Rabu, 23 Mei 2012

Momen besar pendetailan model negara terbaik yang menyejahterakan...

Konferensi Tokoh Umat 1433

Mengundang para tokoh se-Jawa Barat untuk menyatukan langkah menegakkan model negara terbaik, yaitu KHILAFAH ISLAMIYAH!!!

Minggu, 13 Mei 2012

Alhamdulillah Seminar Guru Muslimah telah diselenggarakan hari ini. Sebanyak 50 guru se-Bandung Raya dan sekitarnya antusias mengikuti acara dari awal sampai akhir. Menghadirkan pemateri DR. H. Fahmy Lukman, M.Hum, beliau adalah Ketua Konsentrasi General Linguistic Program Doktor dan Magister Pascasarjana, Fakultas Ilmu Budaya Unpad. Beliau menyoroti kualitas proses belajar yang kurang baik. Guru seringkali mengajar (teaching) dengan mengajarkan hafalan pada siswa tanpa diajak berpikir sehingga siswa hanya akan menghapalnya saja (memorizing and remembering). Setelah ujian atau tes berlangsung maka siswa segera melupakannya (forgeting) sehingga tidak akan mendapatkan apa-apa (Nothing). Inilah gambaran proses belajar dan kualitas pendidikan saat ini. Semua itu tidak lain disebabkan penerapan sistem Kapitalisme Sekulerisme. Oleh karena itu beliau mengajak para guru agar segera melakukan perubahan yaitu dengan menerapkan Syariat Islam secara kaffah termasuk dalam bidang pendidikan. Pendidikan dalam sistem Islam bertujuan untuk menanamkan aqidah Islam sebagai aqidah aqliyah dan siyasiyah, menjadikan Aqidah Islam sebagai world view dan point of view dalam bertindak dan penguasaan tsaqofah Islamiyah dan sains-teknologi (teori dan terapan) sebagai sarana peningkatan ibadah. Dengan pendidikan yang berkualitas inilah maka akan terwujud generasi-generasi cemerlang.Semoga semakin menguatkan langkah kita semua dalam perjuangan penerapan syariat Islam menuju negeri yg berkah dan diridhoi-Nya. Aamiin

Jumat, 04 Mei 2012

JADI REMAJA MUSLIM BERPRESTASI? MAU DONG….

