n. Kapitalisme telah gagal dalam mewujudkan generasi cemerlang dan unggul dalam seluruh aspek. Kegagalan Kapitalisme ini karena berdasarkan pada tiga hal diantaranya yaitu pertama, sistem Kapitalisme berdasarkan pada azas Sekulerisme atau pemisahan agama dari kehidupan. Pelajaran di sekolah hanya seputar materi pelajaran yang terkait saja tanpa ditanamkan nilai-nilai keimanan dan aplikasi dalam kehidupan nyata. Contoh, dalam pelajaran eksakta, seringkali guru hanya sebatas mengajarkan faktor penyebab hujan dan mekanisme terjadinya hujan tanpa dikaitkan bahwa hujan turun ke bumi atas kehendak dan seizin Allah. Dan begitu dahsyatnya air hujan bisa menumbuhkan tanaman-tanaman yang ada di bumi yang bisa bermanfaat untuk manusia. Ini bisa menjadi bahan untuk tafakur atau thariqul iman para siswa. Mencapai keimanan dengan proses berpikir yang bisa memperkuat keimanannya pada Allah. Teringat firman Allah SWT; إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(QS. Al Imran:190) Atau saat belajar ilmu sosial, siswa hanya disuguhi berbagai fakta kerusakan di tengah masyarakat, akan tetapi tidak diberikan solusi tuntas untuk mengatasi hal tersebut. Tentunya hal ini terkait dengan pemahaman seorang pendidik juga. Padahal setiap siswa memiliki peran dalam mengubah kondisi bangsa ini untuk menjadi lebih baik. Bukti lain bahwa azas pendidikan kita sekulerisme adalah siswa menggunakan uslub ‘kreatif’ saat ulangan atau ujian. Pendidik tak terlalu mempermasalahkan hal ini. Banyak juga pengawas tidur saat UN kemarin. Seolah-olah Allah mengawasi hanya di masjid atau tempat pengajian saja. Tidak ada ketakutan pada Allah termasuk saat siswa melakukan aksi mesum atau freesex dengan temannya. Masya Allah, Na’udzubillah. Faktor kedua yang menyebabkan Kapitalisme gagal menyediakan pendidikan berkualitas adalah karena Kapitalisme memberikan kewenangan penuh pada manusia untuk mengatur kehidupannya. Manusia bebas untuk membuat aturan sesuai kehendaknya, akhirnya tidak mengindahkan halal dan haram. Kebebasan menjadi dasar dan dalil untuk berbuat. Siapapun bebas untuk mengeluarkan pendapat, berperilaku, beragama dan berkepemilikan. Ketika ada siswa yang berpacaran maka sekolah membiarkannya dengan dalih kebebasan. Walhasil banyak siswa yang melakukan freesex, hamil di luar nikah dan aborsi berawal dari pacaran. Faktor ketiga yaitu, menjadikan tujuan hidup berorientasi pada materi. Di awal tulisan ini sudah disinggung paradigma yang dibangun saat mulai sekolah. Pun dengan para guru atau pendidiknya. Sibuk mengejar sertifikasi dan gaji tambahan untuk memenuhi kebutuhannya. Mengejar banyaknya jumlah jam mengajar tanpa dibarengi peningkatan kualitas. Siswa dijejali materi pelajaran dan tugas tanpa dipastikan siswa sudah berkepribadian Islam atau belum. Sejatinya kondisi ini tidak bisa dibiarkan terus menerus. Harus ada upaya untuk beralih pada kondisi yang lebih baik, yang bisa menghasilkan output yang luar biasa. Tentunya menjadi harapan kita semua untuk mewujudkan generasi berkualitas, generasi yang cemerlang, handal dan berjiwa pemimpin. Hal ini sangat berkorelasi dengan kualitas pendidikannya. Jika pendidikan berkualitas maka akan dengan mudah melahirkan generasi cemerlang. Pun sebaliknya, jika pendidikan jauh dari kata “kualitas” maka generasi yang dilahirkannya pun generasi yang rusak, amoral dan jauh dari nilai-nilai Islam. Oleh karena itu penting bagi kita semua untuk turut memikirkan kondisi bangsa ini agar segera keluar dari segala permasalahannya dan menuju solusi yang benar-benar solutif. Bukan solusi pragmatis atau tambal sulam yang hanya melahirkan permasalahan rumit lainnya. Islam sebagai din yang sempurna sejatinya memiliki solusi untuk mengatasi permasalahan ini secara tuntas. Pendidikan merupakan kebutuhan asasiyah atau kebutuhan mendasar bagi setiap manusia. Allah akan meninggikan beberapa derajat hamba-Nya yang memiliki ilmu pengetahuan sebagaimana firman Allah: يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ “Allah Subhanahu wa Ta’ala akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat”. (QS : Al Mujadalah [58] :11). Ayat inilah yang mendorong kaum muslim untuk memajukan kualitas pendidikan. Pendidikan berkualitas dalam Islam dibangun berlandaskan asas Aqidah Islam. Oleh karena itu pendidik harus benar-benar dipastikan agar memahami Islam secara kaffah dan berkewajiban menanamkan keimanan yang kuat pada anak didiknya. Pendidik berupaya membentuk generasi kepribadian Islam yaitu generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam. Walhasil siswa akan selalu merasa diawasi oleh Allah dan takut pada Allah di manapun ia berada. Hal inilah yang akan menghindari siswa untuk melakukan freesex, narkoba, geng motor dan tindakan amoral lainnya. Siswa akan takut saat dirinya melakukan pelanggaran hukum syara, karena dia paham bahwa sanksi dari Allah sangatlah menakutkan. Selain itu pendidikan Islam akan mendorong siswanya menjadi generasi yag menguasai tsaqofah Islam dan menjadi Ilmuwan Sains-Teknologi yang mampu membangun peradaban yang gemilang, penemu-penemu di berbagai bidang. Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan nama Ibnu Sina, Al Kindi, Al Khawarizmi, Al Farabi, Ibnu Haitam (Al Hazen, Muhammad Musa bersaudara dan masih banyak lagi ilmuwan Islam yang karyanya masih bisa kita rasakan sampai saat ini. Sejarah sudah membuktikan bahwa sistem Pendidikan Islam mampu melahirkan generasi cemerlang yang nama dan karyanya dikenal sampai Eropa dan negeri Barat. Tentunya sistem pendidikan Islam tersebut hanya bisa dilaksanakan dengan baik oleh Khilafah Islamiyah yang bisa meri’ayah urusan umat. Khilafah Islamiyah wajib menyelenggarakan pendidikan berdasarkan apa yang dibutuhkan manusia di dalam kancah kehidupan bagi setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan dalam dua jenjang pendidikan, jenjang pendidikan dasar (ibtidaiyah) dan jenjang pendidikan menengah (tsanawiyah). Pun Khilafah wajib menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh warga negara secara cuma-cuma. Mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melanjutkan pendidikan tinggi secara cuma-cuma. Inilah bentuk pengurusan Khilafah terhadap warga negara dalam pendidikan karena Khalifah sebagai kepala negara Khilafah memiliki kewajiban untuk mengurusi urusan umat, sebagaimana sabda Rasul saw: "Seorang Imam (khalifah/kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya" (HR.Bukhari dan Muslim). Terlihat jelas perbandingan sistem pendidikan Kapitalisme dan Islam, maka sistem pendidikan manakah yang akan kita pilih?? Tentu saat kita menginginkan suatu kondisi yang lebih baik, maka pilihan kita hanyalah kembali pada aturan Islam, yaitu dengan penegakkan Khilafah Islamiyah!! Allahu Akbar!
Dari Abdullah bin Amr radhiallahu'anhu mengatakan, “Bahwa Rasulullah ` bersabda, Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.’”. [H.R. Muslim].
Rabu, 02 Mei 2012
Islam Melahirkan Generasi Cemerlang dengan Pendidikan Berkualitas
Bulan Mei identik dengan bulannya para buruh, pendidik dan aktifis kebangkitan. Tiga momen besar yang selalu kita lewati setiap tahunnya, tanpa ada perubahan signifikan, hanya sebatas euphoria semata. Pun tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional terlewati begitu saja. Kondisi pendidikan Indonesia masih sama, tak jauh dari fasilitas yang minim, sekolah yang nyaris ambruk, geng motor, mahalnya biaya pendidikan terlebih dengan program RSBI yang hanya dirasakan orang kaya saja, kondisi anak sekolah yang mengalami degradasi moral dan segudang permasalahan lainnya. Semakin membuat dada sesak dan kepala cenat cenut. Akan seperti apa generasi kita kelak?
Paradigma yang dibangun masyarakat sekarang adalah, “Sekolah untuk Kerja” atau “Sekolah untuk Cari Duit.” Maksudnya, sedari kecil siswa dan siswi diajarkan setelah sekolah harus mencari uang dengan bekerja. Akhirnya saat mereka berada di bangku sekolah, orientasi mereka hanya tertuju pada uang dan uang. Uang bisa didapatkan dengan mudah saat siswa berprestasi. Salah satu indikator siswa berprestasi mencapai nilai tinggi. Walhasil siswa di sekolah hanya mengejar nilai. Tak peduli apakah nilai yang didapatkannya dicapai dengan cara yang halal atau tidak. Inilah yang medorong kecurangan UN terjadi setiap tahunnya. Selain itu, sistem pendidikan kita selalu menonjolkan aspek intelektualitas dan aspek persaingan. Siswa siswi yang dikatakan pintar adalah yang berhasil mendapat peringkat pertama. Siswa pun bersaing untuk mendapatkan gelar dan peringkat itu. Akhirnya antar siswa terjadi persaingan yang cenderung pada ranah kognitif saja tidak mempedulikan nilai afektifnya. Tidak mengherankan saat ada siswa mendapat peringkat pertama tapi kata-katanya kasar, temperamen, atau bahkan pelaku freesex. Belum lagi sistem pendidikan kita yang sangat kering ruhiyah, jauh dari nilai-nilai Islam dan hanya mengalokasikan 2 jam untuk pelajaran agama, itupun dikurangi pengerjaan LKS, ulangan dan sebagainya. Waktu yang sangat terbatas untuk membentengi diri dari arus liberalisasi yang demikian menderas. Inilah output dari sistem pendidikan Kapitalisme yang sangat menafikan peran agama dalam setiap ranah kehidupan termasuk pendidikan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar