Minggu, 10 Juli 2011

Pensuasanaan Pembatasan Subsidi BBM

Di setiap pom bensin sering kita jumpai tulisan “Terima kasih untuk tidak membeli BBM bersubsidi, karena BBM bersubsidi hanya untuk rakyat kecil”. Spanduk dan propaganda itu sengaja ditempatkan di tempat strategis yaitu ketika kendaraan motor atau mobil hendak memasuki area pom bensin. Wacana pembatasan subsidi BBM memang ramai sejak 2010. Akan tetapi belum terlaksana karena menuai reaksi dari berbagai tokoh dan masyarakat. Masyarakat sudah mulai menyadari efek dari pembatasan subsidi BBM.

Namun, pemerintah tak kalah cerdik. Berbagai cara dilakukan agar upaya ini tetap bisa terlaksana. Akhirnya dibuatlah pensuasanaan pembatasan subsdi BBM. Pensuasanaan ini begitu smooth dan tak terasa. Pensuasanaan ini dilakukan dengan cara terus mengulang-ulang alasan dan argumentasi yang dinilai bisa membenarkan kebijakan pembatasan subsidi BBM. Salah satunya dengan memperbanyak propaganda di pom bensin dan daerah-daerah strategis.

Sebagai bagian dari masyarakat, kita harus mewaspadai agenda ini. Pencabutan atau pembatasan subsidi BBM jelas-jelas merugikan rakyat. ini adalah agenda dari liberalisasi sektor migas. Ini jelas terlihat dari pernyataan Menteri ESDM pada tahun 2003, Purnomo Yusgiantoro menyatakan, “Liberalisasi sektor hilir migas membuka kesempatan bagi pemain asing untuk berpartisipasi dalam bisnis eceran migas, namun liberalisasi ini berdampak mendongkrak harga BBM yang disubsidi pemerintah. Sebab kalau harga BBM masih rendah karena disubsidi, pemain asing enggan masuk.” (Kompas,14 Mei 2003)

Ini jelas-jelas membuktikan bahwa pembatasan subsidi BBM agenda liberalisasi. Padahal sebagai umat Islam, kita sudah diberikan aturan yang sempurna oleh Allah tentang pengaturan sumber daya alam. Rasul saw pernah mengatakan: “Kaum Muslim berserikat dalam 3 hal, air, padang rumput dan api.” (HR Ahmad, Abu Dawud, dan al Baihaqi) ini artinya bahwa migas merupakan hak umum yang harus dikelola oleh negara. Negara mengelola hak umum tersebut demi kepentingan rakyat agar rakyat terpenuhi sandang, pangan, papan termasuk menjamin layanan pendidikan dan kesehatan.

Sudah sangat jelas, Islam mengatur pengelolaan sumber daya alam ini. Oleh karena itu apalagi yang kita tunggu? Saatnya kita sama-sama berjuang menerapkan aturan Alloh yang sempurna dengan penegakkan Khilafah. Hanya Khilafah yang bisa menjamin kesejahteraan hidup setiap umat manusia. Tak terbatas muslim, akan tetapi non muslim juga. Saatnya Khilafah memimpin dunia. Allohu akbar!!

Khilafah Jamin Kehormatan dan Kemuliaan Perempuan

Baru-baru ini kita dikejutkan dengan pemberitaan salah seorang vokalis perempuan band ternama yang menjadi korban penculikan. Media pun heboh memberitakan dan menginfokan runutan kejadian vokalis tersebut. Berbagai pendapat pun mewarnai media. Disinyalir, vokalis tersebut tengah berjalan dan menunggu taksi pada pukul 4 shubuh. Tak disangka ada kelompok laki-laki bermobil –yang diduga sedang mabuk- yang mengikuti dan akhirnya memaksa vokalis tersebut untuk masuk ke dalam mobil mereka. Vokalis tersebut berupaya untuk membebaskan diri karena mengalami pelecehan seksual. Berita ini kontan membuat para ibu dan anak gadis menjadi khawatir. Orangtua pun segera memberikan wejangan kepada anak gadisnya untuk bisa menjaga diri dan tidak pulang malam.