Ujian Nasional (UN) telah berakhir. Semua terasa sangat lepas karena selama ini mereka telah belajar setengah mati maupun setengah hidup. Pelajar lain yang tidak mengikuti UN juga tengah berjuang agar mereka bisa naik kelas. Di sisi lain, juga ada remaja yang berusaha meraih prestasi non-akademik dengan mengikuti lomba-lomba mulai tingkat sekolah hingga internasional. Banyak alasan kenapa akhirnya para pelajar berusaha setengah mati maupun hidup untuk meraih nilai UN terbaik atau ingin naik kelas atau meraih prestasi non akademis lainnya. Mulai dari ingin meraih sekolah terbaik di jenjang berikutnya, ingin membahagiakan orangtua, ingin lebih baik dari teman-temannya bahkan ingin meraih pujian dari orang-orang disekelilingnya. Berbagai alasan yang ada, tidak jarang akhirnya membuat pelajar rela melakukan hal-hal curang. Sebagai contoh, isu kebocoran kunci jawaban UN kian santer seiring berakhirnya pelaksanaan UN. Menjadi muslim berprestasi adalah hal yang sangat dianjurkan oleh Allah SWT. Bukankah Allah SWT berfirman “... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadilah :11)”. Ayat ini seharusnya bisa menjadi motivasi bagi para pelajar untuk dapat meraih tempat terbaik di sisi Allah SWT. Prestasi karena Allah SWT Prestasi bukanlah sekedar mendapatkan penghargaan dan pujian, Prestasi bukan hanya pada nilai mata pelajaran yang tinggi/kelulusan, kekayaan, tampilan fisik, ataupun memenangkan berbagai kejuaraan. Prestasi yang hakiki adalah meraih prestasi di dalam seluruh aspek kehidupan dengan standar Islam yaitu di ridhoi Allah SWT dan orangtua. Meraih kesuksesan, kemenangan, keberhasilan karena sesuai dengan aturan Allah SWT (bukan melakukan kemaksiatan) dan dilaksanakan dengan ikhlas (bukan untuk mendapatkan imbalan manusia). Dari penjelasan diatas, kita bisa mulai menilai diri apakah selama ini nilai yang kita raih dengan cara kejujurankah? Apakah kebanggaan atau pengakuan dari manusia saja yang ingin kita dapatkan? Atau mungkin meraih prestasi pada lomba-lomba yang tidak diperkenankan dalam Islam? Karena tentu saja Allah SWT tidak akan Ridho dan dengan apa yang telah kita dapatkan dan hanya akan berujung pada kesia-siaan. Karakter remaja prestatif Well, jadi bagaimana seharusnya karakter remaja prestatif itu? Pertama, tentu saja berkepribadian Islam yaitu remaja yang menjadikan aqidah Islam sebagai dasar untuk berpikir dan bertingkahlaku. Jadi, sebagai contoh, remaja muslim prestatif bisa mengetahui, bahwa dengan mengikuti kontes kecantikan yang menampilkan aurat mereka dan berlenggak lenggok pada pria yang bukan mahromnya adalah hal yang tidak diridhoi oleh Allah SWT. Kedua, remaja muslim prestatif adalah seorang yang cerdas. Sebuah hadits mengatakan bahwa orang yang cerdas adalah orang yang dengan baik menyiapkan akhiratnya. Nah, untuk menyiapkan dengan baik akhirat kita berarti kita harus punya bekal yang cukup. Kita diminta Allah SWT untuk memaksimalkan potensi akal yang ada pada diri kita. “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam banyak dari jin dan manusia. Mereka mempunyai akal tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah)..”(TQS Al-A’raaf : 179). Pastinya remaja muslim ingin dong masuk ke surga Allah SWT yang tiada tara bandingannya. Oleh karena itu, kita gunakan akal kita untuk hal yang benar, dengan memahami hakikat hidup kita serta menjalankan aktiitas didunia ini dengan standar yang sangat mudah yaitu Ridho atau tidaknya Allah SWT pada keputusan yang kita ambil dari proses berpikir kita itu. Remaja cerdas bukanlah mereka yang males “mikir” atau mereka yang berkata “ah berat mikirin begituan”. Remaja cerdas itu senantiasa melakukan aktifitas berpikir yang direalisasikan dalam perbuatan untuk mencapai tujuan dan target dengan cepat cermat dan tepat. Ternyata kita bisa loh mengasah kecerdasan kita. Kita belajar peka terhadap kejadian lingkungan, mencari tahu apa yang menyebabkan kondisi yang terjadi, berani memberikan penilaian dan mengambil sikap berdasarkan standar Islam tentunya. Agar kita tahu bagaimana Islam memberikan penilaian, ya tentu saja mau tidak mau kita harus mencari tahu sebanyak-banyaknya. Sampai kapan dan seberapa banyak? Ya sampai kita menuju liang lahat tentunya.... Ketiga, mereka adalah remaja yang berani membela yang benar; menyampaikan kebenaran sekalipun pahit, berani mengambil keputusan dan berani mengakui kesalahan untuk diperbaiki. Selain itu mereka siap menanggung resiko, dikoreksi dan menjalankan amanah secara serius dan sungguh-sungguh juga yang tidak kalah penting mereka siap dipimpin oleh siapapun dan siap memimpin bila diminta kapanpun. Mereka yang prestatif ketika Remaja ‘Aisyah r.a. Beliau