedokteran, teknik kimia serta penemuan, inovasi, dan lain-lain, sehingga di tengah-tengah umat lahir sekelompok mujtahid, penemu, dan inovator.
Sistem pendidikan negara Khilafah disusun dari sekumpulan hukum syara dan berbagai peraturan administrasi yang berkaitan dengan pendidikan formal. Hukum-hukum syara yang berkaitan dengan pendidikan formal terpancar dari akidah Islam dan mempunyai dalil-dalil yang syar'i seperti mengenai materi pengajaran dan pemisahan antara murid laki-laki dan perempuan. Sedangkan berbagai peraturan administrasi di bidang pendidikan merupakan sarana dan cara yang diperbolehkan yang dipandang efektif oleh pemerintah dalam menjalankan sistem pendidikan dan merealisasikan tujuan pendidikan. Peraturan-peraturan administrasi di bidang pendidikan merupakan urusan duniawi yang dapat dikembangkan yang diubah sesuai dengan kondisi. Begitu pula halnya dengan sarana pelaksanaan hukum-hukum syara yang berkaitan dengan pendidikan dan kebutuhan pokok bagi umat, sama dengan dibolehkannya mengambil apa pun yang pernah dihasilkan oleh umat-umat lain, berupa berbagai eksperimen, keahlian, dan penelitian yang hukumnya mubah.
Sistem pendidikan formal yang diselenggarakan Negara Khilafah memperoleh sumber pembiayaan sepenuhnya dari Negara(Baitul Mal). Terdapat 2 (dua) sumber pendapatan Baitul Mal yang dapat digunakan membiayai pendidikan, yaitu (1) pos fa'i dan kharaj yang merupakan kepemilikan negara- seperti ghanimah,khumus (seperlima harta rampasan perang), jizyah dan dhariibah (pajak);(2) pos kepemilikan umum seperti tambang minyak dan gas,hutan,laut dan hima (milik umum yang penggunaanya yang telah dikhususkan). Adapun pendapatan dari pos zakat tidak dapat digunakan untuk pembiayaan pendidikan,karena zakat mempunyai peruntukannya sendiri, yaitu delapan golongan mustahik zakat (QS:9:60).(Zallum,1983;an-Nabhani,1990).
Biaya pendidikan dari Baitul Mal itu secara garis besar dibelanjakan untuk 2 (dua) kepentingan. Pertama: untuk membayar gaji segala pihak yang terkait dengan pelayanan pendidikan seperti guru, dosen,karyawan,dan lain-lain.
Kedua; untuk membiayai segala macam sarana dan prasarana pendidikan, seperti bangunan sekolah,asrama,perpustakaan,buku-buku pegangan, dan sebagainya.
Selain menyelenggarakan sistem pendidikan yang berkualitas, Khilafah Islamiyah juga mempermudah pelaksanaan pendidikan yang dilakukan keluarga bagi anak-anak. Karena keluarga merupakan madrasah pertama dan utama bagi anak-anak untuk mendapatkan pendidikan. Keluarga sebagai basis pertahanan kaum Muslimin mampu melahirkan generasi Muslim yang handal yang mampu menangkal segala bentuk serangan terhadap mereka. Oleh karenanya, Islam telah menetapkan bahwa orang tua memiliki peranan besar dalam mendidik dan mengarahkan anak-anaknya. Sabda Rasulullah SAW, “Setiap anak dilahirkan atas fitrahnya, maka kedua orangtuanya yang akan memajusikan, menashranikan atau meyahudikannya” (HR. Bukhori). Dengan demikian orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya baik dengan teladan yang baik, pembiasaan dan pengajaran serta pemberikan sanksi dalam waktu yang diperkenankan jika anak menyalahi aturan Allah. Pendidikan terhadap anak, hendaknya dimulai dengan pengokohan akidah, pengajaran akhlaq yang mulia, pengenalan aturan-aturan bergaul dalam kehidupan sehari-hari seperti perintah menutup aurat, menjaga pandangan, larangan berkholwat dan lain-lain. Bagi keluarga yang lemah dalam memberikan pendidikan bagi anak-anaknya akan mendapatkan bantuan dari Negara dalam bentuk bimbingan maupun konsultasi secara gratis. Selain itu Negara Khilafah juga memberikan jaminan penjagaan aqidah dan moral generasi dengan melindungi mereka dari berbagai macam serangan pemikiran dan tsaqofah yang sesat dan merusak. Khilafah akan bertindak tegas terhadap semua pihak yang melakukan pelanggaran hukum dengan sanksi yang setimpal.
Khilafah Islamiyah telah terbukti dan akan terulang kembali mampu melahirkan generasi cemerlang dengan penerapan sistem pendidikan yang berkualitas seiring dengan penerapan sistem yang lainnya, politik, pertahanan, hukum, ekonomi dan lain-lain secara utuh dengan landasan ideologi Islam. Suatu hal yang wajar, suatu saat nanti akan lahir kembali generasi yang cemerlang yang akan mampu mengajak dan memimpin ummat untuk bersama-sama mewujudkan janji Allah SWT yaitu ummat yang terbaik di muka bumi, yang dapat mengalahkan umat-umat yang lainnya, dengan tegaknya negara mandiri untuk selanjutnya menjadi negara pertama yang memimpin peradaban manusia dengan Ideologi Islam. Generasi inilah yang akan menjadi pengendali eksistensi negara pertama yang baru menggantikan Sistem Kapitalisme.
Kamis, 03 Mei 2012
SEMINAR GURU MUSLIMAH
Assalamu'alaikum wr.wb
Kepada Ibu-ibu
Kepala Sekolah, Wakasek, Guru Agama, Guru BP, Pembina OSIS, Pembina Rohis dan Pembina Keputrian rahimakumullah..
Kami, Muslimah DPD I HTI Jabar mengundang Ibu sekalian untuk hadir dalam acara:
Seminar Guru Muslimah, Islam Melahirkan Generasi Cemerlang dengan Pendidikan Berkualitas..
Acara ini sebagai bentuk kepedulian kami terhadap kondisi pendidikan dan generasi saat ini, dan berharap agar segera beralih pada kondisi yg lebih baik tentunya, yaitu dengan menawarkan sistem pendidikan Islam..
Besar harapan kami Ibu bisa menghadirinya...
Wassalam
Rabu, 02 Mei 2012
Islam Melahirkan Generasi Cemerlang dengan Pendidikan Berkualitas
Bulan Mei identik dengan bulannya para buruh, pendidik dan aktifis kebangkitan. Tiga momen besar yang selalu kita lewati setiap tahunnya, tanpa ada perubahan signifikan, hanya sebatas euphoria semata. Pun tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional terlewati begitu saja. Kondisi pendidikan Indonesia masih sama, tak jauh dari fasilitas yang minim, sekolah yang nyaris ambruk, geng motor, mahalnya biaya pendidikan terlebih dengan program RSBI yang hanya dirasakan orang kaya saja, kondisi anak sekolah yang mengalami degradasi moral dan segudang permasalahan lainnya. Semakin membuat dada sesak dan kepala cenat cenut. Akan seperti apa generasi kita kelak?
Paradigma yang dibangun masyarakat sekarang adalah, “Sekolah untuk Kerja” atau “Sekolah untuk Cari Duit.” Maksudnya, sedari kecil siswa dan siswi diajarkan setelah sekolah harus mencari uang dengan bekerja. Akhirnya saat mereka berada di bangku sekolah, orientasi mereka hanya tertuju pada uang dan uang. Uang bisa didapatkan dengan mudah saat siswa berprestasi. Salah satu indikator siswa berprestasi mencapai nilai tinggi. Walhasil siswa di sekolah hanya mengejar nilai. Tak peduli apakah nilai yang didapatkannya dicapai dengan cara yang halal atau tidak. Inilah yang medorong kecurangan UN terjadi setiap tahunnya. Selain itu, sistem pendidikan kita selalu menonjolkan aspek intelektualitas dan aspek persaingan. Siswa siswi yang dikatakan pintar adalah yang berhasil mendapat peringkat pertama. Siswa pun bersaing untuk mendapatkan gelar dan peringkat itu. Akhirnya antar siswa terjadi persaingan yang cenderung pada ranah kognitif saja tidak mempedulikan nilai afektifnya. Tidak mengherankan saat ada siswa mendapat peringkat pertama tapi kata-katanya kasar, temperamen, atau bahkan pelaku freesex. Belum lagi sistem pendidikan kita yang sangat kering ruhiyah, jauh dari nilai-nilai Islam dan hanya mengalokasikan 2 jam untuk pelajaran agama, itupun dikurangi pengerjaan LKS, ulangan dan sebagainya. Waktu yang sangat terbatas untuk membentengi diri dari arus liberalisasi yang demikian menderas. Inilah output dari sistem pendidikan Kapitalisme yang sangat menafikan peran agama dalam setiap ranah kehidupan termasuk pendidikan