Kejahatan terjadi ketika ada kesempatan!! Ya, itulah jargon dari salah satu tayangan kriminal di televisi. Kejahatan akan muncul ketika ada stimulusnya. Jika kita perhatikan, setiap hari kita selalu mendapai berita kriminal yang beraneka ragam dan selalu bertambah kuantitasnya. Masyarakat pun tidak tenang dan selalu merasa khawatir ketika ke luar rumah. Ada 2 faktor yang bisa kita identifikasi dari kasus penculikan vokalis tersebut. Pertama, vokalis tersebut hendak pulang ke rumah pukul 4 shubuh. Artinya selama semalaman dia ada di luar rumah. Jika kita menggunakan kacamata Islam dalam melihat hal ini, maka sungguh perilaku vokalis tersebut sangat tidak dibenarkan. Islam dengan aturannya yang sempurna telah mengatur perilaku seorang perempuan demi menjaga kehormatannya. Pun Islam telah mengatur bagaimana cara berpakaian seorang perempuan, termasuk juga menjauhi perbuatan yang dulu pernah dilakukan oleh perempuan jahiliyyah.

وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُولَى

Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu. (TQS. al-Ahzab [33]: 33)

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (TQS. al-Ahzab [33]: 36)

وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. (TQS. an-Nur [24]: 31)

يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ ِلأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلاَبِيبِهِنَّ
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". (TQS. al-Ahzab [33]: 59)

Semua aturan itu adalah bentuk kasih sayang Alloh kepada perempuan. Sayangnya tak semua perempuan menyadari hal ini. Inilah bentuk penjagaan Islam kepada muslimah ketika muslimah keluar rumah. Hanya saja memang syariat telah menentukan aturan hal-hal yang membolehkan muslimah aktifitas ke luar rumah dan waktunya. Perempuan boleh saja beraktifitas ke luar rumah untuk muamalah seperti ke pasar untuk berbelanja. Syariat mewajibkan perempuan untuk menuntut ilmu dan berdakwah. Itu semua boleh dilakukan di luar rumah. Syariat pun membolehkan perempuan bekerja asalkan tidak melalaikan kewajiban utamanya sebagai ibu dan pengurus urusan rumah tangga, tetap menutup aurat, seizin wali atau suaminya dan dilakukan di siang hari supaya tidak terjadi fitnah dan kehormatan perempuan tersebut tetap terjaga. Ini jelas berbeda dengan yang dilakukan oleh vokalis tersebut. Dia pulang pagi hari dan memicu terjadinya kriminal yaitu menggunakan pakaian yang tidak menutup aurat.
Faktor pemicu terjadinya kriminalitas termasuk pelecehan seksual, bukan hanya dari individu yang bersangkutan. Akan tetapi dari sistem yang diterapkan. Inilah yang menjadi faktor kedua terjadinya peristiwa tersebut. Saat ini, sistem yang diterapkan adalah sistem Kapitalisme Sekulerisme yang mendorong individu untuk melakukan gaya hidup bebas, seperti pulang larut malam bahkan shubuh hari, mabuk-mabukan, pelecehan seksual dan kriminal lainnya. Sistem ini mendorong setiap laki-laki melihat sebagai objek yang bisa dinikmati keindahan tubuhnya. Akhirnya, ketika ada perempuan cantik, laki-laki pun banyak yang berpikiran cabul atau mesum. Akhirnya terjadilah pelecean seksual. Banyak majalah, tulisan, atau bahkan tayangan televisi yang mengumbar aurat perempuan. Perempuan seksi menjadi ikon berbagai produk. Akhirnya inilah yang mendorong para laki-laki untuk berpikiran kotor dan membayangkan hal-hal yang seharusnya tidak membayangkan.

Ya, inilah aturan yang rusak, yang mendorong setiap yang hidup didalamnya (jika tak kuat iman) akan melakukan berbagai tindakan asusila dan kriminal. Para pelaku zina dibiarkan, para pelaku kejahatan pun tidak merasakan efek jera dari hukuman yang dijatuhkan. Sementara hal ini jelas berbeda dengan penerapan Islam secara Kaffah dengan penegakkan Daulah Khilafah Islamiyyah. Dengan penerapan sistem pergaulan Islam akan menjamin terbentuknya masyarakat yang mulia dan beradab; di mana laki-laki dan perempuan melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan cara yang terhormat. Itulah masyarakat yang memandang perempuan bukan sebagai komoditas yang bisa dieksploitasi, tetapi sebagai warga negara yang terhormat dan aktif. Sebuah masyarakat yang generasi mudanya terlindung dari pemikiran dan gaya hidup yang merusak, dan hidupnya diarahkan oleh cara hidup yang baik, yang membuat hatinya dipenuhi perasaan takwa kepada Allah SWT. Sebuah masyarakat dengan lingkungan yang sehat, di mana generasi mudanya dapat memenuhi dorongan naluriahnya dalam batas-batas yang dibenarkan syariah. Jika Khilafah telah menciptakan kondisi yang sangat baik itu, dan masih ada yang melakukan pelanggaran, misalnya melakukan perzinaan, maka akan dikenakan sanksi tegas yaitu rajam atau jilid, yang dilakukan di hadapan publik agar publik dapat mengambil pelajaran darinya.