cantik lahirnya, sopan tutur katanya, dan lembut perilakunya, cerdas, menguasai berbagai bidang ilmu seperti fikih, hadis, tafsir, ilmu syariat, sastra, syair, kisah-kisah, ilmu genetika, dan kedokteran. Beliau cekatan mendukung perjuangan Rasulullah SAW bahkan juga ikut memperjuangkan Islam bersama Rasul. Contoh lain dalam sebuah kisah, “Suatu malam, al-Faruq radhiallahu ‘anhu memeriksa kondisi rakyat. Tiba-tiba, ia mendengar suara seorang wanita berkata kepada putrinya, “Campurlah susu itu dengan air.” Gadis itu menjawabnya, “Wahai ibuku! Tidakkah engkau mengetahui apa yang ditekankan Amirul Mukminin?” Wanita itu berkata, “Apa yang ditekankan olehnya, wahai putriku?” Dia berkata, “Dia memerintahkan penyerunya untuk berseru, ‘Jangan (mencampur) susu dengan air’.” Wanita itu berkata, “Campurlah susu itu dengan air, lalu campurlah ia dengan air, sesungguhnya kamu berada di sebuah tempat yang kamu tidak akan dilihat oleh Umar, dan tidak pula penyeru Umar.” Dengan tangkas gadis itu menyanggah, “Wahai ibuku! Jika Umar tidak tahu, maka sungguh, Rabb Umar mengetahui. Demi Allah! Aku tidak akan menaatiNya di depan umum lalu mendurhakaiNya di kala sendiri.” Umar yang mendengar kemudian menangis. Betapa mulianya hati anak gadis itu. Remaja Muslim Berprestasi Butuh Dukungan Remaja Muslim yang berprestasi tidak lahir begitu saja, membutuhkan dukungan dari banyak pihak, diantaranya 1. Dukungan Keluarga yang Sakinah Remaja muslim berada dalam asuhan keluarga yang menjadikan Islam sebagai penentu benar-salah dan baik-buruk seluruh aspek kehidpan. Memiliki ibu yang menjalankan fungsi utamanya sebagai Ibu dan Pengatur rumah tangga yang mendidik dan merawatnya dengan cinta – lemah lembut – komunikasi efektif. Memiliki ayah yang menjalankan kepemimpinan dalam rumahtangga secara ma’ruf, bertanggung jawab dan adil . Remaja muslim bersama orangtua nya akan bersama-sama terlibat aktiv melakukan amar ma’ruf nahi munkar kepada individu – masyarakat dan negara (aktivitas dakwah dan politik) 2. Sekolah yang berkualitas dari system pendidikan yang murah dan berkualitas Sekolah melaksanakan kurikulum yang membentuk karakter output: kepribadian Islam, memiliki tsaqofah Islam dan sains- ilmu untuk menjalani kehidupan dan mempersiapkan diri sebagai pemimpin peradaban. Sekolah memiliki guru yang profesional saat mengajar dan menjadi teladan bagi seluruh anak didik. Sekolah memiliki segala saran-prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar-mengajar baik di dalam kelas maupun luar kelas • Sistem yang Cemerlang yaitu Khilafah Islamiyah Sistem yang mampu memberi jaminan bagi remaja untuk bisa berprestasi dalam berbagai hal hanyalah Sistem Khilafah Islam, yaitu system yang berasal dari Allah SWT yang dibawa oleh Rasulullah SAW dan di laksanakan oleh para sahabat dan kaum muslimin selama 14 abad. Khilafah Islam memposisikan setiap remaja sebagai warganegara berhak mendapatkan pemenuhan layanan publik seperti: pendidikan, kesehatan dan jaminan keamanan. Negara/Khilafah Islam sebagai penanggung jawab utama dalam pemenuhahan kebutuhan layanan public. Negara memberikan pelayanan publik secara murah dan berkualitas. Negara memberikan jaminan pemeliharaan aqidah dan penjagaan moral. Negara mengharuskan setiap warganegaranya menempuh pendidikan dasar sampai menengah secara cuma-cuma dan berkualitas. Bagi yang memiliki kemampuan, berhak untuk melanjutkan kuliah dengan berbagai jurusan (Akademi dan PT) secara cuma-cuma dan berkualitas. Berhak mendapatkan layanan kesehatan (termasuk seluruh anggota keluarganya) secara cuma-cuma dan berkualitas. Adanya jaminan mendapatkan pekerjaan bagi setiap laki-laki dewasa (ayah atau wali)yang memadai untuk memenuhi kebutuhan nafkah anggota keluarganya. Mendapatkan jaminan keamanan (dari tindakan kriminal, gangguan orang usil, dll) secara cuma-cuma. Memiliki kesempatan untuk terlibat dalam aktivitas politik: melakukan amar ma’ruf bagi penguasa dan memilih penguasa. Berkarya dalam berbagai bidang dengan disediakannnya berbagai fasilitas dan sarana yang dibutuhkan (saintis – ilmuwan, faqihfiddin, profesionalitas, dll Pentup Saat ini, negara kita yang kian terseok-seok semakin menunjukkan kelemahannya melindungi warganya termasuk remaja. Oleh karena itu, tidak ada pilihan bagi para remaja untuk turut serta peduli terhadap kondisi masyarakat dengan ikut serta memperjuangkan Islam yang akan segera tegak dalam waktu dekat. Janji Allah SWT sangatlah nyata. Islam akan bangkit kembali dengan atau tanpa kontribusi kita. Apakah kita mau menyia-nyiakan kesempatan ladang pahala itu? Mari menjadi remaja yang SMART with Islam, bukan yang lain. Allahu a’lam. @smartwithISLAM