n. Kapitalisme telah gagal dalam mewujudkan generasi cemerlang dan unggul dalam seluruh aspek. Kegagalan Kapitalisme ini karena berdasarkan pada tiga hal diantaranya yaitu pertama, sistem Kapitalisme berdasarkan pada azas Sekulerisme atau pemisahan agama dari kehidupan. Pelajaran di sekolah hanya seputar materi pelajaran yang terkait saja tanpa ditanamkan nilai-nilai keimanan dan aplikasi dalam kehidupan nyata. Contoh, dalam pelajaran eksakta, seringkali guru hanya sebatas mengajarkan faktor penyebab hujan dan mekanisme terjadinya hujan tanpa dikaitkan bahwa hujan turun ke bumi atas kehendak dan seizin Allah. Dan begitu dahsyatnya air hujan bisa menumbuhkan tanaman-tanaman yang ada di bumi yang bisa bermanfaat untuk manusia. Ini bisa menjadi bahan untuk tafakur atau thariqul iman para siswa. Mencapai keimanan dengan proses berpikir yang bisa memperkuat keimanannya pada Allah. Teringat firman Allah SWT; إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(QS. Al Imran:190) Atau saat belajar ilmu sosial, siswa hanya disuguhi berbagai fakta kerusakan di tengah masyarakat, akan tetapi tidak diberikan solusi tuntas untuk mengatasi hal tersebut. Tentunya hal ini terkait dengan pemahaman seorang pendidik juga. Padahal setiap siswa memiliki peran dalam mengubah kondisi bangsa ini untuk menjadi lebih baik. Bukti lain bahwa azas pendidikan kita sekulerisme adalah siswa menggunakan uslub ‘kreatif’ saat ulangan atau ujian. Pendidik tak terlalu mempermasalahkan hal ini. Banyak juga pengawas tidur saat UN kemarin. Seolah-olah Allah mengawasi hanya di masjid atau tempat pengajian saja. Tidak ada ketakutan pada Allah termasuk saat siswa melakukan aksi mesum atau freesex dengan temannya. Masya Allah, Na’udzubillah. Faktor kedua yang menyebabkan Kapitalisme gagal menyediakan pendidikan berkualitas adalah karena Kapitalisme memberikan kewenangan penuh pada manusia untuk mengatur kehidupannya. Manusia bebas untuk membuat aturan sesuai kehendaknya, akhirnya tidak mengindahkan halal dan haram. Kebebasan menjadi dasar dan dalil untuk berbuat. Siapapun bebas untuk mengeluarkan pendapat, berperilaku, beragama dan berkepemilikan. Ketika ada siswa yang berpacaran maka sekolah membiarkannya dengan dalih kebebasan. Walhasil banyak siswa yang melakukan freesex, hamil di luar nikah dan aborsi berawal dari pacaran. Faktor ketiga yaitu, menjadikan tujuan hidup berorientasi pada materi. Di awal tulisan ini sudah disinggung paradigma yang dibangun saat mulai sekolah. Pun dengan para guru atau pendidiknya. Sibuk mengejar sertifikasi dan gaji tambahan untuk memenuhi kebutuhannya. Mengejar banyaknya jumlah jam mengajar tanpa dibarengi peningkatan kualitas. Siswa dijejali materi pelajaran dan tugas tanpa dipastikan siswa sudah berkepribadian Islam atau belum. Sejatinya kondisi ini tidak bisa dibiarkan terus menerus. Harus ada upaya untuk beralih pada kondisi yang lebih baik, yang bisa menghasilkan output yang luar biasa. Tentunya menjadi harapan kita semua untuk mewujudkan generasi berkualitas, generasi yang cemerlang, handal dan berjiwa pemimpin. Hal ini sangat berkorelasi dengan kualitas pendidikannya. Jika pendidikan berkualitas maka akan dengan mudah melahirkan generasi cemerlang. Pun sebaliknya, jika pendidikan jauh dari kata “kualitas” maka generasi yang dilahirkannya pun generasi yang rusak, amoral dan jauh dari nilai-nilai Islam. Oleh karena itu penting bagi kita semua untuk turut memikirkan kondisi bangsa ini agar segera keluar dari segala permasalahannya dan menuju solusi yang benar-benar solutif. Bukan