Penjagaan Khilafah terhadap perempuan ini sudah dibuktikan dulu ketika Islam pernah diterapkan. Bagaimana kita seringkali mendengar kisah Rasululloh yang menindak Yahudi Bani Qainuqa yang sudah menarik jilbab seorang muslimah. Rasululloh mengusir yahudi bani qainuqo dari Madinah karena sudah mengkhianati perjanjian. Pun kisah Khalifah Mu’tashim Billah yang mengerahkan pasukan dari ujung Baghdad yang satu sampai ujung Baghdad yang lain untuk menindak tentara Romawi yang sudah melecehkan kehormatan muslimah. Saat ini, ribuan muslimah berteriak menginginkan penjagaan kehormatan oleh negara. Akan tetapi negara diam seribu bahasa. Abai terhadap setiap permasalahan warganya. Sungguh ironis.

Pendidikan Karakter Kebangsaan, Akankah Menyelamatkan Generasi Bangsa ?

Dunia remaja dan pelajar Indonesia hingga saat ini masih tetap diwarnai tawuran, kriminalitas, kekerasan, pergaulan bebas, miras dan obat terlarang. Tentunya, menjadi pertanyaan besar bagi kita semua ada apa dengan pendidikan generasi kita? Dsisi lain, ada fakta bahwa remaja kita berdasar pada hasil survei lembaga swasta baru-baru ini, sebanyak 48,9 persen pelajar di Jakarta bersedia melakukan kekerasan terkait isu agama dan moralitas (vivanews.com, 1 Mei 2011). Kasus bob yang melibatkan pemuda, pelaku dan korban cuci otak dari kalangan pemuda, dan juga kondisi buruk dunia remaja, memunculkan kembali pemikiran tentang perlunya peserta didik mendapatkan pendidikan karakter ke-Indonesiaan. Karena itulah, pendidikan karakter kebangsaan dicanangkan pada peringatan Hardiknas tahun 2011 lalu.

Masalahnya, benarkah yang dibutuhkan oleh generasi bangsa ini adalah pendidikan karakter kebangsaan? Apakah sudut pandang kebangsaan yang menjadi acuan pemerintah tersebut akan efektif untuk membangun dan memajukan bangsa? Bagaimana sebenarnya arah pendidikan generasi sehingga menghasilkan sumber daya yang mampu membangun bangsa?

Mengurai Kepentingan
Gagasan pendidikan karakter kebangsaan kembali dikuatkan akhir-akhir ini seiring dengan mencuatnya isu radikalisme agama di kalangan pelajar dan mahasiswa. Adanya keinginan untuk mendirikan Negara Islam di Indonesia dengan cara-cara yang keliru semisal pencucian otak, penipuan dan yang lainnya, dipandang bahaya yang mengancam eksistensi bangsa. Terlenih pasca reformasi, pembahasan Pancasila, UUD ‘45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika dianggap tabu, yang akhirnya pilar-pilar kebangsaan itu pun mulai dilupakan. Sikap pembelaan kepada negara dan menjaga kesatuannya semakin luntur. Sebaliknya, radikalisme maupun semangat untuk ‘mengubah’ negara ini kian menguat. Seperti kemunculan NII yang selama ini ditengarai pemerintah hendak mendirikan negara Islam di Indonesia dan membubarkan Indonesia.

Berkaitan dengan penangkalan bahaya NII tersebut, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh mengatakan bahwa pendidikan karakter tidak hanya untuk membangun karakter pribadi berbasis kemuliaan semata, tetapi secara bersamaan juga bertujuan membangun karakter kemuliaan sebagai bangsa, yang bertumpu pada kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa dan negara. (kompas.com, 29 April 2011). Pemerintah juga menyatakan bahwa bahaya idiologi NII harus dilawan dengan idiologi pula. Untuk meluruskan pemahaman keliru NII harus dilakukan dengan memberikan pemahaman yang benar khususnya kepada pelajar dan mahasiswa yang selama ini menjadi sasaran utama NII. Karena itulah penangkalan NII harus dilakukan melalui lembaga pendidikan di mana para calon korban tersebut biasa menimba ilmu.
Pendidikan karakter kebangsaan bertumpu pada kecintaan dan kebanggaan terhadap Bangsa dan Negara dengan Pancasila, UUD NKRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai pilarnya. Dengan konsep ini, diharapkan peserta didik tidak mempan terindoktrinasi ajaran NII yang mengkafirkan negara dan warga negaranya yang tidak masuk golongan mereka. Tak hanya itu, pendidikan karakter ini juga diharapkan menjadi pilar kebangkitan bangsa yang kini makih terpuruk. Disinyalir, terpuruknya bangsa disebabkan karena warga negaranya sudah tidak lagi mencintai Pancasila, UUD ‘45, NKRI dan lupa ber-Bhinneka Tunggal Ika. Dalam tataran inilah pendidikan yang mengembalikan peran keempat pilar kebangsaan itu dianggap sangat urgen.

Pendidikan Basis Karakter
Pendidikan berbasis karakter kebangsaan sebenarnya pernah dijalankan bangsa ini di masa awal kemerdekaan. Kecintaan dan pembelaan yang mendalam terhadap negara menjadi bukti pengaruh pendidikan kebangsaan yang pernah dijalankan. Namun, seperti yang kita rasakan, pengaruh pendidikan kebangsaan tersebut ternyata bersifat sementara. Begitu penjajah (Belanda atau tentara Sekutu) hilang dari bumi nusantara, semangat pembelaan terhadap negara mulai mengendur.
Penguatan sikap kebangsaan kembali dikuatkan di era Orde Baru. Mengusung slogan pembangunan nasional, Pancasila dijabarkan dalam butir-butir P4. Berbagai penataran dan lomba-lomba yang mengusung pilar-pilar kebangsaan itupun menjadi acara tahunan wajib yang harus diikuti oleh siswa maupun pegawai pemerintah. Benar saja, dukungan dan loyalitas kepada pemerintahan pun kian kuat. Saking kuatnya, mereka hampir-hampir tidak mampu memilah benang pemisah antara kebaikan dan keburukan yang dijalankan pemerintah. Tiga puluh tahun masa penguatan kebangsaan berbuah kultus pada penguasa yang makin tidak memperhatikan hak-hak rakyatnya. Bom waktu pun meledak, karena pendidikan kebangsaan ternyata menjadi alat bagi penguasa untuk mendominasi kekuasaan dan mengeliminir hak-hak rakyat.
Mungkin ada sebagian pihak yang berpendapat bahwa dengan kuatnya pendidikan kebangsaan, ancaman disintegrasi, separatisme, radikalisme dan anti Indonesia bisa dikendalikan. Dan itu pernah dirasakan bangsa ini di era Orba. Pendapat ini tentu saja tidak sepenuhnya benar, bahkan cenderung membohongi kenyataan. Sebenarnya, gejolak anti pemerintah yang korup sudah berlangsung meski pendidikan kebangsaan diterapkan pada masyarakat. Namun, penguasa ternyata lebih pintar menyimpan bobrok demokrasi ini sehingga ada kesan mampu mengeliminasi gejolak anti ke-Indonesiaan. Berbagai tindakan represif pemerintah saat itu mampu dijalankan dengan rapi. Masyarakat awam akhirnya mampu dibodohi untuk tunduk kepada kekuatan rezim korup atas nama pembelaan kepada negara.

Pendidikan karakter kebangsaan pada sejarahnya terbukti tidak membawa negara ini maju, malah terbelit dengan berbagai persoalan pelik yang beratnya bisa dirasakan hingga tujuh turunan. Pendidikan karakter kebangsaan hanya menghasilkan robot-robot pembela bangsa yang tidak mampu membedakan benar-salah, halal-haram ataupun baik-buruk. Generasi yang berkarakter kebangsaan juga terbukti tidak mampu menyelesaikan berbagai masalah bangsa yang kini membelit.

Terlebih lagi, sebenarnya akar persoalan bangsa bukanlah terletak pada tidak diterapkannya Idiologi Pancasila, tapi karena sekulerisme yang menggurita. Sebaik apapun orangnya, sesantun apapun perilaku pelaksana negeri ini, bila rusak sistemnya, maka mereka tidak akan mampu mengubah wajah bangsa.