“Khilafah, Melahirkan Generasi Cemerlang dengan Pendidikan Berkualitas”

Kapitalisme Melahirkan Generasi yang Rusak Menyedihkan! Saat ini mata kita selalu disajikan berbagai menu kerusakan generasi. Lihatlah di berbagai media. Penyalahgunaan narkoba, tawuran, konser-konser musik yang menghambur-hamburkan uang dan kerapkali diiringi kebrutalan, minum-minuman keras, kehidupan campur baur, eksploitasi wanita, menjajakan aurat bak hewan hingga perilaku seks bebas, semua tak pernah absen dari pemberitaan media. Bahkan di tengah-tengah pengumuman kelulusan tingkat SMA dan sederajat, sebagian para pelajar meluapkannya dengan tindakan tak terpuji. Aksi corat-coret baju seragam sekolah, kebut-kebutan motor, bahkan sebagian siswi peserta konvoi ada yang beraksi dengan menyobek rok dan baju seragamnya dengan memperlihatkan auratnya dengan penuh kebanggaan. Rusaknya moral kalangan remaja semakin memiriskan hati, saat data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada 2010, menunjukkan 51 persen remaja di Jabodetabek telah melakukan seks pra nikah. Kehidupan malam yang dilakukan sebagian remaja ditengarai sebagai penyubur aktivitas seks bebas ini. Potret buram generasi seperti di atas merupakan buah dari penerapan sistem Kapitalisme yang yang telah mendominasi dunia secara global termasuk pada negeri-negeri muslim. Kapitalisme menancapkan hegemoni dalam seluruh nadi kehidupan termasuk dalam sistem pendidikan. Pendidikan dalam sistem kapitalisme telah menjadikan Sekulerisme (pemisahan agama dalam kehidupan) sebagai azas bangunan sistem pendidikan. Azas ini telah memposisikan agama sebatas perkara ritual dan moral belaka yang cukup diajarkan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan durasi 2 jam dalam seminggu. Sehingga wajar bila keimanan dan ketaqwaan yang diharapkan semakin jauh bahkan menghilang. Sistem pendidikan ini mengusung HAM yaitu pemahaman kebebasan mutlak bagi manusia dalam memilih agama/keyakinan yang dianut atau tidak memiliki keyakinan sama sekali, mengeluarkan pendapat dengan standar benar-salah/baik-buruk dengan akal manusia, berperilaku secara bebas mengumbar hawa nafsu atas nama ekspresi dan kebebasan memiliki segala sesuatu yang diinginkan dengan menghalalkan segala cara termasuk menzhalimi yang lemah. Semuanya ditanamkan pada seluruh level pendidikan. Kapitalisme juga telah memposisikan pendidikan sebatas menghasilkan produk tenaga kerja dengan nama daya saing untuk mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Wajar bila pendidikan dalam bingkai kapitalisme akan melahirkan produk-produk SDM yang mengagungkan kebebasan tanpa batas, individualistis tanpa empati, hedonis tanpa tanggung jawab, berorientasi kepada eksistensi dan kebahagiaan materi semata yang akhirnya akan melahirkan potret buram generasi yang tidak akan pernah berhenti sampai peradaban itu akan hancur dengan sendirinya. Khilafah Islam Melahirkan Generasi Cemerlang Potret yang kontras kita temukan pada sistem Khilafah Islamiyyah. Dalam suasana “krisis” paceklik, Khalifah Umar bin Khaththab (satu di antara empat sahabat utama Rasulullah Saw) justru mengutamakan kemunculan sumber daya manusia yang cemerlang. Beliau menyebutkan Mu’adz bin Jabal, Salim Maula Abu Hudzifah dan Abu Ubaidah. Rasulullah Saw menggambarkan kualitas Muadz bin Jabal dalam sabdanya: “Ummatku yang paling tahu tentang halal dan haram adalah Muadz bin Jabal”. Adapun Salim Maula Abu Hudzaifah, Khalifah Umar pernah memuji: “Kalau Salim masih hidup, maka dialah yang layak menjadi penggantiku”. Sedangkan Abu Ubaidah, beliau adalah ahli strategi perang yang teruji dalam peristiwa-peristiwa bersejarah, yang dikenal sebagai amirul umara atau panglima besar. Rasulullah pernah memujinya: “Setiap umat mempunyai seorang “amin”(kepercayaan), Abu Ubaidah bin al-Jarah adalah “amin” umat Islam”. Suatu hal yang menarik, Khalifah Umar (sebagai kepala negara pada saat itu) senantiasa berharap adanya SDM yang berkualitas di negaranya, karena keberadaan mereka pasti akan memberi kontribusi positif dalam terselenggaranya pengaturan urusan umat oleh suatu negara. Figur Mu'adz bin Jabal adalah salah satu contoh keberhasilan Khilafah Islam dalam menghasilkan generasi cemerlang. Yaitu menghasilkan individu yang berkapabilitas tinggi dan layak dinobatkan menjadi Hakim Agung Negara padahal usianya masih relatif muda,yaitu 18 tahun. Karakter beliau sangat gamblang diceritakan dalam beberapa hadits, diantaranya: beliau memiliki otak yang terlatih baik dan logika yang menawan serta memuaskan lawan, yang mengalir dengan tenang dan cermat. Dan dimana saja, kita jumpai namanya di celah-celah riwayat dan sejarah, kita dapati ia sebagai yang selalu menjadi pusat lingkaran. Dimana ia duduk selalu dilingkungi oleh manusia. Ia seorang pendiam, tak hendak berbicara kecuali atas permintaan hadirin. Dan jika mereka berbeda pendapat dalam suatu hal, mereka pulangkan kepada Mu'adz bin Jabal untuk memutuskannya.