solusi pragmatis atau tambal sulam yang hanya melahirkan permasalahan rumit lainnya. Islam sebagai din yang sempurna sejatinya memiliki solusi untuk mengatasi permasalahan ini secara tuntas. Pendidikan merupakan kebutuhan asasiyah atau kebutuhan mendasar bagi setiap manusia. Allah akan meninggikan beberapa derajat hamba-Nya yang memiliki ilmu pengetahuan sebagaimana firman Allah: يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ “Allah Subhanahu wa Ta’ala akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat”. (QS : Al Mujadalah [58] :11). Ayat inilah yang mendorong kaum muslim untuk memajukan kualitas pendidikan. Pendidikan berkualitas dalam Islam dibangun berlandaskan asas Aqidah Islam. Oleh karena itu pendidik harus benar-benar dipastikan agar memahami Islam secara kaffah dan berkewajiban menanamkan keimanan yang kuat pada anak didiknya. Pendidik berupaya membentuk generasi kepribadian Islam yaitu generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam. Walhasil siswa akan selalu merasa diawasi oleh Allah dan takut pada Allah di manapun ia berada. Hal inilah yang akan menghindari siswa untuk melakukan freesex, narkoba, geng motor dan tindakan amoral lainnya. Siswa akan takut saat dirinya melakukan pelanggaran hukum syara, karena dia paham bahwa sanksi dari Allah sangatlah menakutkan. Selain itu pendidikan Islam akan mendorong siswanya menjadi generasi yag menguasai tsaqofah Islam dan menjadi Ilmuwan Sains-Teknologi yang mampu membangun peradaban yang gemilang, penemu-penemu di berbagai bidang. Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan nama Ibnu Sina, Al Kindi, Al Khawarizmi, Al Farabi, Ibnu Haitam (Al Hazen, Muhammad Musa bersaudara dan masih banyak lagi ilmuwan Islam yang karyanya masih bisa kita rasakan sampai saat ini. Sejarah sudah membuktikan bahwa sistem Pendidikan Islam mampu melahirkan generasi cemerlang yang nama dan karyanya dikenal sampai Eropa dan negeri Barat. Tentunya sistem pendidikan Islam tersebut hanya bisa dilaksanakan dengan baik oleh Khilafah Islamiyah yang bisa meri’ayah urusan umat. Khilafah Islamiyah wajib menyelenggarakan pendidikan berdasarkan apa yang dibutuhkan manusia di dalam kancah kehidupan bagi setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan dalam dua jenjang pendidikan, jenjang pendidikan dasar (ibtidaiyah) dan jenjang pendidikan menengah (tsanawiyah). Pun Khilafah wajib menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh warga negara secara cuma-cuma. Mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melanjutkan pendidikan tinggi secara cuma-cuma. Inilah bentuk pengurusan Khilafah terhadap warga negara dalam pendidikan karena Khalifah sebagai kepala negara Khilafah memiliki kewajiban untuk mengurusi urusan umat, sebagaimana sabda Rasul saw: "Seorang Imam (khalifah/kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya" (HR.Bukhari dan Muslim). Terlihat jelas perbandingan sistem pendidikan Kapitalisme dan Islam, maka sistem pendidikan manakah yang akan kita pilih?? Tentu saat kita menginginkan suatu kondisi yang lebih baik, maka pilihan kita hanyalah kembali pada aturan Islam, yaitu dengan penegakkan Khilafah Islamiyah!! Allahu Akbar!
Senin, 30 April 2012
Menjernihkan Potret Buram Pendidikan Indonesia
Potret Buram Pendidikan Indonesia
Kalimat di atas sudah sering kita dengar dan mencerminkan kondisi pendidikan yang carut marut. Bagaimana kabar kondisi pendidikan kita sekarang? Masihkah buram? Tulisan ini dibuat pastilah karena kondisi pendidikan Indonesia yang masih buram alias carut marut. 2 Mei nanti akan terlewati dengan banyaknya permasalahan pendidikan kita.