Sekulerisasi Pendidikan
Penerapan sistem demokrasi dan ekonomi kapitalis sesungguhnya merupakan masalah dasar munculnya berbagai persoalan termasuk didalamnya yang terkait dengan karakter manusia dan aturan yang dibuatnya. Berbagai tindakan buruk manusia, lahir dari cara pandang terhadap kehidupan dan adanya aturan yang lahir dari cara pandang tersebut. Saat bangsa ini menganut sistem demokrasi - yang bertumpu pada empat pilar kebebasan yakni kebebasan bertindak, berpendapat, bebas mengeksploitasi sumber daya alam, kebebasan beragama, yang terangkum dalam HAM - maka bisa kita saksikan dan rasakan bahwa aturan yang diterapkan di tengah masyarakat adalah aturan yang liberal.

Dunia gelap remaja semisal bisnis dan konsumsi narkoba, barang haram ini tidak diberantas seutuhnya karena dipandang benda ekonomis sepanjang masih ada orang yang membutuhkannya dan ternyata menguntungkan. Pergaulan bebas, tidak serius dilarang mengingat bahwa persoalan ini masuk dalam ranah individu yang mempunyai hak asasi manusia untuk melakukan apa saja yang disukainya. Pornografi-pornoaksi, cenderung dilegalkan karena memberi keuntungan pada pendapatan individu masyarakat maupun Negara dengan pajaknya. Dan segudang problem lain, termasuk dalam hal pelaksanaan hak beragama. Kasus semisal ahmadiyah, aliran sesatnya Lia Eden, cuci otak ala NII, dan aliran sesat lainnya tidak kunjung tuntas dan telah membawa banyak korban.

Bila pendidikan dijadikan tumpuan untuk membangun karakter bangsa unggulan, sementara sistem besar yang menjadi pilar tegaknya pendidikan ini berorientasi pada sekularisme dan kapitalisme, akankah berhasil? Jawabnya tentu tidak, tumpuan ini begitu rapuh. Orientasi pendidikan sudah dibalut kepentingan ideologi kapitalistis. Bagaimana bisa dilawan dengan gerakan moral yang berbasis pada pilar bangsa yang nyatanya juga sekuleris? Pencanangan pendidikan karakter kebangsaan, di samping tidak akan menyelesaikan persolaan juga menjadi bukti adanya upaya pelanggengan idiologi sekulerisme di negeri ini. Pendidikan yang selama ini menjadi pintu masuknya pemahaman justru makin terkuasai oleh sekulerisme.

Pendidikan karakter kebangsaan kontra produktif dengan semangat kembali kepada Islam Kaffaah. Sebab, dalam beberapa sisi, pilar-pilar kebangsaan Indonesia secara sengaja mengarahkan pengembannya untuk lebih mencintai negara melebihi kecintaan kepada Allah SWT. Padahal Allah SWT telah memperingatkan:
“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (TQS. At Taubah [9]:24)
Begitu pula Allah SWT telah melarang kaum muslim mengikuti hukum yang tidak berbasis pada ideologi Islam alias hukum jahiliyah, dan sebaliknya memerintahkan untuk menerapkan Islam secara sempurna.

Allah SWT berfirman :
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (TQS. Al Maidah [5] : 50)
Membangun pendidikan karakter kebangsaan hanyalah upaya tambal sulam dari rusaknya sistem kehidupan yang sekuler. Sungguh, hal itu tidak akan memperbaiki persoalan, justru menambah persoalan baru karena mengokohkan sekulerisme -idiologi yang bertentangan dengan Islam.

Karakter Kepribadian Islam
Karakter kebangsaan bukanlah karakter generasi pembangun bangsa yang shohih, yang mempunyai visi dan misi mengubah negeri menjadi maju, beradab dan kuat. Sesungguhnya yang dibutuhkan oleh generasi ini adalah pendidikan berbasis karakter yang shohih. Dalam hal ini, Islam sebagai agama yang pernah membangun sebuah peradaban maju telah memberikan aturan membangun pendidikan yang shohih. Pendidikan yang dibangun oleh Islam terbukti menghasilkan generasi yang mampu membangun peradaban maju dan kuat.

Sistem pendidikan Islam tersebut menitik beratkan pada terbentuknya karakter kepribadian Islam, bukan semata-mata pembelaan kepada bangsa. Pendidikan yang bertujuan membentuk karakter kepribadian Islam tentu berbeda dengan karakter kebangsaan. Sebab, karakter kepribadian Islam dibangun berdasarkan aqidah Islam. Yang dihasilkan adalah generasi yang memiliki sudut pandang dan pemikiran yang shohih (Islami) dan sikap atau perilaku yang tidak menyimpang dari aturan Sang Khalik. Hal ini sangat penting, mengingat kunci dari semua persoalan bangsa adalah benarnya (shohihnya) aturan dan kebijakan yang diterapkan, dan itu dapat
terwujud hanya melalui proses pendidikan yang shohih.

Pendidikan Islam tidak saja menghasilkan generasi yang benar dalam sikap dan pemikiran, namun juga semangat yang tinggi dalam menguasai ilmu-ilmu terapan (ilmu pengetahuan dan teknologi). Hal ini sangat penting untuk membawa bangsa keluar dari krisis multidimensi yang disebabkan oleh lemahnya penguasaan iptek sehingga bergantung pada negara asing.

Pendidikan Islam tidak akan mencetak generasi yang anarkis, meski untuk melawan kedholiman penguasa sekalipun. Sebab, aqidah dan syariah Islam telah menetapkan metode yang shohih untuk membangun negara, peradaban dan masyarakat. Bukti atas majunya bangsa yang menerapkan pendidikan Islam telah terukir dalam sejarah panjang kehidupan Daulah Khilafah Islamiyyah sejak Rasulullah Saw mendirikannya di Madinah hingga kelemahannya di abad 19 M. Sungguh, kaum muslim terdahulu telah menerapkannya, hanya saja mereka kini telah dibutakan oleh sistem kufur yang menutupi keluhuran sistem pendidikan Islam tersebut.

Penutup
Sudah saatnya bangsa ini berpikir untuk melahirkan generasi yang memiliki kepribadian Islam melalui sistem pendidikan Islam. Inilah satu-satunya solusi untuk mengatasi berbagai persoalan menyangkut kualitas generasi. Memang, semua itu tidak mudah dilakukan, sebab sistem pendidikan Islam akan sempurna diterapkan dalam wadah negara Khilafah Islam.
Umat Islam secara keseluruhan harus mencurahkan segenap tenaganya untuk mewujudkan tatanan kehidupan Islam. Itu semua dilakukan demi menyambut seruan Allah SWT, “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu…” (TQS. Al Anfaal [8]:24).

Kamis, 07 Juli 2011

Bidadari Dunia

Banyak sekali yang terjadi dalam hidup ini...
ada suka, ada duka, ada menyenangkan, ada menyakitkan...
tapi satu hal yang bisa kita ambil, bahwa apapun rasanya kita tengah mengumpulkan kristal berharga dalam hidup..

Kristal yang kita ambil dalam setiap perjalanan hidup kita dengan susah payah..
Kita ambil satu persatu, lalu dimasukkan dalam saku kantong kita..
Hingga kelak kita bisa nikmati keindahan dan kemilau kristal kita itu..

Subhanallah..
begitu pun dakwah...
dakwah adalah nafas kita, dakwah adalah bagian hidup kita, dakwah adalah hal yang tak bisa kita lepaskan dalam perjalanan hidup kita...

Adalah kenikmatan yang luar biasa tergabung dalam barisan dan jamaah dakwah...
Sungguh, kenikmatan yang tak bisa terungkap dengan untaian kata...
Selalu berharap untuk menjadi mutiara umat dan bidadari dunia, berharap untuk menjadi bintang gemintang yang selalu bercahaya di antara bintang-bntang yang lain...

Setiap tempaan hidup senantiasa menjadi pencerah keimanan, cahaya kegelapan, sehingga kekufuran akan lenyap dengan cahaya yang selalu dipancarkan pengemban dakwah...

Berharap untuk selalu menjadi bidadari dunia, melangkah dengan penuh kemantapan, dan keikhlasan, menyonsong sebuah harapan yang selalu terhujam dalam dadanya...
Setiap yang dihadapinya selalu memperkuat imannya kepada Sang Pencipta, mengokohkan langkahnya dengan sebuah keyakinan Nashrulloh segera tiba...

ya, itulah sosok bidadari yang tak pernah putus asa menghadapi setiap tantangan dakwah, karena baginya ridho Alloh di atas segalanya...
Hingga dia bisa menatap dunia rimbun dengan naungan Islam, kesejahteraan Islam bisa dirasakan, dan menikmati bendera Islam berkibar di seluruh penjuru dunia...

Subhanalloh...
begitulah pengemban dakwah sejatinya yang tak lain adalah bidadari dunia...
selalu optimis, tak gentar dengan apapun jua, karena Alloh tujuan abadi...
keep fight for Khilafah!!!

Jumat, 01 Juli 2011

Mentari, Samudra dan Hujan

Mentari....
Semua orang tahu jika mentari selalu memancarkan sinarnya dan menerangi dunia. Mentari menyambut semua orang di pagi hari dengan ceria. Tak peduli apakah orang2 itu sehat, sakit, kaya, miskin, laki-laki, perempuan, tua, muda, sedang bahagia atau bermasalah atau dengan sejumlah perbedaan lainnya. Tapi mentari selalu tersenyum manis, memberikan kehangatan sinarnya di pagi hari. Memberi energi positif kepada siapapun di pagi hari. Tak terbayang jika mentari tak menyambut kita di pagi hari, apa jadinya? Malas beraktifitas, bad mood atau bahkan tak bersemangat jalani apapun. Jika sudah seperti itu, maka kita begitu merasakan pentingnya kehadiran mentari di sisi kita. Tapi kadang, karena mentari selalu muncul di pagi hari, dianggap sebagai suatu hal yg biasa padahal keberadaannya luarr biasa. Tapi mentari tak peduli apa dan bagaimana respon orang. Dia selalu ada, selalu tersenyum, selalu memberikan kehangatan kepada siapapu. Yaa.. inilah mentari yang kehadirannya kita butuhkan dan selalu dinantikan...
Samudra....
Samudra begitu luas.. membiarkan siapapun mengarunginya. Siang malam, hujan atau pun panas terik, samudra tetaplah luas, tetap terbentang dan tetap lapang. Samudra yang luas memberikan kesempatan kepada siapapun untuk menikmati keluasannya, menyuguhkan “hidangan lezat” Sang Pencipta, membuat siapapun yg melihatnya takjub dan kagum pada Pelukisnya yaitu Alloh. Samudra memberikan kenyamanan kepada siapapun yang meilhatnya. Membuat dada yg sesak menjadi lega, menjadi mata yg sempit menjadi terbuka lebar manyapu semua pemandangan yg luas. Samudra yang tetap tenang dan bersatu dengan mentari menyuguhkan pemandangan yang luar biasa. Baik saat mentari datang di pagi hari ataupun saat mentari tenggelam.
Hujan....
Hujan dinantikan setiap orang. Air yang turun ke tanah dengan aromanya yg khas membuat siapapun yang menciumnya merasa begitu nyaman. Hujan menenangkan siapapun. Bunyinya yang khas terasa begitu indah terdengar di telinga. Menjadi orkestra alam yang menakjubkan. Jika lama tak turun hujan, maka banyak orang resah, khawatir, karena air sumber kehidupan kedua. Saat turun hujan, orang pun besorak, menunjukkan syukurnya kepada Sang Pencipta. Saat air turun ke bumi, kesejukkan begitu terasa. Meredam insan yang sedang panas hatinya. Menjernihkan pikiran insan yang sedang kalut. Memberikan kenyamanan hati pada insan yang sedang galau. Inilah hujan, yang kehadirannya selalu dinantikan dan dirindukan. Membasahi daun-daun yang kering dan membuatnya hijau kembali.
Mentari, samudra dan hujan adalah simbol bagi 3 sahabat perjuangan, yang selalu bersama untuk saling menguatkan, selalu ada untuk mengokohkan satu sama lain, dan selalu melangkah bersama menggapai tujuan yang mulia. Ketulusan dan kesolidan ketiganya menjadi kekuatan untuk terus merajut perjuangan Islam. Saat salah satu diantara ketiganya tak ada, seolah ada yang terhempas dan ada yang hilang. Namun ketikapun ketiganya tak bersatu lagi, perjuangan harus tetap dijalankan tak boleh ditinggalkan. Karena perjuangan ini hanya untuk Alloh saja.
Sungguh, saat sekarang ketiganya tak bersatu lagi karena dipisahkan ruang dan waktu, ada sesuatu yang hilang dari hati, dan merindukan masa-masa kebersamaan silam. Yaa inilah persahabatan karena Alloh, persahabatan yang muncul karena perjuangan di JalanNYA. Sekarang aku hanya bisa berdoa, semoga antunna dimanapun berada tak pernah melupakan persahabatn yang kita jalin. Selalu menyelipkan namaku dalam doa antunna. Semoga mentari pagi hari selalu mengingatkan antunna kepadaku. Begitupun aku yg selalu ingat antunna jika melihat dan merasakan hujan ataupun samudra. Kehadiran antunna bagitu aku rindukan. Kelapangan dan keluasan samudra begitu teringat jelas, saat samudra memaafkan dan bijak menyikapi setiap permasalahan. Kata-kata hujan yang membasahi setiap relung hati, menggugah dan mampu membuat siapapun berkontemplasi dengan untaian katanya. Aku benar-benar merindukan masa-masa seperti dulu lagi. Semoga Alloh selalu melindungi antunna dimanapun dan dalam kondisi apapun. Mentari hanya berharap agar samudra dan hujan selalu dikuatkan dan dikokohkan dalam setiap langkah perjuangan Islam dan Khilafah... Allohu Akbar..
-sahabat yg merindukanmu dan mencintaimu karena Alloh-

Kontemplasi Isra Mi’raj

Semua umat islam rasanya sudah tidak asing lagi dengan momen Isra Miraj. Tapi nampaknya makna dari mukjizat ini harus terus diperdalam karena sudah mulai asing di tengah masyarakat. Bagaimana tidak? Perayaan demi perayaan terlewati begitu saja tanpa ada penghayatn dan tanpa ada perubahan. Jadi sejatinya kita sejenak berkontemplasi untuk lebih memaknai momen ini.
Semua tahu jika Isra Miraj adalah momen diturunkannya perintah shalat untuk umat Islam. Tapi apakah kita sudah memahami bahwa dalam peristiwa Isra Miraj, rasululloh telah menunjukkan pengorbanannya sehingga shalat diperintahkan 5x untuk umat Islam. Rasululloh diberi gambaran kehidupan dunia pun dahsyatnya adzab Alloh. Sejatinya itu bisa menjadi bahan tafakur kita. Bahwa dunia ini hanyalah tempat persinggahan kita, yg kita sedang menuju tempat tinggal kita yg abadi. Namun tak semua pahami ini. Peringatan Isra miraj berlalu begitu saja, permasalahan terus bertambah, dan umat islam semakin abai dengan perintah Alloh dan sunnah RasulNya.
Inilah potret memilukan umat Islam. Terlalu terhanyut dengan kehidupan dunia. Menutup telinga dan mata dari ayat-ayat Alloh. Menutup hati dari seruan untuk kembali meneladani Rasul. Entah bagaimana jadinya jika Rasul hadir di tengah2 kita saat ini. Melihat umat yg dicintainya lupa pada perintahNya dan terlena dengan suguhan dunia. Betapa sedihnya Rasul, jika melihat umatnya yg diucapkannya saat sakaratul maut justru lupa pada sunnahnya.
Isra miraj sejatinya bisa kita jadikan momentum untuk terus berkontemplasi, sudah sejauh mana kita mencintai rasululloh. Sudah sedalam apa kita mencintai Rasul dan membuktikan cinta kita. Saudaraku hidup adalah anugrah, tapi tidak untuk disia-siakan. Hidup adalah berkah tapi bukan untuk dilewati begitu saja. Marilah kita dalami makna Isra Miraj bahwa sungguh manusia adalah hambaNYa yg dhoif yg hanya dan hanya bergantung kepada Alloh saja, bukan yg lain. Bentuk ketergantungan kita adalah dengan semakin menjalankan aturanNya yg sudah tersaji untuk kita. Alloh menunjukkan kasih sayangNYA keada kita dengan aturan ini. Tapi apakah kita akan tetap abai dengan titahNYA? Sungguh, jika kita masih seperti itu maka merugilah kita.
Saudariku mari kita sama2 manfaatkan momen ini untuk terus mengisi hidup ini dengan perjuangan Islam, taat pada perintahNya dan terus memperjuangkan islam sebagai wujud kecintaan kita kepada Rasul. Sungguh, kebahagiaan bagi kita saat bisa merasakan indahnya hidup dalam naungan Islam. Sungguh anugrah besar bagi kita saat kita diberi kesempatan untuk terus bekorban di JalanNYa karena perjuangan ini. Sungguh kenikmatan bagi kita saat mencoba menyampaikan dan menyeru Islam ke tengah-tengah masyarakat. Keyakinan kita semakin kuat bahwa Alloh akan memenuhi janjiNYA dengan memenangkan agamaNYA.
Lantas apa yg masih membuatk kita terlena? Apa yg masih membuat kita tertidur? Bangunlah wahai saudaraku, kita satukan langkah, kuatkan genggaman tangan kita untuk terus memperjuangkan Islam dan menegakkan Khilafah Islamiyah. Karena sungguh itulah wasiat Rasul yg harus kita tunaikan. Bersiaplah.. Allohu Akbar!!!