(Khalid Muh Khalid, Karakteristik Kehidupan 60 Sahabat Rasululullah). Khilafah Islam tidak hanya mencetak generasi cemerlang dari kalangan laki-laki semata, tidak ketinggalan perempuan juga memiliki kesempatan untuk menjadi generasi cemerlang. Aisyah r.a. muslimah yang satu ini memang luar biasa. Rasulullah saw. menjulukinya "Humaira" (Si Jelita yang kemerah-merahan pipinya). Bahkan, ia tak hanya cantik lahirnya, sopan tutur katanya, dan lembut perilakunya, tetapi juga dikenal sebagai wanita yang smart (cerdas) dan pandai sehingga menjadikannya termasuk al-mukatsirin (orang yang terbanyak meriwayatkan hadis). Disebutkan, muslimah yang wafat pada usia 63 tahun ini telah meriwayatkan sebanyak 2210 hadis: 297 di antaranya tersebut dalam kitab shahihain dan yang mencapai derajat muttafaq `alaih 174 hadis. Selain itu`Aisyah juga menguasai berbagai bidang ilmu: fikih, hadis, tafsir, ilmu syariat, sastra, syair, kisah-kisah, ilmu genetika, dan kedokteran. Bahkan aisyah dengan sigapnya mendukung perjuangan Rasulullah SAW bahkan juga ikut memperjuangkan Islam bersama Rasul yang telah membawa perubahan didunia ini hingga akhirnya Rasul wafat di pangkuan Aisyah. Khilafah Islamiyah telah terbukti menghasilkan generasi cemerlang yang siap membangun kehidupan masyarakat yang lebih bermartabat. Mereka senantiasa maju ke depan untuk memberikan yang terbaik bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kekhasan yang ada pada mereka (pribadi Islam yang menguasai tsaqofah Islam dan sainstek) memiliki daya tarik yang maha dahsyat bagi umat dibelahan bumi manapun. Ini telah terbukti saat Eropa masih dalam era kegelapan dan ketertinggalam, Khilafah Islam telah menghantarkan kemajuan yang luar biasa pada masanya dan menjadi rujukan manusia dari belahan bumi lainnya. Cukuplah pengakuan dari Robert Briffault dalam Buku “Making of Humanity” sebagai bukti. Ia menyatakan: “Dibawah kekuasaan orang-orang Arab dan Moor( kaum Muslimin) kebangkitan terjadi, dan bukan pada abad ke-15 Renaissance sesungguhnya berlangsung. Spanyol-lah tempat kelahiran Eropa, bukan Italia. Setelah terus menerus mengalami kemunduran, Eropa terperosok ke dalam masa kegelapan, kebodohan dan keterbelakangan. Sedangkan pada saat yang sama,kota-kota Sarasin (kaum Muslimin) seperti Baghdad,Kairo,Cordova dan Toledo menjadi pusat-pusat peradaban dan aktivitas pendidikan. Di sanalah kehidupan baru muncul dan berkembang menuju tahap baru evolusi umat manusia. Sejak saat pengaruh kebudayaan mereka mulai dirasakan, sampai kemudian menggerakkan roda kehidupan. Melalui para penerusnya di Oxford (yaitu penerus kaum Muslim di Spanyol), Roger Bacon belajar bahasa Arab dan ilmu-ilmu Arab. Bukanlah Roger Bacon atau orang-orang yang sesudahnya yang berhak menyandang penghargaan karena telah memperkenalkan metode eksperimental. Roger Bacon tidak lebih hanyalah salah satu orang yang mempelajari ilmu penge tahuan dan metode milik kaum Muslim untuk kepentingan orang Kristen-Eropa; dan dia tidak pernah jemu mengatakan bahwa Bahasa Arab dan Ilmu pengetahuan kaum Muslim merupakan satu-satunya jalan bagi para koleganya untuk mendapatkan pengetahuan yang sejati. Perdebatan mengenai siapa sesungguhnya yang menemukan metode eksperimental… merupakan salah satu wujud ketidakpahaman kolosal dari para pendiri peradaban Eropa. Sejak masa Roger Bacon , metode eksperimental milik kaum Muslim telah tersebar luas dan dimanfaatkan secara antusias di seluruh Eropa” (Robert Briffault,”The Making of Humanity”London.1938). Khilafah Islamiyah Model Cemerlang Mewujudkan Pendidikan Berkualitas Sejak awal Islam telah berusaha mengusap predikat yang hina dari pelipis umat yang mulia ini, dengan cara mengharuskan setiap Muslim menuntut ilmu dan belajar. Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim” Dalam hadits lain dikatakan: “Jadilah kamu sebagai orang yang alim atau orang yang menuntut ilmu, atau sebagai orang yang mendengarkan (ilmu) atau yang cinta (terhadap ilmu), akan tetapi janganlah kalian menjadi orang yang kelima (orang yang bodoh) nanti kalian akan binasa” Oleh karena itu di dalam Khilafah Islam tidak akan muncul peluang timbulnya kebodohan di kalangan umatnya, sebab Allah SWT mewajibkan kepada setiap Muslim untuk menuntut ilmu dan membekali dirinya dengan berbagai macam ilmu pengetahuan untuk keperluan kehidupannya serta keperluan hidup umatnya. Negara wajib memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya melalui pengajaran ilmu pengetahuan yang diperlukan oleh setiap individu dalam setiap bidang kehidupan. Maka syara' telah menetapkan bahwa negara yang secara langsung menjamin pengaturan pemenuhan kebutuhan primer ini . Rasulullah SAW bersabda: "Seorang Imam (khalifah/kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya" (HR.Bukhari dan Muslim). Negara wajib membuka dan membangun sekolah-sekolah dasar, menengah maupun pendidikan tinggi dalam jumlah yang memadai sesuai dengan jumlah rakyat yang akan belajar, baik itu anak-anak maupun orang-orang dewasa yang buta aksara. Kesemuanya bertujuan untuk meningkatkan martabat umat serta mewujudkan kemajuan material dan moral. Dalam Islam, negaralah yang berkewajiban untuk mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan yang diterapkan, bukan hanya persoalan yang berkaitan dengan kurikulum, akreditasi, gaji guru, metode pengajaran, dan bahan-bahan ajarnya, tetapi juga mengupayakan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah. Negara wajib menyempurnakan sektor pendidikan melalui sistem pendidikan bebas biaya bagi seluruh rakyatnya. Dalil yang menunjukkan bahwa pendidikan bebas biaya menjadi tanggung jawab Khilafah Islam, ialah berdasarkan perbuatan Rasulullah SAW dan ijma sahabat. Rasulullah SAW telah menentukan tebusan tawanan Perang Badar berupa keharusan mengajar sepuluh kaum Muslim dan ijma sahabat telah menetapkan tentang penetapan khalifah dalam memberi gaji kepada para pengajar dari Baitul maal dengan jumlah tertentu. Negara Khilafah wajib menyelenggarakan pendidikan