Miris, sedih, pilu, menghiasi perasaan kita saat menyaksikan berbagai fenomena yang menimpa dunia pendidikan saat ini. Lihat saja fakta kecurangan UN kemarin, Kemendikbud menrima 585 pengaduan kecurangan UN SMA, SMK (mediaindonesia.com,23/4). Murid-murid semakin “lihai” untuk melakukan kecurangan, sisi lain pengawas tidak terlalu peduli bahkan ditemukan ada yang tidur saat mengawas. Penentuan batas nilai kelulusan menjadikan pihak yang terkait melakukan kecurangan, menghalalkan segala cara demi kelulusan. Fenomena ini selalu kita dengar setiap tahun, seolah menjadi suguhan rutin saat UN. Hal lain yang menyesakkan bagi kita adalah ditemukannya LKS yang berisi cerita vulgar dan tidak layak dikonsumsi oleh pelajar sekolah. Masya Allah.
Generasi narkoba, freesex, aborsi, geng motor, tawuran, masih mewarnai dunia pendidikan kita. Belum lagi siswa sekolah yang bergaya hidup mewah, hura-hura, cinta mode, konsumeristik dan individualistik. Rela mengeluarkan uang berjuta-juta demi menonton boyband favoritnya baik lokal ataupun impor. Menangis dan histeris bahkan sampai pingsan saat kehabisan tiket atau tidak bisa bertemu idolanya. Pun konser-konser musik lokal seolah wajib untuk didatangi langsung. Menjadi ritual yang biasa bagi remaja Indonesia. Parahnya orangtua mereka pun mendukung dan merasa bangga saat anaknya muncul di televisi dengan berjingkrak-jingkrak. Inilah sekilas potret buram pendidikan Indonesia yang tidak lain merupakan buah dari penerapan sistem pendidikan saat ini. Sebetulnya ini seperti fenomena gunung es, yang tidak terlihat jauh lebih banyak.
Mengurai Masalah
Masalah pendidikan Indonesia ibarat benang kusut yang terus bertambah. Sehingga penting bagi kita untuk mengurai benang kusut tadi sebagai wujud kepedulian terhadap kondisi negeri ini. Kualitas pendidikan sangat terkait dengan sistem pendidikan yang diterapkan. Diakui atau tidak, saat ini Indonesia tengah menerapkan sistem Kapitalisme. Walhasil sistem ekonomi, politik, sosial, termasuk pendidikan semua bercorak kapitalistik. Penerapan sistem pendidikan Kapitalisme pastinya akan menghasilkan generasi yang materialistik, individualistik dan konsumeristik. Kapitalisme selalu mengukur segala sesuatu dengan materi, tidak peduli apakah itu dunia pendidikan atau bukan. Menjadikan kesenjangan kaya dan miskin semakin melebar. Sehingga muncul istilah “orang miskin dilarang sekolah!” Hal ini karena biaya pendidikan yang melangit dan susah dijangkau oleh si miskin. Selain itu, karena dorongan materi (uang) para penulis buku pun tidak lagi memikirkan apakah bahan ajar yang ditulisnya bisa merusak pola pikir siswa atau tidak. Selagi masih bisa menghasilkan uang maka sekalipun itu merusak pola pikir siswa, tapi tetap dilakukan. Gaya hidup serba bebas yang bersumber dari sistem Kapitalisme pun mendorong siswa untuk bergaya hidup mewah. Belum lagi para guru yang mengajar untuk mengejar jumlah jam demi mendapatkan sertifikasi karena gaji yang tidak mumpuni terutama guru honorer. Sehingga orientasi guru tidak lagi mendidik dan mewujudkan generasi cemerlang, akan tetapi mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Inilah sistem pendidikan Kapitalisme, dunia pendidikan kita dikomersilkan dan menjadi ajang bisnis yang subur. Sungguh kompleks dampak penerapan sistem Kapitalisme ini. Kepribadian siswa dilaburkan hanya demi meraup keuntungan.
Menjernihkan Potret Buram
Berbicara tentang menjernihkan potret buram, pastilah berbicara tentang solusi. Tentunya siapapun tidak menginginkan fenomena ini terus terjadi. Perlu ada solusi real untuk mengubah kondisi ini karena bagaimanapun pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam kemajuan suatu bangsa. Kejayaan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi yang membangunnya. Kualitas generasi berkorelasi pada mutu pendidikannya. Jika pendidikan yang diterapkan berkualitas, maka akan mewujudkan generasi yang berkualitas juga, pun sebaliknya.
Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Kesempurnaan Islam ini terbukti mampu mengubah generasi yang ummi (buta huruf) dan jahiliyah (bodoh/rusak) menjadi generasi utama dan pelopor kemajuan kehidupan. Bahkan mampu membangun generasi yang khas yang menyinari hampir seluruh bangsa di dunia dan kejayaannya bertahan lebih dari sepuluh abad. Peradaban Islam yang mulia dengan sistem pendidikannya, mampu melahirkan ilmuwan-ilmuwan handal dan cerdas seperti Ali bin Abi Thalib, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Ibnu Sina, Al Khawarizmi, Imam Syafi’i dan Muhammad Al Fatih. Inilah sistem pendidikan Islam yang terjamin kualitas dan sudah terbukti keberhasilannya. Kualitas pendidikan yang bagus mewujudkan generasi-generasi seperti itu.
Sistem pendidikan Islam menjadikan akidah Islamiyah sebagai dasarnya. Karena itu keimanan dan ketakwaan juga akhlak mulia akan menjadi fokus yang ditanamkan pada anak didik. Halal haram akan ditanamkan menjadi standar. Dengan begitu anak didik dan masyarakat nantinya akan selalu mengaitkan peristiwa dalam kehidupan mereka dengan keimanan dan ketakwaannya. Jika pendidikan berlandaskan kepada aqidah Islam, maka setiap anak didik akan selalu merasa diawasi oleh Allah setiap saat sehingga tidak akan terjadi kecurangan, karena dirinya takut dengan sanksi dari Allah kelak.
Saat tujuan hidup sudah terhujam kuat pada setiap individu maka setiap generasi akan melakukan aktifitas yang sesuai dengan Syariat Islam dan melakukan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat dan bisa mendatangkan pahala. Mereka akan takut jika melakukan freesex, mengkonsumsi narkoba, tawuran ataupun geng motor. Dengan sistem pendidikan Islam, maka akan mengantarkan generasi kita kepada derajat ketakwaan yang lebih tinggi dan menebar kemashlahatan bagi manusia. Adapun tujuan dari pendidikan Islam yang pertama yaitu mewujudkan generasi berkepribadian Islam. Artinya pola pikir dan pola sikap setiap anak didik dan gurunya senantiasa distandarkan pada Islam. Semua problem kehidupan berupaya diselesaikan dengan Islam.
Tujuan pendidikan yang kedua adalah membentuk generasi berjiwa pemimpin. Islam yang sempurna akan mendorong umatnya untuk menyebarkan dan memperjuangkannya demi tegaknya Syariat Islam di muka bumi. Hal ini yang akan menumbuhkan tanggungjawab dan kepemimpinan dalam diri setiap generasi. Setiap generasi akan paham dengan firman Allah: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad) melaika untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (QS Al Anbiya:107) dan setiap generasi memahami betul bahwa hidup adalah amanah dan harus dipertanggungjawabkan kepada Allah, sesuai dengan sabda Rasul saw: “Dan amir itu adalah pemimpin yg mengurusi urusan umat, dan dia bertanggungjawab dengan segala urusannya.” (HR Muslim). Tujuan pendidikan yang ketiga yaitu mampu mengarungi hidup berdasarkan aqidah Islam. Hal ini akan mendorong setiap generasi untuk menghasilkan karya dan penemuan-penemuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Tentunya negara akan memfasilitasi hal ini.
Inilah gambaran sistem pendidikan Islam, sistem yang agung yang berasal dari Pencipta dan mampu menjernihkan potret buram pendidikan Indonesia. Sistem pendidikan ini sejatinya hanya dapat diterapkan dalam suatu negara yang mampu menerapkan Islam secara kaffah. Itulah Khilafah Rasyidah Islamiyah, institusi yang bisa mewujudkan sistem pendidikan yang jernih dan cemerlang. Saatnya satukan langkah untuk menegakkan Khilafah Islamiyah. Dan ingatlah dengan seruan Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (QS al-Anfal [8]: 24)
Wallahu a’lam.
Ditulis oleh: Rina Andriana, S.Pd
Pengajar SMA Mutiara 2 Bandung
Langganan:
Postingan (Atom)