berdasarkan apa yang dibutuhkan manusia di dalam kancah kehidupan bagi setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan dalam dua jenjang pendidikan; jenjang pendidikan dasar (ibtidaiyah) dan jenjang pendidikan menengah (tsanawiyah). Negara wajib menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh warga negara secara cuma-cuma. Mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melanjutkan pendidikan tinggi secara cuma-cuma. Negara Khilafah menyediakan perpustakaan, laboratorium, dan sarana ilmu pengetahuan lainnya, selain gedung-gedung sekolah, kampus-kampus, untuk memberi kesempatan bagi mereka yang ingin melanjutkan penelitian dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, seperti fiqh, ushul fiqh, hadits dan tafsir, termasuk di bidang pemikiran, kedokteran, teknik kimia serta penemuan, inovasi, dan lain-lain, sehingga di tengah-tengah umat lahir sekelompok mujtahid, penemu, dan inovator. Sistem pendidikan negara Khilafah disusun dari sekumpulan hukum syara dan berbagai peraturan administrasi yang berkaitan dengan pendidikan formal. Hukum-hukum syara yang berkaitan dengan pendidikan formal terpancar dari akidah Islam dan mempunyai dalil-dalil yang syar'i seperti mengenai materi pengajaran dan pemisahan antara murid laki-laki dan perempuan. Sedangkan berbagai peraturan administrasi di bidang pendidikan merupakan sarana dan cara yang diperbolehkan yang dipandang efektif oleh pemerintah dalam menjalankan sistem pendidikan dan merealisasikan tujuan pendidikan. Peraturan-peraturan administrasi di bidang pendidikan merupakan urusan duniawi yang dapat dikembangkan yang diubah sesuai dengan kondisi. Begitu pula halnya dengan sarana pelaksanaan hukum-hukum syara yang berkaitan dengan pendidikan dan kebutuhan pokok bagi umat, sama dengan dibolehkannya mengambil apa pun yang pernah dihasilkan oleh umat-umat lain, berupa berbagai eksperimen, keahlian, dan penelitian yang hukumnya mubah. Sistem pendidikan formal yang diselenggarakan Negara Khilafah memperoleh sumber pembiayaan sepenuhnya dari Negara(Baitul Mal). Terdapat 2 (dua) sumber pendapatan Baitul Mal yang dapat digunakan membiayai pendidikan, yaitu (1) pos fa'i dan kharaj yang merupakan kepemilikan negara- seperti ghanimah,khumus (seperlima harta rampasan perang), jizyah dan dhariibah (pajak);(2) pos kepemilikan umum seperti tambang minyak dan gas,hutan,laut dan hima (milik umum yang penggunaanya yang telah dikhususkan). Adapun pendapatan dari pos zakat tidak dapat digunakan untuk pembiayaan pendidikan,karena zakat mempunyai peruntukannya sendiri, yaitu delapan golongan mustahik zakat (QS:9:60).(Zallum,1983;an-Nabhani,1990). Biaya pendidikan dari Baitul Mal itu secara garis besar dibelanjakan untuk 2 (dua) kepentingan. Pertama: untuk membayar gaji segala pihak yang terkait dengan pelayanan pendidikan seperti guru, dosen,karyawan,dan lain-lain. Kedua; untuk membiayai segala macam sarana dan prasarana pendidikan, seperti bangunan sekolah,asrama,perpustakaan,buku-buku pegangan, dan sebagainya. Selain menyelenggarakan sistem pendidikan yang berkualitas, Khilafah Islamiyah juga mempermudah pelaksanaan pendidikan yang dilakukan keluarga bagi anak-anak. Karena keluarga merupakan madrasah pertama dan utama bagi anak-anak untuk mendapatkan pendidikan. Keluarga sebagai basis pertahanan kaum Muslimin mampu melahirkan generasi Muslim yang handal yang mampu menangkal segala bentuk serangan terhadap mereka. Oleh karenanya, Islam telah menetapkan bahwa orang tua memiliki peranan besar dalam mendidik dan mengarahkan anak-anaknya. Sabda Rasulullah SAW, “Setiap anak dilahirkan atas fitrahnya, maka kedua orangtuanya yang akan memajusikan, menashranikan atau meyahudikannya” (HR. Bukhori). Dengan demikian orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya baik dengan teladan yang baik, pembiasaan dan pengajaran serta pemberikan sanksi dalam waktu yang diperkenankan jika anak menyalahi aturan Allah. Pendidikan terhadap anak, hendaknya dimulai dengan pengokohan akidah, pengajaran akhlaq yang mulia, pengenalan aturan-aturan bergaul dalam kehidupan sehari-hari seperti perintah menutup aurat, menjaga pandangan, larangan berkholwat dan lain-lain. Bagi keluarga yang lemah dalam memberikan pendidikan bagi anak-anaknya akan mendapatkan bantuan dari Negara dalam bentuk bimbingan maupun konsultasi secara gratis. Selain itu Negara Khilafah juga memberikan jaminan penjagaan aqidah dan moral generasi dengan melindungi mereka dari berbagai macam serangan pemikiran dan tsaqofah yang sesat dan merusak. Khilafah akan bertindak tegas terhadap semua pihak yang melakukan pelanggaran hukum dengan sanksi yang setimpal. Khilafah Islamiyah telah terbukti dan akan terulang kembali mampu melahirkan generasi cemerlang dengan penerapan sistem pendidikan yang berkualitas seiring dengan penerapan sistem yang lainnya, politik, pertahanan, hukum, ekonomi dan lain-lain secara utuh dengan landasan ideologi Islam. Suatu hal yang wajar, suatu saat nanti akan lahir kembali generasi yang cemerlang yang akan mampu mengajak dan memimpin ummat untuk bersama-sama mewujudkan janji Allah SWT yaitu ummat yang terbaik di muka bumi, yang dapat mengalahkan umat-umat yang lainnya, dengan tegaknya negara mandiri untuk selanjutnya menjadi negara pertama yang memimpin peradaban manusia dengan Ideologi Islam. Generasi inilah yang akan menjadi pengendali eksistensi negara pertama yang baru menggantikan Sistem Kapitalisme.
Buletin Remaja
Buletin Remaja

Kamis, 03 Mei 2012

SEMINAR GURU MUSLIMAH

Assalamu'alaikum wr.wb Kepada Ibu-ibu Kepala Sekolah, Wakasek, Guru Agama, Guru BP, Pembina OSIS, Pembina Rohis dan Pembina Keputrian rahimakumullah.. Kami, Muslimah DPD I HTI Jabar mengundang Ibu sekalian untuk hadir dalam acara: Seminar Guru Muslimah, Islam Melahirkan Generasi Cemerlang dengan Pendidikan Berkualitas.. Acara ini sebagai bentuk kepedulian kami terhadap kondisi pendidikan dan generasi saat ini, dan berharap agar segera beralih pada kondisi yg lebih baik tentunya, yaitu dengan menawarkan sistem pendidikan Islam.. Besar harapan kami Ibu bisa menghadirinya... Wassalam

Rabu, 02 Mei 2012

Islam Melahirkan Generasi Cemerlang dengan Pendidikan Berkualitas

Bulan Mei identik dengan bulannya para buruh, pendidik dan aktifis kebangkitan. Tiga momen besar yang selalu kita lewati setiap tahunnya, tanpa ada perubahan signifikan, hanya sebatas euphoria semata. Pun tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional terlewati begitu saja. Kondisi pendidikan Indonesia masih sama, tak jauh dari fasilitas yang minim, sekolah yang nyaris ambruk, geng motor, mahalnya biaya pendidikan terlebih dengan program RSBI yang hanya dirasakan orang kaya saja, kondisi anak sekolah yang mengalami degradasi moral dan segudang permasalahan lainnya. Semakin membuat dada sesak dan kepala cenat cenut. Akan seperti apa generasi kita kelak? Paradigma yang dibangun masyarakat sekarang adalah, “Sekolah untuk Kerja” atau “Sekolah untuk Cari Duit.” Maksudnya, sedari kecil siswa dan siswi diajarkan setelah sekolah harus mencari uang dengan bekerja. Akhirnya saat mereka berada di bangku sekolah, orientasi mereka hanya tertuju pada uang dan uang. Uang bisa didapatkan dengan mudah saat siswa berprestasi. Salah satu indikator siswa berprestasi mencapai nilai tinggi. Walhasil siswa di sekolah hanya mengejar nilai. Tak peduli apakah nilai yang didapatkannya dicapai dengan cara yang halal atau tidak. Inilah yang medorong kecurangan UN terjadi setiap tahunnya. Selain itu, sistem pendidikan kita selalu menonjolkan aspek intelektualitas dan aspek persaingan. Siswa siswi yang dikatakan pintar adalah yang berhasil mendapat peringkat pertama. Siswa pun bersaing untuk mendapatkan gelar dan peringkat itu. Akhirnya antar siswa terjadi persaingan yang cenderung pada ranah kognitif saja tidak mempedulikan nilai afektifnya. Tidak mengherankan saat ada siswa mendapat peringkat pertama tapi kata-katanya kasar, temperamen, atau bahkan pelaku freesex. Belum lagi sistem pendidikan kita yang sangat kering ruhiyah, jauh dari nilai-nilai Islam dan hanya mengalokasikan 2 jam untuk pelajaran agama, itupun dikurangi pengerjaan LKS, ulangan dan sebagainya. Waktu yang sangat terbatas untuk membentengi diri dari arus liberalisasi yang demikian menderas. Inilah output dari sistem pendidikan Kapitalisme yang sangat menafikan peran agama dalam setiap ranah kehidupan termasuk pendidikan
n. Kapitalisme telah gagal dalam mewujudkan generasi cemerlang dan unggul dalam seluruh aspek. Kegagalan Kapitalisme ini karena berdasarkan pada tiga hal diantaranya yaitu pertama, sistem Kapitalisme berdasarkan pada azas Sekulerisme atau pemisahan agama dari kehidupan. Pelajaran di sekolah hanya seputar materi pelajaran yang terkait saja tanpa ditanamkan nilai-nilai keimanan dan aplikasi dalam kehidupan nyata. Contoh, dalam pelajaran eksakta, seringkali guru hanya sebatas mengajarkan faktor penyebab hujan dan mekanisme terjadinya hujan tanpa dikaitkan bahwa hujan turun ke bumi atas kehendak dan seizin Allah. Dan begitu dahsyatnya air hujan bisa menumbuhkan tanaman-tanaman yang ada di bumi yang bisa bermanfaat untuk manusia. Ini bisa menjadi bahan untuk tafakur atau thariqul iman para siswa. Mencapai keimanan dengan proses berpikir yang bisa memperkuat keimanannya pada Allah. Teringat firman Allah SWT; إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(QS. Al Imran:190) Atau saat belajar ilmu sosial, siswa hanya disuguhi berbagai fakta kerusakan di tengah masyarakat, akan tetapi tidak diberikan solusi tuntas untuk mengatasi hal tersebut. Tentunya hal ini terkait dengan pemahaman seorang pendidik juga. Padahal setiap siswa memiliki peran dalam mengubah kondisi bangsa ini untuk menjadi lebih baik. Bukti lain bahwa azas pendidikan kita sekulerisme adalah siswa menggunakan uslub ‘kreatif’ saat ulangan atau ujian. Pendidik tak terlalu mempermasalahkan hal ini. Banyak juga pengawas tidur saat UN kemarin. Seolah-olah Allah mengawasi hanya di masjid atau tempat pengajian saja. Tidak ada ketakutan pada Allah termasuk saat siswa melakukan aksi mesum atau freesex dengan temannya. Masya Allah, Na’udzubillah. Faktor kedua yang menyebabkan Kapitalisme gagal menyediakan pendidikan berkualitas adalah karena Kapitalisme memberikan kewenangan penuh pada manusia untuk mengatur kehidupannya. Manusia bebas untuk membuat aturan sesuai kehendaknya, akhirnya tidak mengindahkan halal dan haram. Kebebasan menjadi dasar dan dalil untuk berbuat. Siapapun bebas untuk mengeluarkan pendapat, berperilaku, beragama dan berkepemilikan. Ketika ada siswa yang berpacaran maka sekolah membiarkannya dengan dalih kebebasan. Walhasil banyak siswa yang melakukan freesex, hamil di luar nikah dan aborsi berawal dari pacaran. Faktor ketiga yaitu, menjadikan tujuan hidup berorientasi pada materi. Di awal tulisan ini sudah disinggung paradigma yang dibangun saat mulai sekolah. Pun dengan para guru atau pendidiknya. Sibuk mengejar sertifikasi dan gaji tambahan untuk memenuhi kebutuhannya. Mengejar banyaknya jumlah jam mengajar tanpa dibarengi peningkatan kualitas. Siswa dijejali materi pelajaran dan tugas tanpa dipastikan siswa sudah berkepribadian Islam atau belum. Sejatinya kondisi ini tidak bisa dibiarkan terus menerus. Harus ada upaya untuk beralih pada kondisi yang lebih baik, yang bisa menghasilkan output yang luar biasa. Tentunya menjadi harapan kita semua untuk mewujudkan generasi berkualitas, generasi yang cemerlang, handal dan berjiwa pemimpin. Hal ini sangat berkorelasi dengan kualitas pendidikannya. Jika pendidikan berkualitas maka akan dengan mudah melahirkan generasi cemerlang. Pun sebaliknya, jika pendidikan jauh dari kata “kualitas” maka generasi yang dilahirkannya pun generasi yang rusak, amoral dan jauh dari nilai-nilai Islam. Oleh karena itu penting bagi kita semua untuk turut memikirkan kondisi bangsa ini agar segera keluar dari segala permasalahannya dan menuju solusi yang benar-benar solutif. Bukan solusi pragmatis atau tambal sulam yang hanya melahirkan permasalahan rumit lainnya. Islam sebagai din yang sempurna sejatinya memiliki solusi untuk mengatasi permasalahan ini secara tuntas. Pendidikan merupakan kebutuhan asasiyah atau kebutuhan mendasar bagi setiap manusia. Allah akan meninggikan beberapa derajat hamba-Nya yang memiliki ilmu pengetahuan sebagaimana firman Allah: يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ “Allah Subhanahu wa Ta’ala akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat”. (QS : Al Mujadalah [58] :11). Ayat inilah yang mendorong kaum muslim untuk memajukan kualitas pendidikan. Pendidikan berkualitas dalam Islam dibangun berlandaskan asas Aqidah Islam. Oleh karena itu pendidik harus benar-benar dipastikan agar memahami Islam secara kaffah dan berkewajiban menanamkan keimanan yang kuat pada anak didiknya. Pendidik berupaya membentuk generasi kepribadian Islam yaitu generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam. Walhasil siswa akan selalu merasa diawasi oleh Allah dan takut pada Allah di manapun ia berada. Hal inilah yang akan menghindari siswa untuk melakukan freesex, narkoba, geng motor dan tindakan amoral lainnya. Siswa akan takut saat dirinya melakukan pelanggaran hukum syara, karena dia paham bahwa sanksi dari Allah sangatlah menakutkan. Selain itu pendidikan Islam akan mendorong siswanya menjadi generasi yag menguasai tsaqofah Islam dan menjadi Ilmuwan Sains-Teknologi yang mampu membangun peradaban yang gemilang, penemu-penemu di berbagai bidang. Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan nama Ibnu Sina, Al Kindi, Al Khawarizmi, Al Farabi, Ibnu Haitam (Al Hazen, Muhammad Musa bersaudara dan masih banyak lagi ilmuwan Islam yang karyanya masih bisa kita rasakan sampai saat ini. Sejarah sudah membuktikan bahwa sistem Pendidikan Islam mampu melahirkan generasi cemerlang yang nama dan karyanya dikenal sampai Eropa dan negeri Barat. Tentunya sistem pendidikan Islam tersebut hanya bisa dilaksanakan dengan baik oleh Khilafah Islamiyah yang bisa meri’ayah urusan umat. Khilafah Islamiyah wajib menyelenggarakan pendidikan berdasarkan apa yang dibutuhkan manusia di dalam kancah kehidupan bagi setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan dalam dua jenjang pendidikan, jenjang pendidikan dasar (ibtidaiyah) dan jenjang pendidikan menengah (tsanawiyah). Pun Khilafah wajib menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh warga negara secara cuma-cuma. Mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melanjutkan pendidikan tinggi secara cuma-cuma. Inilah bentuk pengurusan Khilafah terhadap warga negara dalam pendidikan karena Khalifah sebagai kepala negara Khilafah memiliki kewajiban untuk mengurusi urusan umat, sebagaimana sabda Rasul saw: "Seorang Imam (khalifah/kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya" (HR.Bukhari dan Muslim). Terlihat jelas perbandingan sistem pendidikan Kapitalisme dan Islam, maka sistem pendidikan manakah yang akan kita pilih?? Tentu saat kita menginginkan suatu kondisi yang lebih baik, maka pilihan kita hanyalah kembali pada aturan Islam, yaitu dengan penegakkan Khilafah Islamiyah!! Allahu Akbar!